tag:blogger.com,1999:blog-5767982575522825052024-03-08T11:51:34.605-08:00fisika pelajaran menyenangkanfisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-48005789368597411932010-06-21T19:54:00.001-07:002010-06-21T19:54:31.249-07:00tumbukanTumbukan<br /><br />Pada pembahasan mengenai momentum dan impuls, kita telah meninjau hubungan antara momentum benda dengan peristiwa tumbukan. Hukum Kekekalan Momentum yang telah diulas sebelumnya juga selalu ditinjau ketika dua benda saling bertumbukan. Pada kesempatan ini kita akan mempelajari peristiwa tumbukan secara lebih mendalam dan mencoba melihat hukum-hukum fisika apa saja yang berlaku ketika benda-benda saling bertumbukan.<br /><br />JENIS-JENIS TUMBUKAN<br /><br />Perlu anda ketahui bahwa biasanya dua benda yang bertumbukan bergerak mendekat satu dengan yang lain dan setelah bertumbukan keduanya bergerak saling menjauhi. Ketika benda bergerak, maka tentu saja benda memiliki kecepatan. Karena benda tersebut mempunyai kecepatan (dan massa), maka benda itu pasti memiliki momentum (p = mv) dan juga Energi Kinetik (EK = ½ mv2).<br /><br />Nah, pada kesempatan ini kita akan mempelajari jenis-jenis tumbukan antara dua benda dan mencoba melihat hubungannya dengan Kekekalan Momentum dan Kekekalan Energi Kinetik. ketika benda bergerak saling mendekati sebelum tumbukan, kedua benda itu memiliki Momentum dan Energi Kinetik. Yang menjadi persoalan, bagaimana dengan Momentum dan Energi Kinetik kedua benda tersebut setelah bertumbukan ? apakah momentum dan energi kinetik kedua benda ketika sebelum tumbukan = momentum dan energi kinetik benda setelah tumbukan ? agar dirimu semakin memahaminya, mari kita bahas jenis-jenis tumbukan satu persatu dan meninjau kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik pada kedua benda yang bertumbukan.<br /><br />Secara umum terdapat beberapa jenis tumbukan, antara lain Tumbukan lenting sempurna, Tumbukan lenting sebagian dan Tumbukan tidak lenting sama sekali.<br /><br />TUMBUKAN LENTING SEMPURNA<br /><br />Tumbukan lenting sempurna tu maksudnya bagaimanakah ? Dua benda dikatakan melakukan Tumbukan lenting sempurna jika Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sebelum tumbukan = momentum dan energi kinetik setelah tumbukan. Dengan kata lain, pada tumbukan lenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik.<br /><br />Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sempurna karena total massa dan kecepatan kedua benda sama, baik sebelum maupun setelah tumbukan. Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada Tumbukan lenting sempurna karena selama tumbukan tidak ada energi yang hilang. Untuk memahami konsep ini, coba jawab pertanyaan gurumuda berikut ini. Ketika dua bola billiard atau dua kelereng bertumbukan, apakah anda mendengar bunyi yang diakibatkan oleh tumbukan itu ? atau ketika mobil atau sepeda motor bertabrakan, apakah ada bunyi yang dihasilkan ? pasti ada bunyi dan juga panas yang muncul akibat benturan antara dua benda. Bunyi dan panas ini termasuk energi. Jadi ketika dua benda bertumbukan dan menghasilkan bunyi dan panas, maka ada energi yang hilang selama proses tumbukan tersebut. Sebagian Energi Kinetik berubah menjadi energi panas dan energi bunyi. Dengan kata lain, total energi kinetik sebelum tumbukan tidak sama dengan total energi kinetik setelah tumbukan.<br /><br />Nah, benda-benda yang mengalami Tumbukan Lenting Sempurna tidak menghasilkan bunyi, panas atau bentuk energi lain ketika terjadi tumbukan. Tidak ada Energi Kinetik yang hilang selama proses tumbukan. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa pada peritiwa Tumbukan Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik.<br /><br />Apakah tumbukan lenting sempurna dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari ? Tidak…. Tumbukan lenting sempurna merupakan sesuatu yang sulit kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak ada ada sedikit energi panas dan bunyi yang dihasilkan ketika terjadi tumbukan. Salah satu contoh tumbukan yang mendekati lenting sempurna adalah tumbukan antara dua bola elastis, seperti bola billiard. Untuk kasus tumbukan bola billiard, memang energi kinetik tidak kekal tapi energi total selalu kekal. Lalu apa contoh Tumbukan lenting sempurna ? contoh jenis tumbukan ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang karena terjadi pada tingkat atom, yakni tumbukan antara atom-atom dan molekul-molekul.<br /><br />Sekarang mari kita tinjau persamaan Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik pada perisitiwa Tumbukan Lenting Sempurna. Untuk memudahkan pemahaman dirimu, perhatikan gambar di bawah.<br /><br />Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat. Benda 1 bergerak dengan kecepatan v1 dan benda 2 bergerak dengan kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan terpantul dalam arah yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran vektor sehingga dipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan, arah ke kanan bertanda positif dan arah ke kiri bertanda negatif. Karena memiliki massa dan kecepatan, maka kedua benda memiliki momentum (p = mv) dan energi kinetik (EK = ½ mv2). Total Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan.<br /><br />Secara matematis, Hukum Kekekalan Momentum dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />Keterangan :<br /><br />m1 = massa benda 1, m2 = massa benda 2<br /><br />v1 = kecepatan benda sebelum tumbukan dan v2 = kecepatan benda 2 Sebelum tumbukan<br /><br />v’1 = kecepatan benda Setelah tumbukan, v’2 = kecepatan benda 2 setelah tumbukan<br /><br />Jika dinyatakan dalam momentum,<br /><br />m1v1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan, m1v’1 = momentum benda 1 setelah tumbukan<br /><br />m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m2v’2 = momentum benda 2 setelah tumbukan<br /><br />Pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />Kita telah menurunkan 2 persamaan untuk Tumbukan Lenting Sempurna, yakni persamaan Hukum Kekekalan Momentum dan Persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Ada suatu hal yang menarik, bahwa apabila hanya diketahui massa dan kecepatan awal, maka kecepatan setelah tumbukan bisa kita tentukan menggunakan suatu persamaan lain. Persamaan ini diturunkan dari dua persamaan di atas. Persamaan apakah itu ? nah, mari kita turunkan persamaan tersebut…<br /><br />Sekarang kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Momentum :<br /><br />Kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik :<br /><br />Kita tulis kembali persamaan ini menjadi :<br /><br />Ini merupakan salah satu persamaan penting dalam Tumbukan Lenting sempurna, selain persamaan Kekekalan Momentum dan persamaan Kekekalan Energi Kinetik. Persamaan 3 menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna, laju kedua benda sebelum dan setelah tumbukan sama besar tetapi berlawanan arah, berapapun massa benda tersebut.<br /><br />Koofisien Elastisitas Tumbukan Lenting Sempurna<br /><br />Kita tulis lagi persamaan 3 :<br /><br />Perbandingan negatif antara selisih kecepatan benda setelah tumbukan dengan selisih kecepatan benda sebelum tumbukan disebut sebagai koofisien elatisitas alias faktor kepegasan (dalam buku Karangan Bapak Marthen Kanginan disebut koofisien restitusi). Untuk Tumbukan Lenting Sempurna, besar koofisien elastisitas = 1. ini menunjukkan bahwa total kecepatan benda setelah tumbukan = total kecepatan benda sebelum tumbukan. Lambang koofisien elastisitas adalah e. Secara umum, nilai koofisien elastisitas dinyatakan dengan persamaan :<br /><br />e = koofisien elastisitas = koofisien restitusi, faktor kepegasan, angka kekenyalan, faktor keelastisitasan<br /><br />TUMBUKAN LENTING SEBAGIAN<br /><br />Pada pembahasan sebelumnya, kita telah belajar bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekakalan Energi Kinetik. Nah, bagaimana dengan tumbukan lenting sebagian ?<br /><br />Pada tumbukan lenting sebagian, Hukum Kekekalan Energi Kinetik tidak berlaku karena ada perubahan energi kinetik terjadi ketika pada saat tumbukan. Perubahan energi kinetik bisa berarti terjadi pengurangan Energi Kinetik atau penambahan energi kinetik. Pengurangan energi kinetik terjadi ketika sebagian energi kinetik awal diubah menjadi energi lain, seperti energi panas, energi bunyi dan energi potensial. Hal ini yang membuat total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Kebanyakan tumbukan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam jenis ini, di mana total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Tumbukan antara kelereng, tabrakan antara dua kendaraan, bola yang dipantulkan ke lantai dan lenting ke udara, dll.<br /><br />Sebaliknya, energi kinetik akhir total juga bisa bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi potensial (misalnya energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk kasus ini adalah peristiwa ledakan.<br /><br />Suatu tumbukan lenting sebagian biasanya memiliki koofisien elastisitas (e) berkisar antara 0 sampai 1. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :<br /><br />Bagaimana dengan Hukum Kekekalan Momentum ? Hukum Kekekalan Momentum tetap berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sebagian, dengan anggapan bahwa tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan.<br /><br />TUMBUKAN TIDAK LENTING SAMA SEKALI<br /><br />Bagaimana dengan tumbukan tidak lenting sama sekali ? suatu tumbukan dikatakan Tumbukan Tidak Lenting sama sekali apabila dua benda yang bertumbukan bersatu alias saling menempel setelah tumbukan. Salah satu contoh populer dari tumbukan tidak lenting sama sekali adalah pendulum balistik. Pendulum balistik merupakan sebuah alat yang sering digunakan untuk mengukur laju proyektil, seperti peluru. Sebuah balok besar yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya digantung seperti pendulum. Setelah itu, sebutir peluru ditembakkan pada balok tersebut dan biasanya peluru tertanam dalam balok. Sebagai akibat dari tumbukan tersebut, peluru dan balok bersama-sama terayun ke atas sampai ketinggian tertentu (ketinggian maksimum). Lihat gambar di bawah…<br /><br />Apakah pada Tumbukan Tidak Lenting Sama sekali berlaku hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik ?<br /><br />Perhatikan gambar di atas. Hukum kekekalan momentum hanya berlaku pada waktu yang sangat singkat ketika peluru dan balok bertumbukan, karena pada saat itu belum ada gaya luar yang bekerja. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2<br /><br />m1v1 + m2(0) = (m1 + m2) v’<br /><br />m1v1 = (m1 + m2) v’—- persamaan 1<br /><br />Apakah setelah balok mulai bergerak masih berlaku hukum Kekekalan Momentum ? Tidak…. Mengapa tidak ? ketika balok (dan peluru yang tertanam di dalamnya) mulai bergerak, akan ada gaya luar yang bekerja pada balok dan peluru, yakni gaya gravitasi. Gaya gravitasi cenderung menarik balok kembali ke posisi setimbang. Karena ada gaya luar total yang bekerja, maka hukum Kekekalan Momentum tidak berlaku setelah balok bergerak.<br /><br />Lalu bagaimana kita menganalisis gerakan balok dan peluru setelah tumbukan ?<br /><br />Nah, masih ingatkah dirimu pada Hukum Kekekalan Energi Mekanik ? kita dapat menganalisis gerakan balok dan peluru setelah tumbukan menggunakan hukum Kekekalan Energi Mekanik. Ketika balok mulai bergerak setelah tumbukan, sedikit demi sedikit energi kinetik berubah menjadi energi potensial gravitasi. Ketika balok dan peluru mencapai ketinggian maksimum (h), seluruh Energi Kinetik berubah menjadi Energi Potensial gravitasi. Dengan kata lain, pada ketinggian maksimum (h), Energi Potensial gravitasi bernilai maksimum, sedangkan EK = 0.<br /><br />Kita turunkan persamaannya<br /><br />Catatan :<br /><br />Ketika balok dan peluru tepat mulai bergerak dengan kecepatan v’, h1 = 0. Pada saat balok dan peluru berada pada ketinggian maksimum, h2 = h dan v2 = 0.<br /><br />Persamaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik untuk kasus tumbukan tidak lenting sama sekali.<br /><br />EM1 = EM2<br /><br />EP1 + EK1 = EP2 + EK2<br /><br />0 + EK1 = EP2 + 0<br /><br />½ (m1 + m2)v’2 = (m1 + m2) g h — persamaan 2fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-68345594376590815882010-06-21T19:52:00.000-07:002010-06-21T19:53:07.912-07:00kesetimbangan benda tegarTelah dikatakan sebelumnya bahwa suatu benda tegar dapat mengalami gerak translasi (gerak lurus) dan gerak rotasi. Benda tegar akan melakukan gerak translasi apabila gaya yang diberikan pada benda tepat mengenai suatu titik yang yang disebut titik berat.<br /><br />Benda akan seimbang jika pas diletakkan di titik beratnya<br /><br />Benda akan seimbang jika pas diletakkan di titik beratnya<br /><br />Titik berat merupakan titik dimana benda akan berada dalam keseimbangan rotasi (tidak mengalami rotasi). Pada saat benda tegar mengalami gerak translasi dan rotasi sekaligus, maka pada saat itu titik berat akan bertindak sebagai sumbu rotasi dan lintasan gerak dari titik berat ini menggambarkan lintasan gerak translasinya.<br /><br />Mari kita tinjau suatu benda tegar, misalnya tongkat pemukul kasti, kemudian kita lempar sambil sedikit berputar. Kalau kita perhatikan secara aeksama, gerakan tongkat pemukul tadi dapat kita gambarkan seperti membentuk suatu lintasan dari gerak translasi yang sedang dijalani dimana pada kasus ini lintasannya berbentuk parabola. Tongkat ini memang berputar pada porosnya, yaitu tepat di titik beratnya. Dan, secara keseluruhan benda bergerak dalam lintasan parabola. Lintasan ini merupakan lintasan dari posisi titik berat benda tersebut.<br /><br />Demikian halnya seorang peloncat indah yang sedang terjun ke kolam renang. Dia melakukan gerak berputar saat terjun. sebagaimana tongkat pada contoh di atas, peloncat indah itu juga menjalani gerak parabola yang bisa dilihat dari lintasan titik beratnya. Perhatikan gambar berikut ini.<br /><br />seorang yang meloncat ke air dengan berputar<br /><br />seorang yang meloncat ke air dengan berputar<br /><br />Jadi, lintasan gerak translasi dari benda tegar dapat ditinjau sebagai lintasan dari letak titik berat benda tersebut. Dari peristiwa ini tampak bahwa peranan titik berat begitu penting dalam menggambarkan gerak benda tegar.<br /><br />Cara untuk mengetahui letak titik berat suatu benda tegar akan menjadi mudah untuk benda-benda yang memiliki simetri tertentu, misalnya segitiga, kubus, balok, bujur sangkar, bola dan lain-lain. Yaitu d sama dengan letak sumbu simetrinya. Hal ini jelas terlihat pada contoh diatas bahwa letak titik berat sama dengan sumbu rotasi yang tidak lain adalah sumbu simetrinya.<br /><br />Orang ini berada dalam keseimbangan<br /><br />Orang ini berada dalam keseimbangan<br /><br />Di sisi lain untuk benda-benda yang mempunyai bentuk sembarang letak titik berat dicari dengan perhitungan. Perhitungan didasarkan pada asumsi bahwa kita dapat mengambil beberapa titik dari benda yang ingin dihitung titik beratnya dikalikan dengan berat di masing-masing titik kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah berat pada tiap-tiap titik. dikatakan titik berat juga merupakan pusat massa di dekat permukaan bumi, namun untuk tempat yang ketinggiannya tertentu di atas bumi titik berat dan pusat massa harus dibedakan.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-23704434818323673392010-06-21T19:51:00.000-07:002010-06-21T19:52:07.979-07:00titik berat bendaPusat massa dan titik berat suatu benda memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut. Perbedaannya adalah letak pusat massa suatu benda tidak dipengaruhi oleh medan gravitasi, sehingga letaknya tidak selalu berhimpit dengan letak titik beratnya.<br /><br />1. PUSAT MASSA<br /><br />Koordinat pusat massa dari benda-benda diskrit, dengan massa masing-masing M1, M2,....... , Mi ; yang terletak pada koordinat (x1,y1), (x2,y2),........, (xi,yi) adalah:<br /><br />X = (å Mi . Xi)/(Mi)<br /><br /><br />Y = (å Mi . Yi)/(Mi)<br /><br />2. TITIK BERAT (X,Y)<br /><br />Koordinat titik berat suatu sistem benda dengan berat masing-masing W1, W2, ........., Wi ; yang terletak pada koordinat (x1,y1), (x2,y2), ............, (xi,yi) adalah:<br /><br />X = (å Wi . Xi)/(Wi)<br /><br /><br />Y = (å Wi . Yi)/(Wi)<br /><br />LETAK/POSISI TITIK BERAT<br /><br />1. Terletak pada perpotongan diagonal ruang untuk benda homogen berbentuk teratur.<br />2. Terletak pada perpotongan kedua garis vertikal untuk benda sembarang.<br />3. Bisa terletak di dalam atau diluar bendanya tergantung pada homogenitas dan bentuknya.<br /><br /><br />a. Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)<br />Untuk benda-benda berbentuk memanjang seperti kawat , massa benda dianggap diwakili oleh panjangnya (satu dimensi) dan titik beratnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:<br /><br />b. Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)<br />Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi), dan titik berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:<br /><br />Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya teratur terletak pada sumbu simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat diperpotongan diagonalnya, dan untuk lingkaran terletak dipusat lingkaran. Titik berat bidang homegen di perlihatkan pada tabel berikut:<br /><br />c. Titik berat benda-benda homogen berdimensi tiga<br />Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat ditentukan dengan persamaan:<br /><br /><br />Untuk beberapa benda sudah ditentukan titik beratnya sebagi berikut.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-67092384368388333142010-06-21T19:50:00.000-07:002010-06-21T19:51:09.793-07:00teori kinetik gasDi pertengahan abad ke-19, ilmuwan mengembangkan suatu teori baru untuk menggantikan teori kalorik. Teori ini bedasarkan pada anggapan bahwa zat disusun oleh partikel-partikel sangat kecil yang selalu bergerak. Bunyi teori Kinetik adalah sebagai berikut:<br /><br />Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat dan karena itu memiliki energi yang lebih besar daripada partikel-partikel dalam benda yang lebih dingin.<br /><br />Teori Kinetik (atau teori kinetik pada gas) berupaya menjelaskan sifat-sifat makroscopik gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan komposisi molekular mereka dan gerakannya. Intinya, teori ini menytakan bahwa tekanan tidaklah disebabkan oleh denyut-denyut statis di antara molekul-molekul, seperti yang diduga Isaac Newton, melainkan disebabkan oleh tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda. Teori Kinetik dikenal pula sebagai Teori Kinetik-Molekular atau Teori Tumbukan atau Teori Kinetik pada Gas.<br /><br />Teori untuk gas ideal memiliki asumsi-asumsi berikut ini:<br /><br />* Gas terdiri dari partikel-partikel sangat kecil, dengan [[massa] tidak nol.<br />* Banyaknya molekul sangatlah banyak, sehingga perlakuan statistika dapat diterapkan.<br />* Molekul-molekul ini bergerak secara konstan sekaligus acak. Partikel-partike yang bergerak sangat cepat itu secara konstan bertumbukan dengan dinding-dinding wadah.<br />* Tumbukan-tumbukan partikel gas terhadap dinding wadah bersifat lenting (elastis) sempurna.<br />* Interaksi antarmolekul dapat diabaikan (negligible). Mereka tidak mengeluarkan gaya satu sama lain, kecuali saat tumbukan terjadi.<br />* Keseluruhan volume molekul-molekul gas individual dapat diabaikan bila dibandingkan dengan volume wadah. Ini setara dengan menyatakan bahwa jarak rata-rata antarpartikel gas cukuplah besar bila dibandingkan dengan ukuran mereka.<br />* Molekul-molekul berbentuk bulat (bola) sempurna, dan bersifat lentur (elastic).<br />* Energi kinetik rata-rata partikel-partikel gas hanya bergantung kepada suhu sistem.<br />* Efek-efek relativistik dapat diabaikan.<br />* Efek-efek Mekanika kuantum dapat diabaikan. Artinya bahwa jarak antarpartikel lebih besar daripada panjang gelombang panas de Broglie dan molekul-molekul dapat diperlakukan sebagai objek klasik.<br />* Waktu selama terjadinya tumbukan molekul dengan dinding wadah dapat diabaikan karena berbanding lurus terhadap waktu selang antartumbukan.<br />* Persamaan-persamaan gerak molekul berbanding terbalik terhadap waktu.<br /><br />Lebih banyak pengembangan menenangkan asumsi-asumsi ini dan didasarkan kepada Persamaan Boltzmann. Ini dapat secara akurat menjelaskan sifat-sifat gas padat, sebab mereka menyertakan volume molekul. Asumsi-asumsi penting adalah ketiadaan efek-efek quantum, kekacauan molekular dan gradien kecil di dalam sifat-sifat banyaknya. Perluasan terhadap orde yang lebih tinggi dalam kepadatan dikenal sebagai perluasan virial. Karya definitif adalah buku tulisan Chapman dan Enskog, tetepi terdapat pengembangan yang lebih modern dan terdapat pendekatan alternatif yang dikembangkan oleh Grad, didasarkan pada perluasan momentum.Di dalam batasan lainnya, untuk gas yang diperjarang, gradien-gradien di dalam sifat-sifat besarnya tidaklah kecil bila dibandingkan dengan lintasan-lintasan bebas rata-ratanya. Ini dikenal sebagai rezim Knudsen regime dan perluasan-perluasannya dapat dinyatakan dengan Bilangan Knudsen.<br /><br />Teori Kinetik juga telah diperluas untuk memasukkan tumbukan tidak lenting di dalam materi butiran oleh Jenkins dan kawan-kawan.<br /><br /><br /><br />Faktor :<br />Tekanan<br /><br />Tekanan dijelaskan oleh teori kinetik sebagai kemunculan dari gaya yang dihasilkan oleh molekul-molekul gas yang menabrak dinding wadah. Misalkan suatu gas denagn N molekul, masing-masing bermassa m, terisolasi di dalam wadah yang mirip kubus bervolume V. Ketika sebuah molekul gas menumbuk dinding wadah yang tegak lurus terhadap sumbu koordinat x dan memantul dengan arah berlawanan pada laju yang sama (suatu tumbukan lenting), maka momentum yang dilepaskan oleh partikel dan diraih oleh dinding adalah:<br /><br />di mana vx adalah komponen-x dari kecepatan awal partikel.<br /><br />Partikel memberi tumbukan kepada dinding sekali setiap 2l/vx satuan waktu (di mana l adalah panjang wadah). Kendati partikel menumbuk sebuah dinding sekali setiap 1l/vx satuan waktu, hanya perubahan momentum pada dinding yang dianggap, sehingga partikel menghasilkan perubahan momentum pada dinding tertentu sekali setiap 2l/vx satuan waktu.<br /><br />gaya yang dimunculkan partikel ini adalah:<br /><br />Keseluruhan gaya yang menumbuk dinding adalah:<br /><br />di mana hasil jumlahnya adalah semua molekul gas di dalam wadah.<br /><br />Besaran kecepatan untuk tiap-tiap partikel mengikuti persamaan ini:<br /><br />Kini perhatikan gaya keseluruhan yang menumbuk keenam-enam dinding, dengan menambahkan sumbangan dari tiap-tiap arah, kita punya:<br /><br />di mana faktor dua muncul sejak saat ini, dengan memperhatikan kedua-dua dinding menurut arah yang diberikan.<br /><br />Misalkan ada sejumlah besar partikel yang bergerak cukup acak, gaay pada tiap-tiap dinding akan hampir sama dan kini perhatikanlah gaya pada satu dinding saja, kita punya:<br /><br />Kuantitas<br />dapat dituliskan sebagai di mana garis atas menunjukkan rata-rata, pada kasus ini rata-rata semua partikel. Kuantitas ini juga dinyatakan dengan di mana vrms dalah akar kuadrat rata-rata kecepatan semua partikel.<br /><br />Jadi, gaya dapat dituliskan sebagai:<br /><br />Tekanan, yakni gaya per satuan luas, dari gas dapat dituliskan sebagai:<br /><br />di mana A adalah luas dinding sasaran gaya.<br /><br />Jadi, karena luas bagian yang berseberangan dikali dengan panjang sama dengan volume, kita punya pernyataan berikut untuk tekanan<br /><br />di mana V adalah volume. Maka kita punya<br /><br />Karena Nm adalah masa keseluruhan gas, maka kepadatan adalah massa dibagi oleh volume<br />Maka tekanan adalah<br />Hasil ini menarik dan penting, sebab ia menghubungkan tekanan, sifat makroskopik, terhadap energi kinetik translasional rata-rata per molekul yakni suatu sifat mikroskopik. Ketahuilah bahwa hasil kali tekanan dan volume adalah sepertiga dari keseluruhan energi kinetik.<br /><br />Suhu dan energi kinetik<br /><br />Dari hukum gas ideal<br /><br />PV = NkBT(1)<br /><br />dimana B adalah konstanta Boltzmann dan T adalah suhu absolut. Dan dari rumus diatas, dihasilkan Gagal memparse (kesalahan sintaks): PV={Nmv_{rms}^2\overset 3}<br /><br />Derivat:<br /><br /><br />yang menuju ke fungsi energi kinetik dari sebuah molekul<br /><br />Energi kinetik dari sistem adalah N kali lipat dari molekul<br />Suhunya menjadi<br />Persamaan 3 ini adalah salah satu hasil penting dari teori kinetik<br />“ Rerata energi kinetik molekuler adalah sebanding dengan suhu absolut. ”<br />Dari persamaan 1 dan 3 didapat:<br /><br />Dengan demikian, hasil dari tekanan dan volume tiap mol sebanding dengan rerata energi kinetik molekuler. Persamaan 1 dan 4 disebut dengan hasil klasik, yang juga dapat diturunkan dari mekanika statistik[1].<br /><br />Karena 3N adalah derajat kebebasan (DK) dalam sebuah sistem gas monoatomik dengan N partikel, energi kinetik tiap DK adalah:<br /><br />Dalam energi kinetik tiap DK, konstanta kesetaraan suhu adalah setengah dari konstanta Boltzmann. Hasil ini berhubungan dengan teorema ekuipartisi. Seperti yang dijelaskan pada artikel kapasitas bahang, gas diatomik seharusnya mempunyai 7 derajat kebebasan, tetapi gas yang lebih ringan berlaku sebagai gas yang hanya mempunyai 5. Dengan demikian, energi kinetik tiap kelvin (gas ideal monoatomik) adalah:<br /><br />* Tiap mole: 12.47 J<br />* Tiap molekul: 20.7 yJ = 129 μeV<br /><br />Pada STP (273,15 K , 1 atm), didapat:<br /><br />* Tiap mole: 3406 J<br />* Tiap molekul: 5.65 zJ = 35.2 meV<br />Banyaknya tumbukan dengan dinding<br /><br />Jumlah tumbukan atom dengan dinding wadah tiap satuan luar tiap satuan waktu dapat diketahui. Asumsikan pada gas ideal, derivasi dari menghasilkan persamaan untuk jumlah seluruh tumbukan tiap satuan waktu tiap satuan luas:<br /><br />Laju RMS molekul<br /><br />Dari persamaan energi kinetik dapat ditunjukkan bahwa:<br /><br />dengan v pada m/s, T pada kelvin, dan R adalah konstanta gas. Massa molar diberikan sebagai kg/mol. Kelajuan paling mungkin adalah 81.6% dari kelajuan RMS, dan rerata kelajuannya 92.1% (distribusi kelajuan Maxwell-Boltzmann).<br />Banyaknya tumbukan dengan dinding<br /><br />One can calculate the number of atomic or molecular collisions with a wall of a container per unit area per unit time.<br /><br />Assuming an ideal gas, a derivation results in an equation for total number of collisions per unit time per area:<br /><br />Laju RMS molekul<br /><br />From the kinetic energy formula it can be shown that<br /><br />with v in m/s, T in kelvins, and R is the gas constant. The molar mass is given as kg/mol. The most probable speed is 81.6% of the rms speed, and the mean speeds 92.1% (distribution of speeds).fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-10283911367587949412010-06-21T19:43:00.000-07:002010-06-21T19:50:11.733-07:00termodinamikaKalor (Q) merupakan energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan sistem dan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kalor merupakan energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau energi yang berpindah dari lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu sistem lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor akan mengalir dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya, jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor akan mengalir dari lingkungan menuju sistem.<br /><br />Jika Kalor (Q) berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu, maka Kerja (W) berkaitan dengan perpindahan energi yang terjadi melalui cara-cara mekanis Misalnya jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, maka energi dengan sendirinya akan berpindah dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya jika lingkungan melakukan kerja terhadap sistem, maka energi akan berpindah dari lingkungan menuju sistem.<br /><br />Salah satu contoh sederhana berkaitan dengan perpindahan energi antara sistem dan lingkungan yang melibatkan Kalor dan Kerja adalah proses pembuatan popcorn. Untuk kasus ini, kita bisa menganggap popcorn sebagai sistem, panci sebagai pembatas dan udara luar, nyala api dkk sebagai lingkungan. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari lingkungan (nyala api) menuju sistem (biji popcorn). Adanya tambahan kalor menyebabkan sistem (biji popcorn) memuai dan meletup sehingga mendorong penutup panci (si biji popcorn tadi melakukan kerja terhadap lingkungan). Dalam proses ini, keadaan popcorn berubah. Keadaan popcorn berubah karena suhu, tekanan dan volume popcorn berubah saat memuai dan meletup. meletupnya popcorn hanya merupakan salah satu contoh perubahan keadaan sistem akibat adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Perubahan keadaan sistem akibat adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan yang melibatkan Kalor dan Kerja, disebut sebagai proses termodinamika.<br /><br />Energi dalam dan Hukum Pertama Termodinamika<br /><br />Energi dalam sistem merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul sistem, ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi antara molekul sistem. Kita berharap bahwa jika kalor mengalir dari lingkungan menuju sistem (sistem menerima energi), energi dalam sistem akan bertambah. Sebaliknya, jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (sistem melepaskan energi), energi dalam sistem akan berkurang.<br /><br />Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita bisa menyimpulkan bahwa perubahan energi dalam sistem = Kalor yang ditambahkan pada sistem (sistem menerima energi) – Kerja yang dilakukan oleh sistem (sistem melepaskan energi). Secara matematis, bisa ditulis seperti ini :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-1<br /><br />Keterangan :<br /><br />delta U = Perubahan energi dalam<br /><br />Q = Kalor<br /><br />W = Kerja<br /><br />Persamaan ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem tertutup merupakan sistem yang hanya memungkinkan pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem tertutup yang terisolasi, tidak ada energi yang masuk atau keluar dari sistem, karenanya, perubahan energi dalam = 0. Persamaan ini juga berlaku untuk sistem terbuka jika kita memperhitungkan perubahan energi dalam sistem akibat adanya penambahan dan pengurangan jumlah zat (Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara sistem tersebut dengan lingkungan). Mengenai sistem terbuka dan tertutup telah gurumuda jelaskan pada postingan sebelumnya.<br /><br />Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi dan ketepatannya telah dibuktikan melalui banyak percobaan. Perlu diketahui bahwa hukum ini dirumuskan pada abad kesembilan belas, setelah kalor dipahami sebagai energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.<br /><br />Energi dalam merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem. Besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung. Yang kita analisis dalam persamaan Hukum Pertama Termodinamika hanya perubahan energi dalam saja. Perubahan energi dalam bisa diketahui akibat adanya energi yang ditambahkan pada sistem dan energi yang dilepaskan sistem dalam bentuk kalor dan kerja. Jika besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung, maka besaran yang menyatakan keadaan makroskopis bisa diketahui secara langsung. Besaran yang menyatakan keadaan makroskopis adalah suhu (T), tekanan (p), volume (V) dan massa (m) atau jumlah mol (n). Ingat ya, Kalor dan Kerja hanya terlibat dalam proses perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Kalor dan Kerja bukan merupakan besaran yang menyatakan keadaan sistem.<br /><br />Aturan tanda untuk Kalor (Q) dan Kerja (W)<br /><br />Aturan tanda untuk Kalor dan Kerja disesuaikan dengan persamaan Hukum Pertama Termodinamika. Kalor (Q) dalam persamaan di atas merupakan kalor yang ditambahkan pada sistem (Q positif), sedangkan Kerja (W) pada persamaan di atas merupakan kerja yang dilakukan oleh sistem (W positif). Karenanya, jika kalor meninggalkan sistem, maka Q bernilai negatif. Sebaliknya, jika kerja dilakukan pada sistem, maka W bernilai negatif.<br /><br />Contoh soal 1 :<br /><br />Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan sistem melakukan kerja 1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-2<br /><br />Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule. Sistem juga melakukan kerja (sistem melepaskan energi) 1000 Joule. Dengan demikian, perubahan energi sistem = 1000 Joule.<br /><br />Contoh soal 2 :<br /><br />Jika kalor sebanyak 2000 Joule meninggalkan sistem dan sistem melakukan kerja 1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Ingat ya, jika kalor meninggalkan sistem, berarti Q bernilai negatif<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-3<br /><br />Kalor meninggalkan sistem (sistem melepaskan energi) sebanyak 2000 Joule. Sistem juga melakukan kerja (sistem melepaskan energi) sebesar 1000 Joule. Dengan demikian, energi dalam sistem berkurang sebanyak 3000 J.<br /><br />Contoh soal 3 :<br /><br />Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem dan kerja 1000 Joule dilakukan pada sistem, berapakah perubahan energi dalam sistem ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Ingat ya, jika kerja dilakukan pada sistem, berarti W bernilai negatif<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-4<br /><br />Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule dan kerja dilakukan pada sistem (sistem menerima energi) 1000 Joule. Dengan demikian, energi dalam sistem bertambah sebanyak = 3000 Joule.<br /><br />Catatan :<br /><br />Pertama, kebanyakan sistem yang kita analisis secara teoritis dalam pokok bahasan ini adalah gas. Kita menggunakan gas, karena keadaan makroskopis gas (suhu, tekanan dan volume) lebih mudah diketahui. Dalam menganalisis gas, kita tetap menganggap gas sebagai gas ideal. Tujuannya hanya untuk mempermudah analisis saja. Kita tidak menggunakan gas riil karena pada tekanan yang cukup besar, biasanya gas riil berperilaku menyimpang. Karenanya analisis kita menjadi lebih sulit.<br /><br />Kedua, jika sistem yang kita analisis adalah gas ideal, maka energi dalam bisa dihitung menggunakan persamaan yang menyatakan hubungan antara energi dalam gas ideal dengan suhu gas ideal : U = 3/2 nRT (persamaan energi dalam gas ideal monoatomik). Persamaan ini kita turunkan dari teori kinetik. Penurunannya telah dibahas dalam materi Teori Kinetik Gas.<br /><br />Kerja yang dilakukan sistem selama perubahan volume<br /><br />Untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem, kita tinjau gas ideal yang berada dalam sebuah wadah yang ditutup dengan sebuah penghisap/piston. Penghisap bisa digerakkan naik dan turun. Gambar ini disederhanakan menjadi dua dimensi. Anggap saja gambar ini tiga dimensi. Volume = panjang x lebar x tinggi.<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-5<br /><br />Gas ideal diwakili oleh titik-titik yang terletak di dalam wadah. Alas wadah bersentuhan dengan sebuah benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi (mirip seperti air dalam panci yang dipanaskan di atas nyala api). Gas ideal dalam wadah merupakan sistem, sedangkan benda-benda lainnya yang berada di luar wadah, termasuk benda bersuhu tinggi yang bersentuhan dengan alas wadah, merupakan lingkungan. Karena suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor dengan sendirinya mengalir dari lingkungan menuju sistem. Adanya sumbangan energi dari lingkungan menyebabkan energi dalam sistem (gas ideal) bertambah. Energi dalam gas ideal berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya ketika energi dalam gas ideal bertambah, suhu gas ideal juga meningkat. Peningkatan suhu gas ideal menyebabkan gas ideal memuai dan mendorong piston sejauh s. Ketika mendorong piston sejauh s, sistem (gas ideal) melakukan kerja terhadap lingkungan (udara luar).<br /><br />Pada mulanya tekanan sistem besar (P1) dan volume sistem kecil (V1). Tekanan berbanding terbalik dengan volume (ingat lagi materi teori kinetik gas). Setelah kalor mengalir dari lingkungan menuju sistem dan sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem bertambah (V2) dan tekanan sistem berkurang (P2).<br /><br />Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses di atas adalah :<br /><br />Kerja (W) = Gaya dorong (F) x perpindahan (s). Karena gaya dorong (F) = tekanan (P) x luas permukaan (A) piston, maka persamaan Kerja bisa ditulis menjadi :<br /><br />W = Fs —– F = PA<br /><br />W = PAs —– As = V<br /><br />W = PV<br /><br />Perlu diketahui bahwa kerja yang dilakukan sistem terjadi selama perubahan volume. Karenanya, kerja total yang dilakukan sistem bisa diperoleh dengan mengalikan perubahan tekanan dan perubahan volume. Secara matematis ditulis seperti ini :<br /><br />W = (tekanan akhir – tekanan awal)(volume akhir – volume awal)<br /><br />W = (P2-P1)(V2-V1)<br /><br />Catatan :<br /><br />Pertama, perubahan volume sistem (gas ideal) pada proses di atas bisa diketahui dengan mudah. Volume awal dan volume akhir sistem bisa diketahui dengan menghitung volume wadah. Dengan demikian, untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan oleh sistem, kita perlu mengetahui bagaimana perubahan tekanan selama berlangsungnya proses.<br /><br />Apabila tekanan (p) sistem berubah secara tidak teratur seiring terjadinya perubahan volume (V), maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan kalkulus. Kalau dirimu belum terbiasa dengan kalkulus, ada alternatif lain yang bisa digunakan. Terlebih dahulu kita gambarkan grafik yang menyatakan hubungan antara tekanan dan volume. Besarnya kerja yang dilakukan oleh sistem = luasan yang diarsir di bawah kurva p-V.<br /><br />Grafik tekanan vs volume untuk perubahan tekanan yang terjadi secara tidak teratur<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-6<br />Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan besar) dan volume sistem = V1 (volume kecil). Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, tekanan sistem berubah menjadi p2 (tekanan kecil) dan volume sistem berubah menjadi V2 (volume besar). Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir. Bentuk kurva melengkung karena tekanan sistem (gas ideal) berubah secara tidak teratur selama proses.<br /><br />Apabila tekanan (p) sistem tidak berubah alias selalu konstan seiring terjadinya perubahan volume (V), maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung dengan mudah. Besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan persamaan atau bisa diketahui melalui luasan yang diarsir di bawah kurva P-V. Untuk kasus ini, persamaan kerja di atas bisa dimodifikasi seperti ini :<br /><br />W = (P2-P1)(V2-V1)<br /><br />Karena tekanan (p) selalu konstan, maka P2 = P1 = P<br /><br />W = P(V2-V1)<br /><br />Grafik tekanan vs volume untuk proses di mana tekanan selalu konstan alias tidak berubah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-7<br /><br />Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil). Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume besar). Tekanan sistem selalu konstan alias tidak berubah. Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.<br /><br />Kedua, sistem melakukan kerja terhadap lingkungan apabila volume sistem bertambah. Demikian juga sebaliknya, lingkungan melakukan kerja terhadap sistem apabila volume sistem berkurang. Jika volume sistem tidak berubah selama proses maka sistem tidak bisa melakukan kerja terhadap lingkungan dan lingkungan juga tidak bisa melakukan kerja terhadap sistem. Dalam hal ini, kerja (W) = 0.<br /><br />Penerapan Hukum Pertama Termodinamika pada beberapa proses Termodinamika<br /><br />Sebelumnya kita sudah membahas Hukum Pertama Termodinamika dan menganalisis usaha yang dilakukan oleh sistem. Kali ini kita mencoba meninjau beberapa penerapan Hukum Pertama Termodinamika dalam empat proses termodinamika. Keempat proses termodinamika yang dimaksud adalah proses isotermal, isokorik, isobarik dan adiabatik. Istilah aneh ini berasal dari bahasa yunani. Isotermal = suhu yang sama atau suhu selalu konstan, isokorik = volume yang sama atau volume selalu konstan, isobarik = tekanan yang sama atau tekanan selalu konstan.<br /><br />Proses Isotermal (suhu selalu konstan)<br /><br />Terlebih dahulu kita tinjau penerapan hukum pertama termodinamika pada proses isotermal. Dalam proses Isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu konstan. Sistem yang kita analisis secara teoritis adalah gas ideal. Suhu gas ideal berbanding lurus dengan energi dalam gas ideal (U = 3/2 nRT). Karena T tidak berubah maka U juga tidak berubah. Dengan demikian, jika diterapkan pada proses isotermal, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-8<br /><br />Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isotermal (suhu konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada sistem digunakan sistem untuk melakukan kerja (W).<br /><br />Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal digambarkan melalui grafik di bawah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-9<br /><br />Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil) dan tekanan sistem = P1 (tekanan besar). Agar suhu sistem selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume sistem bertambah) dan tekanan sistem berubah menjadi P2 (tekanan sistem berkurang). Bentuk grafik melengkung karena tekanan sistem tidak berubah secara teratur selama proses. Besarnya kerja yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.<br /><br /><br />Proses Adiabatik<br /><br />Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan sistem (Q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.<br /><br />Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-10<br /><br />Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja bernilai negatif. Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi dalam sistem bertambah). Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka W bernilai positif. Karena W positif, maka U bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang).<br /><br />Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam sistem berkurang maka suhu sistem berkurang.<br /><br />Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik digambarkan melalui grafik di bawah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-11<br /><br />Kurva adiabatik pada grafik ini (kurva 1-2) lebih curam daripada kurva isotermal (kurva 1-3). Perbedaan kecuraman ini menunjukkan bahwa untuk kenaikan volume yang sama, tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik dibandingkan dengan proses isotermal. Tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik karena ketika terjadi pemuaian adiabatik, suhu sistem juga berkurang. Suhu berbanding lurus dengan tekanan, karenanya apabila suhu sistem berkurang, maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada proses isotermal, suhu sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses isotermal suhu tidak ikut mempengaruhi penurunan tekanan.<br /><br />Salah satu contoh proses yang mendekati adiabatik terjadi pada mesin pembakaran dalam, misalnya mesin diesel dan mesin motor yang pakai bensin. Pada mesin diesel, udara dimasukan ke dalam silinder dan udara yang berada di dalam silinder ditekan dengan cepat menggunakan piston (kerja dilakukan pada udara). Proses penekanan adiabatik (pengurangan volume sistem) digambarkan melalui kurva 2-1. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhu udara naik dengan cepat. Pada saat yang sama, solar disemprotkan ke dalam silinder lewat injektor dan campuran terpicu seketika (terjadi proses pembakaran). Pada mesin motor yang pakai bensin, campuran udara dan bensin dimasukkan ke dalam silinder kemudian ditekan dengan cepat menggunakan piston. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhunya naik dengan cepat. Pada saat yang sama, busi memercikan bunga api sehingga terjadi proses pembakaran.<br /><br />Proses Isokorik (volume selalu konstan)<br /><br />Dalam proses Isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Karena volume sistem selalu konstan, maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada sistem.<br /><br />Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-12<br /><br />Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada sistem digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem.<br /><br />Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan melalui grafik di bawah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-13<br /><br />Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya tambahan kalor pada sistem menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena energi dalam sistem bertambah maka suhu sistem (gas ideal) meningkat (U = 3/2 nRT). Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Karenanya, jika suhu sistem meningkat, maka tekanan sistem bertambah (p2). Karena volume sistem selalu konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan (tidak ada luasan yang diarsir).<br /><br />Catatan :<br /><br />Sebelumnya dikatakan bahwa dalam proses isokorik, sistem tidak bisa melakukan kerja terhadap lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja terhadap sistem. Hal ini disebabkan karena pada proses isokorik, volume sistem selalu konstan alias tidak berubah. Btw, terdapat jenis kerja tertentu yang tidak melibatkan perubahan volume. Jadi walaupun volume sistem konstan alias tidak berubah, kerja masih bisa dilakukan terhadap sistem. Misalnya terdapat sebuah kipas + baterai dalam sebuah wadah tertutup. Kipas bisa berputar menggunakan energi yang disumbangkan baterai. Untuk kasus ini, kipas, baterai dan udara yang berada di dalam wadah dianggap sebagai sistem. Ketika kipas berputar, kipas melakukan kerja terhadap udara yang ada dalam wadah. Pada saat yang sama, energi kinetik kipas berubah menjadi energi dalam udara. Energi listrik pada baterai tentu saja berkurang karena sudah berubah bentuk menjadi energi dalam udara. Contoh ini hanya mau menunjukkan bahwa pada proses isokorik (volume selalu konstan), kerja masih bisa dilakukan terhadap sistem (kerja yang tidak melibatkan perubahan volume).<br /><br />Proses Isobarik (tekanan selalu konstan)<br /><br />Dalam proses Isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. Karena yang konstan adalah tekanan, maka perubahan energi dalam (delta U), kalor (Q) dan kerja (W) pada proses isobarik tidak ada yang bernilai nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama termodinamika tetap utuh seperti semula :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-14<br /><br />Perubahan tekanan dan volume gas pada proses isobarik digambarkan melalui grafik di bawah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-15<br /><br />Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil). Karena tekanan dijaga agar selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume sistem bertambah). Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.<br /><br />Contoh soal 1 :<br /><br />Kurva 1-2 pada dua diagram di bawah menunjukkan pemuaian gas (pertambahan volume gas) yang terjadi secara adiabatik dan isotermal. Pada proses manakah kerja yang dilakukan oleh gas lebih kecil ?<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-16<br /><br />Kerja yang dilakukan gas pada proses adiabatik lebih kecil daripada kerja yang dilakukan gas pada proses isotermal. Luasan yang diarsir = kerja yang dilakukan gas selama proses pemuaian (pertambahan volume gas). Luasan yang diarsir pada proses adiabatik lebih sedikit dibandingkan dengan luasan yang diarsir pada proses isotermal.<br /><br /><br />Contoh soal 2 :<br /><br />Serangkaian proses termodinamika ditunjukkan pada diagram di bawah… kurva a-b dan d-c = proses isokorik (volume konstan). Kurva b-c dan a-d = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses a-b, Kalor (Q) sebanyak 600 Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses b-c, Kalor (Q) sebanyak 800 Joule ditambahkan ke sistem. Tentukan :<br /><br />a) Perubahan energi dalam pada proses a-b<br /><br />b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c<br /><br />c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-17<br /><br />P1 = 2 x 105 Pa = 2 x 105 N/m2<br /><br />P2 = 4 x 105 Pa = 4 x 105 N/m2<br /><br />V1 = 2 liter = 2 dm3 = 2 x 10-3 m3<br /><br />V2 = 4 liter = 2 dm3 = 4 x 10-3 m3<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />a) Perubahan energi dalam pada proses a-b<br /><br />Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan ke sistem. Proses a-b = proses isokorik (volume konstan). Pada proses isokorik, penambahan kalor pada sistem hanya menaikkan energi dalam sistem. Dengan demikian, perubahan energi dalam sistem setelah menerima sumbangan kalor :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-18<br /><br />b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c<br /><br />Proses a-b = proses isokorik (volume konstan). Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan ke sistem. Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan oleh sistem.<br /><br />Proses b-c = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses b-c, kalor (Q) sebanyak 800 Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses isobarik, sistem bisa melakukan kerja. Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses b-c (proses isobarik) adalah :<br /><br />W = P(V2-V1) — tekanan konstan<br /><br />W = P2 (V2-V1)<br /><br />W = 4 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)<br /><br />W = 4 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)<br /><br />W = 8 x 102 Joule<br /><br />W = 800 Joule<br /><br />Kalor total yang ditambahkan ke sistem pada proses a-b-c adalah :<br /><br />Q total = Qab + Qbc<br /><br />Q total = 600 J + 800 J<br /><br />Q total = 1400 Joule<br /><br />Kerja total yang dilakukan oleh sistem pada proses a-b-c adalah :<br /><br />W total = Wab + Wbc<br /><br />W total = 0 + Wbc<br /><br />W total = 0 + 800 Joule<br /><br />W total = 800 Joule<br /><br />Perubahan energi dalam sistem pada proses a-b-c adalah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-19<br /><br />Perubahan energi dalam pada proses a-b-c = 600 J<br /><br />c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c<br /><br />Kalor total yang ditambahkan pada sistem bisa diketahui melalui persamaan di bawah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-20<br /><br />Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c = perubahan energi dalam pada proses a-d-c + kerja total yang dilakukan pada proses a-d-c<br /><br /><br />Kalor dan kerja terlibat dalam perpindahan energi antara sistem dengan lingkungan, sedangkan perubahan energi dalam merupakan korban dari adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Karenanya perubahan energi dalam tidak bergantung pada proses perpindahan energi. Sebaliknya, kalor dan kerja sangat bergantung pada proses. Pada proses isokorik (volume sistem konstan), perpindahan energi hanya dalam bentuk kalor saja, sedangkan kerja tidak. Pada proses isobarik (tekanan konstan), perpindahan energi melibatkan kalor dan kerja.<br /><br />Walaupun tidak bergantung pada proses, perubahan energi dalam bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem. Apabila keadaan awal dan keadaan akhir sama maka perubahan energi dalam juga selalu sama, walaupun proses yang ditempuh berbeda-beda. Keadaan awal dan keadaan akhir untuk proses a-b-c pada grafik di atas = keadaan awal dan keadaan akhir proses a-d-c. Dengan demikian, perubahan energi dalam pada proses a-d-c = 600 J<br /><br />Kerja (W) total yang dilakukan pada proses a-d-c = W pada proses a-d + W pada proses d-c<br /><br />Proses a-d merupakan proses isobarik (tekanan konstan), sedangkan proses d-c merupakan proses isokorik (volume konstan). Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan pada proses d-c. Terlebih dahulu kita hitung kerja yang dilakukan pada proses a-d.<br /><br />Wad = P(V2-V1) — tekanan konstan<br /><br />Wad = P1 (V2-V1)<br /><br />Wad = 2 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)<br /><br />Wad = 2 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)<br /><br />Wad = 4 x 102 Joule<br /><br />Wad = 400 Joule<br /><br />W total = W pada proses a-d + W pada proses d-c<br /><br />W total = 400 Joule + 0<br /><br />W total = 400 Joule<br /><br />Dengan demikian, banyaknya kalor yang ditambahkan pada proses a-d-c adalah :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-21<br /><br />Contoh soal 3 :<br /><br />1 liter air berubah menjadi 1671 liter uap ketika dididihkan pada tekanan 1 atm. Tentukan perubahan energi dalam dan besarnya kerja yang dilakukan air ketika menguap(Kalor penguapan air = LV = 22,6 x 105 J/Kg)<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Massa jenis air = 1000 Kg/m3<br /><br />LV = 22,6 x 105 J/Kg<br /><br />P = 1 atm = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 105 N/m2<br /><br />V1 = 1 liter = 1 dm3 = 1 x 10-3 m3 (Volume air)<br /><br />V2 = 1671 liter = 1671 dm3 = 1671 x 10-3 m3 (Volume uap)<br /><br />a) Perubahan energi dalam<br /><br />Perubahan energi dalam = Kalor yang ditambahkan pada air – Kerja yang dilakukan air ketika menguap.<br /><br />Q = mLV<br /><br />Massa (m) air berapa ?<br /><br />Massa jenis air = massa air / volume air<br /><br />Massa air (m) = (massa jenis air)(volume air)<br /><br />Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(1 x 10-3 m3)<br /><br />Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(0,001 m3)<br /><br />Massa air (m) = 1 Kg<br /><br />Q = (1 Kg)(22,6 x 105 J/Kg)<br /><br />Q = 22,6 x 105 J<br /><br />Sekarang kita hitung Kerja (W) yang dilakukan oleh air ketika menguap. Pendidihan air terjadi pada tekanan tetap (proses isobarik).<br /><br />W = p (V2 – V1)<br /><br />W = 1,013 x 105 N/m2 (1671 x 10-3 m3 – 1 x 10-3 m3)<br /><br />W = 1,013 x 105 N/m2 (1670 x 10-3 m3)<br /><br />W = 1691,71 x 102 Joule<br /><br />W = 1,7 x 105 Joule<br /><br />Perubahan energi dalam air :<br /><br />hukum-pertama-termodinamika-22<br /><br />21 x 105 J kalor yang ditambahkan pada air digunakan untuk menaikkan energi dalam (mengatasi gaya tarik antara molekul yang menjaga agar air tetap cair). Dengan kata lain, 21 x 105 J digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Ketika air suah menjadi uap, 1,7 x 105 J yang tersisa dipakai untuk melakukan kerja… <br />Diposkan oleh tugas fisika di 21:56 0 komentar <br />Hukum II Termodinamika <br />Hukum II Termodinamika <br />Untuk menjelaskan proses termodinamika yang hanya terjadi pada satu arah (proses ireversibel), para ilmuwan merumuskan hukum kedua termodinamika. Hukum kedua termodinamika menjelaskan proses apa saja yang bisa terjadi di alam semesta dan proses apa saja yang tidak bisa terjadi. Salah seorang ilmuwan yang bernama R. J. E. Clausius (1822-1888) membuat sebuah pernyataan berikut :<br /><br />Kalor berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah; kalor tidak akan berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi (Hukum kedua termodinamika – pernyataan Clausius).<br /><br />Pernyataan eyang butut Clausius merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua termodinamika. Disebut pernyataan khusus karena hanya berlaku untuk satu proses saja (berkaitan dengan perpindahan kalor). Karena pernyataan ini tidak berkaitan dengan proses lainnya, maka kita membutuhkan pernyataan yang lebih umum. Perkembangan pernyataan umum hukum kedua termodinamika sebagiannya didasarkan pada studi tentang mesin kalor. Karenanya terlebih dahulu kita bahas mesin kalor.<br /><br />MESIN KALOR (heat engine)<br /><br />Batu tidak bisa bergerak dengan sendirinya karena tiba-tiba saja ia punya energi kinetik. Batu bisa bergerak kalau dirimu lempar. Ketika melempar batu, energi potensial kimia dalam tubuhmu berubah menjadi energi kinetik batu.<br /><br />Hampir semua energi yang kita gunakan berasal dari energi potensial kimia yang terkandung dalam minyak bumi, gas, batu bara. Energi potensial kimia yang terkandung dalam minyak bumi, gas atau batu bara tidak bisa langsung digunakan. Minyak bumi, gas atau batu bara harus dibakar terlebih dahulu, maka minyak bumi dkk biasa disebut sebagai bahan bakar. Lebih tepatnya bahan bakar fosil.<br /><br />Biasanya hasil pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, gas dan batu bara) menghasilkan kalor alias panas. Kalor bisa kita gunakan secara langsung untuk memasak makanan, memanaskan ruangan. Untuk menggerakan sesuatu (misalnya menggerakkan kendaraan), kita harus mengubah kalor menjadi energi kinetik atau energi mekanik (energi mekanik = energi potensial + energi kinetik). Mengubah energi mekanik menjadi kalor adalah pekerjaan yang sangat mudah, tetapi mengubah kalor menjadi energi mekanik adalah pekerjaan sulit. Coba gosokan kedua telapak tanganmu… telapak tanganmu kepanasan khan ? Ketika kita menggosok kedua telapak tangan (kita melakukan usaha alias kerja), energi mekanik berubah menjadi kalor. Bahkan kalor yang tak terbatas bisa dihasilkan dengan melakukan kerja. Tapi proses sebaliknya, yakni memanfaatkan kalor untuk melakukan kerja adalah pekerjaan yang sulit.<br /><br />Alat yang digunakan untuk memanfaatkan kalor untuk melakukan kerja baru ditemukan pada tahun 1700. Alat yang dimaksud adalah mesin uap. Mesin uap pertama kali digunakan untuk memompa air keluar dari tambang batu bara. Perlu diketahui bahwa penggunaan mesin uap pertama terjadi sebelum para ilmuwan mengetahui bahwa kalor sebenarnya merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu (hukum pertama termodinamika belum dirumuskan). Penggunaan mesin uap waktu itu mungkin didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang menunjukkan bahwa uap bisa menggerakkan sesuatu (misalnya uap air menendang-nendang tutup panci). Mesin uap termasuk mesin kalor (mesin kalor = alat yang mengubah kalor menjadi energi mekanik). Sekarang mesin uap digunakan untuk membangkitkan energi listrik. Mesin kalor modern adalah mesin pembakaran dalam (mesin mobil, mesin sepeda motor dkk).<br /><br />Gagasan dasar dibalik penggunaan mesin kalor adalah bahwa kalor bisa diubah menjadi energi mekanik hanya jika kalor dibiarkan mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Selama proses ini, sebagian kalor diubah menjadi energi mekanik (sebagian kalor digunakan untuk melakukan kerja), sebagian kalor dibuang pada tempat yang bersuhu rendah. Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin kalor tampak seperti diagram di bawah…<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-16<br /><br />Amati diagram di atas… Suhu tinggi (TH) dan suhu rendah (TL) dikenal juga dengan julukan suhu operasi mesin (suhu = temperatur). Kalor yang mengalir dari tempat bersuhu tinggi diberi simbol QH, sedangkan kalor yang dibuang ke tempat bersuhu rendah diberi simbol QL. Ketika mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah, sebagian QH diubah menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan kerja/W), sebagian lagi dibuang sebagai QL. Sebenarnya kita sangat mengharapkan bahwa semua QH bisa diubah menjadi W, tapi pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Selalu saja ada kalor yang terbuang. Dengan demikian, berdasarkan kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa QH = W + QL.<br /><br />Sekarang mari kita tinjau mesin kalor yang biasa digunakan untuk mengubah kalor menjadi energi mekanik. Perlu diketahui bahwa kita hanya meninjau mesin kalor yang melakukan kerja secara terus menerus. Agar kerja bisa dilakukan secara terus menerus maka kalor harus mengalir secara terus menerus dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Jika kalor hanya mengalir sekali saja maka kerja yang dilakukan mesin kalor juga hanya sekali saja (energi mekanik yang dihasilkan sangat sedikit). Dengan demikian mesin kalor tersebut tidak bisa kita manfaatkan secara optimal. Mesin kalor bisa dimanfaatkan secara optimal jika ia melakukan kerja secara terus menerus. Dengan kata lain, stok energi mekanik yang dihasilkan mesin kalor cukup banyak sehingga bisa kita gunakan untuk menggerakkan sesuatu.<br /><br />Mesin Uap<br /><br />Mesin uap menggunakan uap air sebagai media penghantar kalor. Uap biasa disebut sebagai zat kerja mesin uap. Terdapat dua jenis mesin uap, yakni mesin uap tipe bolak balik dan mesin uap turbin (turbin uap). Rancangan alatnya sedikit berbeda tetapi kedua jenis mesin uap ini mempunyai kesamaan, yakni menggunakan uap yang dipanaskan oleh pembakaran minyak, gas, batu bara atau menggunakan energi nuklir.<br /><br />Mesin uap tipe bolak balik<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-2<br /><br />Air dalam wadah biasanya dipanaskan pada tekanan yang tinggi. Karena dipanaskan pada tekanan yang tinggi maka proses pendidihan air terjadi pada suhu yang tinggi (ingat pembahasan mengenai pendidihan – Teori kinetik gas). Biasanya air mendidih (air mendidih = air berubah menjadi uap) sekitar suhu 500 oC. Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Semakin tinggi suhu uap, semakin besar tekanan uap. Uap bersuhu tinggi atau uap bertekanan tinggi tersebut bergerak melewati katup masukan dan memuai terhadap piston. Ketika memuai, uap mendorong piston sehingga piston meluncur ke kanan. Dalam hal ini, sebagian kalor alias panas pada uap berubah menjadi energi kinetik (uap melakukan kerja terhadap piston — W = Fs). Pada saat piston bergerak ke kanan, roda yang dihubungkan dengan piston berputar (1). Setelah melakukan setengah putaran, roda menekan piston kembali ke posisinya semula (2). Ketika piston bergerak ke kiri, katup masukan dengan sendirinya tertutup, sebaliknya katup pembuangan dengan sendirinya terbuka. Uap tersebut dikondensasi oleh kondensor sehingga berubah menjadi embun (embun = air yang berasal dari uap). Selanjutnya, air yang ada di dalam kondensor dipompa kembali ke wadah untuk dididihkan lagi. Demikian seterusnya… Karena prosesnya terjadi secara berulang-ulang maka piston bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus. Karena piston bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus maka roda pun berputar secara terus menerus. Putaran roda biasanya digunakan untuk menggerakan sesuatu…<br /><br />Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin uap tipe bolak balik di atas bisa dijelaskan seperti ini : Bahan bakar fosil (batu bara/minyak/gas) memiliki energi potensial kimia. Ketika bahan bakar fosil dibakar, energi potensial kimia berubah bentuk menjadi kalor alias panas. Kalor alias panas yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar fosil digunakan untuk memanaskan air (kalor berpindah menuju air dan uap). Selanjutnya sebagian kalor pada uap berubah bentuk menjadi energi kinetik translasi piston, sebagian lagi diubah menjadi energi dalam air. Sebagian besar energi kinetik translasi piston berubah menjadi energi kinetik rotasi roda pemutar, sebagian kecil berubah menjadi kalor alias panas (kalor alias panas timbul akibat adanya gesekan antara piston dengan silinder). Jika digunakan untuk membangkitkan listrik maka energi kinetik rotasi roda pemutar bentuk menjadi energi listrik. Dan seterusnya…<br /><br />Turbin uap<br /><br />Pada dasarnya prinsip kerja turbin uap sama dengan mesin uap tipe bolak balik. Bedanya mesin uap tipe bolak balik menggunakan piston, sedangkan turbin uap menggunakan turbin. Pada mesin uap tipe bolak balik, kalor diubah terlebih dahulu menjadi energi kinetik translasi piston. Setelah itu energi kinetik translasi piston diubah menjadi energi kinetik rotasi roda pemutar. Nah, pada turbin uap, kalor langsung diubah menjadi energi kinetik rotasi turbin… Turbin bisa berputar akibat adanya perbedaan tekanan. Suhu uap sebelah atas bilah jauh lebih besar daripada suhu uap sebelah bawah bilah (bilah tuh lempeng tipis yang ada di tengah turbin). Ingat ya, suhu berbading lurus dengan tekanan. Karena suhu uap pada sebelah atas bilah lebih besar dari suhu uap pada sebelah bawah bilah maka tekanan uap pada sebelah atas bilah lebih besar daripada tekanan uap pada sebelah bawah bilah. Adanya perbedaan tekanan menyebabkan si uap mendorong bilah ke bawah sehingga turbin berputar. Arah putaran turbin tampak seperti gambar di bawah…<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-3<br /><br />Perlu diketahui bahwa prinsip kerja mesin uap didasarkan pada diagram perpindahan energi yang telah dijelaskan di atas. Dalam hal ini, energi mekanik bisa dihasilkan apabila kita membiarkan kalor mengalir dari benda atau tempat bersuhu tinggi menuju benda atau tempat bersuhu rendah. Dengan demikian, perbedaan suhu sangat diperlukan pada mesin uap.<br /><br />Apabila dirimu perhatikan cara kerja mesin uap tipe bolak balik, tampak bahwa piston tetap bisa bergerak ke kanan dan ke kiri walaupun tidak ada perbedaan suhu (tidak ada kondensor dan pompa). Piston bisa bergerak ke kanan akibat adanya pemuaian uap bersuhu tinggi atau uap bertekanan tinggi. Dalam hal ini, sebagian kalor pada uap berubah menjadi energi kinetik translasi piston. Energi kinetik translasi piston kemudian berubah menjadi energi kinetik rotasi roda pemutar. Setelah melakukan setengah putaran, roda akan menekan piston kembali ke kiri. Ketika roda menekan piston kembali ke kiri, energi kinetik rotasi roda berubah lagi menjadi energi kinetik translasi piston. Ketika piston bergerak ke kiri, piston mendorong uap yang ada dalam silinder. Pada saat yang sama, katup pembuangan terbuka. Dengan demikian, uap yang didorong piston tadi akan mendorong temannya ada di sebelah bawah katup pembuangan. Nah, apabila suhu uap yang berada di sebelah bawah katup pembuangan = suhu uap yang didorong piston, maka semua energi kinetik translasi piston akan berubah lagi menjadi energi dalam uap. Energi dalam berbanding lurus dengan suhu. Kalau energi dalam uap bertambah maka suhu uap meningkat. Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Kalau suhu uap meningkat maka tekanan uap juga meningkat. Dengan demikian, tekanan uap yang dibuang melalui katup pembuangan = tekanan uap yang masuk melalui katup masukan. Piston akan tetap bergerak ke kanan dan ke kiri seterusnya tetapi tidak akan ada energi kinetik total yang bisa dimanfaatkan (tidak ada kerja total yang dihasilkan). Jadi energi kinetik yang diterima oleh piston selama proses pemuaian (piston bergerak ke kanan) akan dikembalikan lagi kepada uap selama proses penekanan (piston bergerak ke kiri).<br /><br />Dari penjelasan panjang lebar dan bertele-tele sebelumnya, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan suhu dalam mesin uap tetap diperlukan. Perbedaan suhu dalam mesin uap bisa diperoleh dengan memanfaatkan kondensor. Ketika suhu dan tekanan uap yang berada di sebelah bawah katup pembuangan jauh lebih kecil dari pada suhu dan tekanan uap yang berada di dalam silinder, maka ketika si piston bergerak kembali ke kiri, besarnya tekanan (P = F/A) yang dilakukan piston terhadap uap jauh lebih kecil daripada besarnya tekanan yang diberikan uap kepada piston ketika si piston bergerak ke kanan. Dengan kata lain, besarnya usaha alias kerja yang dilakukan piston terhadap uap jauh lebih kecil daripada besarnya kerja yang dilakukan uap terhadap piston (W = Fs). Jadi hanya sebagian kecil energi kinetik piston yang dikembalikan lagi pada uap. Dengan demikian akan ada energi kinetik total atau kerja total yang dihasilkan. Energi kinetik total ini yang dipakai untuk menggerakan sesuatu (membangkitkan listrik dkk…) Pembangkitan energi listrik akan dibahas secara mendalam pada pokok bahasan listrik dan magnet…<br /><br />Mesin Pembakaran Dalam<br /><br />Mesin sepeda motor dan mesin mobil merupakan contoh mesin pembakaran dalam. Disebut mesin pembakaran dalam karena proses pembakaran terjadi di dalam silinder tertutup. Adanya mesin pembakaran dalam merupakan hasil rekayasa konsep penekanan dan pemuaian adiabatik yang sudah gurumuda jelaskan pada pokok bahasan hukum pertama termodinamika.<br /><br />Pada kesempitan ini kita hanya meninjau mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin dan solar sebagai bahan bakar. Bensin dan solar termasuk minyak bumi, karenanya memiliki energi potensial kimia. Energi potensial kimia dalam bensin dan solar terlebih dahulu diubah menjadi kalor alias panas melalui proses pembakaran. Selanjutnya, kalor alias panas yang diperoleh melalui hasil pembakaran diubah menjadi energi mekanik. Adanya energi mekanik ini yang menyebabkan sepeda motor atau mobil bisa bergerak… Siklus pada mesin bensin disebut sebagai siklus otto, sedangkan siklus pada mesin solar disebut sebagai siklus diesel… Siklus = proses yang terjadi secara reversibel (bolak balik).<br /><br />Siklus otto<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-4Ini adalah gambar mesin pembakaran dalam empat langkah alias empat tak… Mula-mula campuran udara dan uap bensin mengalir dari karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah (langkah masukan). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika piston bergerak ke atas (langkah kompresi alias penekanan). Karena ditekan secara adiabatik maka suhu dan tekanan campuran meningkat. Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara dan uap bensin terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah. Gas bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan mendorong piston ke bawah (langkai pemuaian). Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan). Katup masukan terbuka lagi dan keempat langkah diulangi…<br /><br />Perlu diketahui bahwa tujuan dari adanya langkah kompresi alias penekanan adiabatik adalah menaikkan suhu dan tekanan campuran udara dan uap bensin. Proses pembakaran pada tekanan yang tinggi akan menghasilkan suhu dan tekanan (P = F/A) yang sangat besar. Akibatnya gaya dorong (F = PA) yang dihasilkan selama proses pemuaian menjadi sangat besar. Mesin motor atau mobil menjadi lebih bertenaga… Walaupun tidak ditekan, campuran udara dan uap bensin bisa terbakar ketika si busi memercikkan bunga api. Tapi suhu dan tekanan gas yang terbakar tidak terlalu tinggi sehingga gaya dorong yang dihasilkan juga kecil. Akibatnya mesin menjadi kurang bertenaga…<br /><br />Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pembakaran dalam empat langkah di atas bisa dijelaskan seperti ini : Ketika terjadi proses pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin + energi dalam udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian kalor berubah menjadi energi mekanik batang piston dan poros engkol, sebagian kalor dibuang melalui pipa pembuangan (knalpot). Sebagian besar energi mekanik batang piston dan poros engkol berubah menjadi energi mekanik kendaraan (kendaraan bergerak), sebagian kecil berubah menjadi kalor alias panas… Panas timbul akibat adanya gesekan…<br /><br />Proses pemuaian dan penekanan secara adiabatik pada siklus otto bisa digambarkan melalui diagram di bawah… (Diagram ini menunjukkan model ideal dari proses termodinamika yang terjadi pada mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin).<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-5<br /><br />Campuran udara dan uap bensin masuk ke dalam silinder (a). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin ditekan secara adiabatik (a-b). Perhatikan bahwa volume silinder berkurang… Campuran udara dan uap bensin dipanaskan pada volume konstan – campuran dibakar (b-c). Gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik (c-d). Pendinginan pada volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke pipa pembuangan dan campuran udara + uap bensin yang baru, masuk ke silinder (d-a).<br /><br />Siklus Diesel<br /><br />Prinsip kerja mesin diesel mirip seperti mesin bensin. Perbedaannya terletak pada langkah awal kompresi alias penekanan adiabatik (penekanan adiabatik = penekanan yang dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor alias panas tidak sempat mengalir menuju atau keluar dari sistem. Sistem untuk kasus ini adalah silinder). Kalau dalam mesin bensin, yang ditekan adalah campuran udara dan uap bensin, maka dalam mesin diesel yang ditekan hanya udara saja… Penekanan secara adiabatik menyebabkan suhu dan tekanan udara meningkat. Selanjutnya injector alias penyuntik menyemprotkan solar. Karena suhu dan tekanan udara sudah sangat tinggi maka ketika solar disemprotkan ke dalam silinder, si solar langsung terbakar… Tidak perlu pake busi lagi. Perhatikan besarnya tekanan yang ditunjukkan pada diagram di bawah… bandingkan dengan besarnya tekanan yang ditunjukkan pada diagram siklus otto…<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-6<br /><br />Diagram ini menunjukkan siklus diesel ideal alias sempurna… Mula-mula udara ditekan secara adiabatik (a-b), lalu dipanaskan pada tekanan konstan – penyuntik alias injector menyemprotkan solar dan terjadilah pembakaran (b-c), gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik (c-d), pendinginan pada volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke pipa pembuangan dan udara yang baru, masuk ke silinder (d-a).<br /><br />Dari penjelasan yang bertele-tele di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa setiap mesin kalor pada dasarnya memiliki zat kerja tertentu. Zat kerja untuk mesin uap adalah air, zat kerja untuk mesin bensin adalah udara dan uap bensin, zat kerja untuk mesin diesel adalah udara dan solar. Zat kerja biasanya menyerap kalor pada suhu yang tinggi (QH), melakukan usaha alias kerja (W), lalu membuang kalor sisa pada suhu yang lebih rendah (QL). Karena si energi kekal, maka QH = W + QL.<br /><br />Efisiensi mesin kalor<br /><br />Efisiensi (e) mesin kalor merupakan perbandingan antara Usaha alias Keja (W) yang dilakukan mesin dengan masukan Kalor pada suhu tinggi (QH). Secara matematis bisa ditulis seperti ini :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-7<br /><br />W merupakan keuntungan yang kita terima, sedangkan QH merupakan biaya yang kita keluarkan untuk membeli dan membakar bahan bakar. Sebagai manusia yang selalu ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya , kita sangat berharap bahwa keuntungan yang kita peroleh (W) sebanding dengan biaya yang kita keluarkan (QH).<br /><br />Berdasarkan kekekalan energi, Kalor masukan (QH) harus sama dengan Kerja (W) yang dilakukan + Kalor yang dibuang (QL). Secara matematis bisa seperti ini :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-8<br /><br />Kita gantikan W pada persamaan 1 dengan W pada persamaan 2 :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-9<br /><br />Jika ingin menyatakan efisiensi mesin kalor dalam persentase, kalikan saja persamaan efisiensi dengan 100 %.<br /><br />Berdasarkan persamaan efisiensi di atas, tampak bahwa semakin banyak kalor yang dibuang (QL) oleh suatu mesin kalor, semakin tidak efisien mesin kalor tersebut (merugikan kita). Kita sangat menginginkan agar jumlah kalor yang dibuang (QL) sesedikit mungkin. Bagaimanapun kalor masukan (QH) biasanya diperoleh dengan membakar minyak, batu bara, gas dkk (bahan bakar yang kita bayar). Karenanya setiap mesin kalor pada dasarnya dirancang untuk memiliki efisiensi sebesar mungkin. Walaupun kita sangat menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya (prinsip ekonomi-kah ?), kenyataan menunjukkan bahwa efisiensi mesin uap biasanya sekitar 40 %, sedangkan efisiensi mesin pembakaran dalam sekitar 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa setengah bagian kalor yang diperoleh dengan membakar bahan bakar terbuang percuma. Hanya setengah bagian saja yang berubah menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan usaha alias kerja).<br /><br />Contoh soal 1 :<br /><br />Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (QH), melakukan usaha alias kerja (W) dan membuang kalor sebanyak 2500 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-10<br /><br />Contoh soal 2 :<br /><br />Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (QH), melakukan usaha alias kerja (W) dan membuang kalor sebanyak 2000 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-11<br /><br />Contoh soal 3 :<br /><br />Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (QH), melakukan usaha alias kerja (W) dan membuang kalor sebanyak 1500 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-12<br /><br />Siklus Carnot<br /><br />Untuk mengetahui bagaimana menaikkan efisiensi mesin kalor, seorang ilmuwan muda belia dari negeri Perancis yang bernama Sadi Carnot (1796-1832) meneliti suatu mesin kalor ideal secara teoritis pada tahun 1824. Pada waktu itu hukum pertama termodinamika belum dirumuskan (apalagi hukum kedua). Setelah Joule dan teman-temannya melakukan percobaan pada tahun 1830-an, para ilmuwan baru mengetahui secara pasti bahwa kalor merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Jadi hukum pertama baru dirumuskan setelah tahun 1830. Carnot sudah meneliti mesin kalor ideal secara teoritis pada tahun 1824. Penelitian yang beliau lakukan sebenarnya untuk menaikkan efisiensi mesin uap yang pada waktu itu sudah digunakan. Kebanyakan mesin uap waktu itu kurang efisien…<br /><br />Siklus pada mesin kalor ideal Carnot disebut sebagai siklus Carnot. Sebelum meninjau siklus Carnot, alangkah baiknya kita pahami kembali proses ireversibel. Setiap proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi yang berlangsung secara alami, biasanya terjadi secara ireversibel (tidak bisa balik). Misalnya kalau kita menggosokkan kedua telapak tangan, kedua telapak tangan kita biasanya kepanasan. Dalam hal ini, kalor alias panas dihasilkan melalui kerja yang kita lakukan. Prosesnya bersifat ireversibel. Kalor alias panas yang dihasilkan tersebut tidak bisa dengan sendirinya melakukan kerja dengan menggosok-gosok kedua telapak tangan kita. Nah, tujuan dari mesin kalor adalah membalikkan sebagian proses ini, di mana kalor alias panas bisa dimanfaatkan untuk melakukan kerja dengan efisiensi sebesar mungkin. Agar mesin kalor bisa memiliki efisiensi yang maksimum maka kita harus menghindari semua proses ireversibel… Perpindahan kalor yang terjadi secara alami biasanya bersifat ireversibel, karenanya kita berupaya agar si kalor tidak boleh jalan-jalan. Pada saat mesin mengambil kalor QH pada tempat yang bersuhu tinggi (TH), zat kerja dalam mesin juga harus berada pada suhu TH. Demikian juga apabila mesin membuang kalor QL pada tempat yang bersuhu rendah (TL), zat kerja dalam mesin juga harus berada pada suhu TL. Jadi setiap proses yang melibatkan perpindahan kalor harus bersifat isotermal (suhu sama). Sebaliknya, apabila suhu zat kerja dalam mesin berada di antara TH dan TL, tidak boleh terjadi perpindahan kalor antara mesin dengan tempat yang memiliki suhu TH (penyedia kalor) dan tempat yang memiliki suhu TL (pembuangan). Agar si kalor tidak jalan-jalan maka proses harus dilakukan secara adiabatik…<br /><br />Siklus Carnot sebenarnya terdiri dari dua proses isotermal reversibel dan dua proses adiabatik reversibel.<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-13<br /><br />Gambar di atas merupakan siklus Carnot untuk gas ideal. Mula-mula kalor diserap selama pemuaian isotermal (a-b). Selama pemuaian isotermal, suhu gas dalam silinder dijaga agar selalu konstan. Selanjutnya gas memuai secara adiabatik sehingga suhunya turun dari TH menjadi TL (b-c). TH = suhu tinggi (High temperatur), TL = suhu rendah (Low temperatur). Selama pemuaian adiabatik, tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari silinder. Setelah itu gas ditekan secara isotermal (c-d). Selama penekanan isotermal, suhu gas dijaga agar selalu konstan. Seluruh proses pada siklus Carnot bersifat reversibel…<br /><br />Selama pemuaian isotermal dan penekanan isotermal, suhu gas dijaga agar selalu konstan. Tujuannya adalah menghindari adanya perbedaan suhu. Adanya perbedaan suhu bisa menyebabkan terjadi perpindahan kalor (proses ireversibel). Agar proses isotermal bisa terjadi (suhu gas selalu konstan) maka gas harus dimuaikan atau ditekan secara perlahan-lahan. Dalam kenyataannya, pemuaian atau penekanan gas terjadi lebih cepat. Hal ini diakibatkan oleh adanya turbulensi (ingat materi fluida dinamis), gesekan, viskositas alias kekentalan dkk. Akibatnya, proses isotermal yang sempurna tidak akan pernah ada. Sebaliknya, pemuaian dan penekanan adiabatik dilakukan dengan cepat. Tujuannya adalah menjaga agar kalor tidak mengalir menuju silinder atau kabur dari silinder. Adaya gesekan, viskositas alias kekentalan dkk menyebabkan pemuaian dan penekanan adiabatik sempurna tidak akan pernah ada. Perlu diketahui bahwa mesin Carnot hanya bersifat teoritis saja. Mesin carnot tidak ada dalam kehidupan kita. Walaupun hanya bersifat teoritis saja tetapi adanya mesin Carnot sangat membantu pengembangan ilmu termodinamika. Minimal kita bisa mengetahui setiap proses ireversibel yang mungkin terjadi selama proses dan berupaya untuk meminimalkannya sehingga efisiensi mesin kalor rancangan kita bisa bernilai maksimum.<br /><br />Hasil yang sangat penting dari mesin Carnot adalah bahwa untuk mesin kalor yang sempurna (semua proses reversibel), Kalor yang diserap (QH) sebanding dengan suhu TH dan Kalor yang dibuang (QL) sebanding dengan suhu TL. Dengan demikian, efisiensi mesin kalor sempurna adalah :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-14<br /><br />Contoh soal 1 :<br /><br />Sebuah mesin uap bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC. Tentukan efisiensi ideal (efisiensi Carnot) dari mesin uap tersebut.<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Suhu harus diubah ke dalam skala kelvin<br /><br />TH (suhu tinggi) = 500 oC = 500 + 273 = 773 K<br /><br />TL (suhu rendah) = 300 oC = 300 + 273 = 573 K<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-a<br /><br />Efisiensi ideal atau efisiensi mesin kalor sempurna yang bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC adalah 26 %. Apabila mesin yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC, efisiensi maksimum yang bisa dicapai mesin tersebut biasanya sekitar 0,7 kali efisiensi ideal (18,2 %). Hal ini dipengaruhi oleh adanya gesekan dan proses ireversibel lainnya…<br /><br />Contoh soal 2 :<br /><br />Sebuah mesin kalor menerima kalor (Q) sebanyak 600 Joule pada suhu 300 oC, melakukan kerja (W) 100 Joule dan membuang 500 J pada suhu 100 oC. Tentukan efisiensi sebenarnya dan efisiensi ideal (efisiensi Carnot) mesin ini…<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Suhu harus diubah ke dalam skala Kelvin<br /><br />TH (suhu tinggi) = 300 oC — 300 + 273 = 573 K<br /><br />TL (suhu rendah) = 100 oC — 100 + 273 = 373 K<br /><br />QH = 600 J<br /><br />QL = 500 J<br /><br />Efisiensi mesin :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-b<br /><br />Efisiensi ideal mesin ini :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-c<br /><br />Efisiensi ideal atau efisiensi mesin kalor sempurna yang bekerja antara suhu 300 oC dan 100 oC adalah 35 %. Efisiensi maksimum yang bisa dicapai mesin tersebut biasanya sekitar 0,7 kali efisiensi ideal = 0,7 x 35 % = 24,5 % (24,5 % x 600 J = 147 J kalor yang bisa digunakan untuk melakukan kerja).<br /><br />Efisiensi sebenarnya dari mesin ini adalah 17 % (hanya 100 J kalor yang digunakan untuk melakukan kerja). Masih sekitar 147 J – 100 J = 47 J kalor yang bisa dipakai untuk melakukan kerja… Alangkah baiknya jika efisiensi mesin ini dtingkatkan, sehingga kerugian yang kita terima diminimalkan.<br /><br />Contoh soal 3 :<br /><br />Sebuah mesin menerima 1000 Joule kalor dan menghasilkan 400 Joule kerja pada setiap siklus. Mesin ini bekerja di antara suhu 500 oC dan 200 oC. Berapakah efisiensi sebenarnya dan efisiensi ideal mesin ini ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />TH (suhu tinggi) = 500 oC — 500 + 273 = 773 K<br /><br />TL (suhu rendah) = 200 oC — 200 + 273 = 473 K<br /><br />QH = 1000 J<br /><br />QL = 400 J<br /><br />Efisiensi mesin :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-d<br /><br />Efisiensi ideal mesin ini :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-e<br /><br />Efisiensi ideal alias efisiensi carnot = 40 %. Efisiensi mesin sebenarnya = 60 %… Mesin seperti ini tidak ada. Efisiensi mesin tidak mungkin melebihi efisiensi ideal alias efisiensi Carnot…<br /><br />Contoh soal 4 :<br /><br />Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin Carnot mencapai 100 % (1), berapakah suhu pembuangan (TL) yang diperlukan ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-f<br /><br />Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin kalor sempurna bisa mencapai 100 % (semua kalor masukkan bisa digunakan untuk melakukan kerja) maka suhu pembuangan (TL) harus = 0 K.<br /><br />Dalam pokok bahasan Suhu dan Kalor + Teori Kinetik Gas, gurumuda sudah menjelaskan kepadamu bahwa mencapai suhu 0 K adalah sesuatu yang mustahil alias tidak mungkin terjadi (hasil ini dikenal dengan julukan Hukum Ketiga Termodinamika. Selengkapnya akan dibahas dalam episode berikutnya). Karena 0 K tidak mungkin dicapai, maka suatu mesin kalor sempurna tidak mungkin memiliki efisiensi 100 %. Mesin kalor sempurna saja tidak bisa memiliki efisiensi 100 %, apalagi mesin kalor yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari…<br /><br />Karena efisiensi 100 % tidak bisa dicapai oleh mesin kalor maka kita bisa menyimpulkan bahwa tidak mungkin semua kalor masukan (QH) digunakan untuk melakukan kerja. Pasti ada kalor yang terbuang (QL). Hasil ini bisa ditulis:<br /><br />Tidak mungkin ada mesin kalor (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat mengubah semua kalor alias panas menjadi kerja seluruhnya (Hukum kedua termodinamika – pernyataan Kelvin-Planck).<br /><br />Tulisan dicetak miring di atas merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua termodinamika. Disebut sebagai pernyataan khusus karena hanya berlaku untuk mesin kalor saja. Karena Kelvin dan Planck yang merumuskannya maka disebut juga sebagai pernyataan Kelvin-Planck. Perhatikan bahwa terdapat kata siklus pada pernyataan di atas. Siklus adalah proses yang terjadi secara berulang. Jadi si mesin kalor bekerja secara terus menerus. Ditambahkan kata siklus karena dalam kenyataannya, semua kalor bisa diubah menjadi kerja seluruhnya apabila prosesnya terjadi satu kali saja.<br /><br />Pada pokok bahasan hukum pertama termodinamika, sudah menjelaskan kepadamu mengenai beberapa proses termodinamika, antara lain proses isotermal, isobarik, isokorik dan adiabatik. Nah, dalam proses isotermal, kita bisa mengubah semua kalor menjadi usaha alias kerja (Q = W). Hal ini bisa terjadi jika prosesnya hanya terjadi dalam satu tahap saja… Amati gambar di bawah :<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-g<br /><br />Grafik ini menunjukkan proses isotermal (pemuaian isotermal) yang terjadi dalam satu tahap saja… Dalam proses ini, semua kalor (Q) bisa diubah menjadi kerja (W). Besarnya kerja yang dilakukan = luasan yang diarsir…<br /><br />Agar bisa dimanfaatkan, mesin kalor harus bekerja secara terus menerus (prosesnya harus terjadi secara berulang, tidak bisa terjadi hanya dalam satu tahap saja). Misalnya mesin uap tipe bolak balik. Piston pada mesin uap tipe bolak balik harus bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus agar roda bisa berputar (bisa digunakan untuk menggerakkan sesuatu). Roda tidak bisa berputar kalau piston hanya bergerak ke kanan saja, setelah itu diam (proses hanya terjadi dalam satu tahap saja). Apabila proses terjadi secara berulang (piston bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus), tidak mungkin semua kalor bisa diubah menjadi kerja (pernyataan Kelvin-Planck). Misalnya kita tinjau proses isotermal yang ditunjukkan oleh grafik di atas.<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-h<br /><br />Grafik di sebelah kiri menunjukkan pemuaian isotermal (panah ke bawah) dan penekanan isotermal (panah ke atas). Proses terjadi secara terus menerus secara isotermal (Tidak ada kerja yang dihasilkan). Grafik di sebelah kanan merupakan proses pemuaian isotermal (panah ke bawah), proses penekanan isobarik (panah ke kiri) dan proses isokorik (panah ke atas)… Dari kedua grafik ini, tampak bahwa untuk proses yang terjadi secara terus menerus (siklus), selalu ada kalor yang terbuang… Hal ini sesuai dengan penyataan Kelvin-Planck sebelumnya…<br /><br />MESIN PENDINGIN (Refrigerator)<br /><br />Mesin pendingin pada dasarnya merupakan mesin kalor yang bekerja terbalik. Jadi si mesin kalor mengambil kalor alias panas dari tempat yang bersuhu rendah dan membuang kalor tersebut ke tempat yang bersuhu tinggi… Agar proses ini bisa terjadi maka mesin harus melakukan kerja. Bagaimanapun kalor secara alami hanya mau mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Kalor tidak mungkin mengalir dengan sendirinya dari tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi. Hal ini sesuai dengan penyataan om Clausius yang telah diulas sebelumnya… Untuk proses yang terjadi pada mesin pendingin, pernyataan Clausius sebelumnya bisa ditulis dalam :<br /><br />Tidak mungkin ada mesin pendingin (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat memindahkan kalor alias panas dari tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi, tanpa disertai dengan usaha alias kerja (Hukum kedua termodinamika – pernyataan Clausius).<br /><br />Tulisan yang dicetak miring ini merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua termodinamika. Pernyataan ini hanya berlaku untuk mesin pendingin…<br /><br />Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pendingin tampak seperti diagram di bawah…<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-i1<br /><br />Amati diagram di atas… Mesin melakukan kerja (W) untuk mengambil kalor alias panas dari tempat bersuhu rendah (QL) dan membuang kalor tersebut ke tempat bersuhu tinggi (QH). Berdasarkan kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa QL + W = QH.<br /><br />Kalau dalam mesin kalor digunakan istilah efisiensi, maka dalam mesin pendingin digunakan istilah koefisien kinerja (KK). Koefisien kinerja (KK) mesin pendingin merupakan perbandingan antara Kalor yang dipindahkan dari tempat bersuhu rendah (QL) dengan kerja (W) yang dilakukan untuk memindahkan kalor tersebut. Secara matematis bisa ditulis seperti ini :<br /><br />termo-1-1<br /><br />Jika ingin menyatakan koefisien kinerja mesin pendingin dalam persentase, kalikan saja persamaan ini dengan 100 %.<br /><br />Koefisien Kinerja mesin pendingin ideal (Koofisien kinerja pendingin Carnot) :<br /><br />termodinamika-khusus-2<br /><br />Terdapat beberapa mesin pendingin yang biasa kita gunakan, antara lain kulkas, AC (pendingin ruangan) dan pompa kalor.<br /><br />Kulkas<br /><br />Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan. Kondensor = pengubah uap menjadi cair, kompresor = penekan. Gulungan pendingin biasanya berada di dalam kulkas, sedangkan gulungan kondensor berada di luar kulkas (di belakang kulkas).<br /><br />hukum-kedua-termodinamik-l<br /><br />Di dalam gulungan terdapat fluida yang berada dalam keseimbangan fase (berada dalam wujud cair dan uap). Fluida tersebut dikenal dengan julukan refrigeran. Refrigeran yang biasa digunakan pada masa lalu adalah freon. Saat ini freon tidak digunakan lagi karena pelepasan zat ini dapat merusak lapisan ozon.<br /><br />Motor kompresor (digerakkan oleh listrik) menyedot refrigeran (dalam wujud uap) dan menekannya secara adiabatik. Karena ditekan secara adiabatik maka suhu uap meningkat. Karena suhu meningkat maka tekanan uap juga meningkat… Adanya perbedaan suhu antara kompresor (suhu tinggi) dan kondensor (suhu rendah) menyebabkan uap yang bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi berbondong-bondong mengalir melewati gulungan kondensor yang berada di belakang kulkas … Suhu refrigeran lebih tinggi daripada suhu udara sekitar, karenanya ketika mengalir melalui gulungan kondensor, uap melepaskan kalor alias panas ke udara sekitar. Karena dikondensasi oleh kondensor maka uap mendingin dan berubah menjadi cair… Ketika mengalir melalui katup pemuai, si refrigeran yang sudah berubah menjadi cair dimuaikan secara adiabatik. Adanya pemuaian adiabatik menyebabkan cairan menjadi semakin dingin (suhunya menurun). Cairan yang lagi kedinginan tersebut jalan-jalan di dalam gulungan yang berada di dalam kulkas. Karena cairan dalam gulungan lebih dingin daripada udara dalam kulkas maka kalor pun berbondong-bondong meluncur menuju cairan. Karena dikunjungi oleh kalor maka si refrigeran berubah wujud menjadi uap (cairan menyerap kalor alias panas dalam kulkas). Refrigeran yang sudah berubah status menjadi uap disedot oleh motor kompresor dan ditekan secara adiabatik. Dan seterusnya… (prosesnya diulangi lagi). Karena kalor alias panas yang ada di dalam kulkas melakukan pengungsian masal menuju cairan yang ada dalam gulungan maka kulkas menjadi dingin.<br /><br />AC (pendingin ruangan)<br />Walaupun rancangan alatnya berbeda, pada dasarnya prinsip kerja pendingin ruangan mirip seperti kulkas. Untuk kasus ini, isi “kulkas”-nya adalah sebuah ruangan. Biasanya gulungan pendingin berada di dalam ruangan sedangkan gulungan kondensor berada di luar ruangan… Pada bagian belakang gulungan kondensor biasanya terdapat kipas. Tugas kipas hanya mengatur sirkulasi udara dan meniup gulungan kondensor sehingga perpindahan kalor dari gulungan kondensor dan udara sekitar bisa terjadi lebih cepat… Sebaliknya, di bagian belakang gulungan pendingin terdapat blower alias peniup. Tugasnya mirip seperti kipas.. Kalau si kipas niup gulungan kondensor yang ada di luar ruangan sehingga kalor alias panas cepat kabur menuju udara sekitar, maka si blower niup gulungan pendingin yang ada dalam ruangan sehingga udara dingin bisa menyebar dalam ruanganfisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-54835051299694508422010-06-21T19:40:00.000-07:002010-06-21T19:41:31.276-07:00fluidaFluida adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma, dan padat plastik.<br /><br />Fluida memilik sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka mengadakan tegangan geser(shear stress) dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam mengkarakterisasi bentuk fluid. Dapat disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau entitas yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil apapun tegangan geser itu.<br /><br />Fluid dapat dikarakterisasikan sebagai:<br />Fluida Newtonian<br />Fluida Non-Newtonian<br /><br />- bergantung dari cara "stress" bergantung ke "strain" dan turunannya.<br /><br />Fluida juga dibagi menjadi cairan dan gas. Cairan membentuk permukaan bebas (yaitu, permukaan yang tidak diciptakan oleh bentuk wadahnya), sedangkan gas tidak.<br /><br /><br />Bentuk umum persamaan<br /><br />Bentuk umum persamaan Navier-Stokes untuk kekekalan momentum adalah :<br /><br /><br />di mana<br />ρ adalah densitas fluida,<br />adalah derivatif substantif (dikenal juga dengan istilah derivatif dari material)<br />adalah vektor kecepatan,<br />f adalah vektor gaya benda, dan<br />adalah tensor yang menyatakan gaya-gaya permukaan yang bekerja pada partikel fluida.<br /><br />adalah tensor yang simetris kecuali bila fluida tersusun dari derajat kebebasan yang berputar seperti vorteks. Secara umum, (dalam tiga dimensi) memiliki bentuk persamaan:<br /><br /><br />di mana<br />σ adalah tegangan normal, dan<br />τ adalah tegangan tangensial (tegangan geser).<br /><br />Persamaan di atas sebenarnya merupakan sekumpulan tiga persamaan, satu persamaan untuk tiap dimensi. Dengan persamaan ini saja, masih belum memadai untuk menghasilkan hasil penyelesaian masalah. Persamaan yang dapat diselesaikan diperoleh dengan menambahkan persamaan kekekalan massa dan batas-batas kondisi ke dalam persamaan di atas.<br />Fluida Newtonian vs. non-Newtonian<br /><br />Sebuah Fluida Newtonian (dinamakan dari Isaac Newton) didefinisikan sebagai fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti bahwa fluida newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Sebagai contoh, air adalah fluida Newtonian karena air memiliki properti fluida sekalipun pada keadaan diaduk.<br /><br />Sebaliknya, bila fluida non-Newtonian diaduk, akan tersisa suatu "lubang". Lubang ini akan terisi seiring dengan berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat teramati pada material-material seperti puding. Peristiwa lain yang terjadi saat fluida non-Newtonian diaduk adalah penurunan viskositas yang menyebabkan fluida tampak "lebih tipis" (dapat dilihat pada cat). Ada banyak tipe fluida non-Newtonian yang kesemuanya memiliki properti tertentu yang berubah pada keadaan tertentu.<br />Persamaan pada fluida Newtonian<br /><br />Konstanta yang menghubungkan tegangan geser dan gradien kecepatan secara linier dikenal dengan istilah viskositas. Persamaan yang menggambarkan perlakuan fluida Newtonian adalah:<br /><br /><br />di mana<br />τ adalah tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida<br />μ adalah viskositas fluida-sebuah konstanta proporsionalitas<br />adalah gradien kecepatan yang tegak lurus dengan arah geseran<br /><br />Viskositas pada fluida Newtonian secara definisi hanya bergantung pada temperatur dan tekanan dan tidak bergantung pada gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Jika fluida bersifat inkompresibel dan viskositas bernilai tetap di seluruh bagian fluida, persamaan yang menggambarkan tegangan geser (dalam koordinat kartesian) adalah<br /><br /><br />di mana<br />τij adalah tegangan geser pada bidang ith dengan arah jth<br />vi adalah kecepatan pada arah ith<br />xj adalah koordinat berarah jth<br /><br /><br />Jika suatu fluida tidak memenuhi hubungan ini, fluida ini disebut fluida non-Newtonian.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-67565155337086909592010-06-21T19:38:00.000-07:002010-06-21T19:39:58.593-07:00gerak lurusModul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang Fisika yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya. Besaran-besaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan perpindahan, kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.<br /><br />Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan merupakan besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor. Besaran-besaran kinematika ini berkaitan satu sama lain.<br /><br />Gerak lurus pada modul ini, dibedakan atas gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada GLB benda bergerak dengan kecepatan tetap, sedangkan pada GLBB benda bergerak dengan percepatan tetap.<br /><br />Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Bila perubahan kecepatan benda semakin melambat, percepatannya berharga negatif dan disebut perlambatan.<br /><br />Gerak lurus baik GLB maupun GLBB dapat diwakili oleh grafik s-t dan grafik v-t. Dari grafik s-t, GLB kita dapat menentukan kecepatan rata-rata. Dari grafik v-t kita dapat menghitung jarak yang ditempuh benda dengan cara menghitung luas daerah di bawah kurva.<br /><br />Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB pada lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan vertikal terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke bawah dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaan-persamaan yang kita bicarakan di atas.<br /><br />Persamaan GLB,<br /><br />Grafik pada GLB,<br /><br />Persamaan GLBB,<br />1. Pada lintasan datar.<br />vt =<br />s=<br />vt=<br />vo + a.t<br />vo.t + ½ a.t<br />vo+ 2a.s<br /><br />2. Pada lintasan vertikal<br />a.<br /><br />b.<br /><br />Gerak vertikal ke atas<br />1. vt = vo - g.t<br />2. h = vo.t - ½ g.t<br />3. vt = vo - 2g.h<br /><br />Jatuh bebas<br />1. vt = g.t<br />2. h = ½ g.t<br />3. vt = 2g.h<br />4.<br /><br />c.<br /><br />Gerak vertikal ke bawah<br />1. vt = vo + g.t<br />2. h = vo.t + ½ g.t<br />3. vt = vo+ 2g.h<br /><br />Dalam bentuk peta konsep, Kinematika Gerak Lurus yang Anda pelajari adalah sebagai berikut:<br /><br />Posted in Tak Berkategori | No Comments »<br />fisika<br />Oktober 26th, 2009 by deridwiputra<br /><br />Modul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang Fisika yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya. Besaran-besaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan perpindahan, kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.<br /><br />Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan merupakan besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor. Besaran-besaran kinematika ini berkaitan satu sama lain.<br /><br />Gerak lurus pada modul ini, dibedakan atas gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada GLB benda bergerak dengan kecepatan tetap, sedangkan pada GLBB benda bergerak dengan percepatan tetap.<br /><br />Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Bila perubahan kecepatan benda semakin melambat, percepatannya berharga negatif dan disebut perlambatan.<br /><br />Gerak lurus baik GLB maupun GLBB dapat diwakili oleh grafik s-t dan grafik v-t. Dari grafik s-t, GLB kita dapat menentukan kecepatan rata-rata. Dari grafik v-t kita dapat menghitung jarak yang ditempuh benda dengan cara menghitung luas daerah di bawah kurva.<br /><br />Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB pada lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan vertikal terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke bawah dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaan-persamaan yang kita bicarakan di atas.<br /><br />Persamaan GLB, <br /><br /><br /><br />Grafik pada GLB,<br /><br /><br /><br /><br />Persamaan GLBB,<br />1. Pada lintasan datar.vt =<br />s=<br />vt= vo + a.t<br />vo.t + ½ a.t<br />vo+ 2a.s<br /><br /><br />2. Pada lintasan vertikala.<br /><br /><br />b.<br />Gerak vertikal ke atas<br />1. vt = vo - g.t<br />2. h = vo.t - ½ g.t<br />3. vt = vo - 2g.h<br /><br /><br />Jatuh bebas<br />1. vt = g.t<br />2. h = ½ g.t<br />3. vt = 2g.h<br /><br />4. <br /><br />c. <br />Gerak vertikal ke bawah<br />1. vt = vo + g.t<br />2. h = vo.t + ½ g.t<br />3. vt = vo+ 2g.h<br /><br /><br /><br /><br />Dalam bentuk peta konsep, Kinematika Gerak Lurus yang Anda pelajari adalah sebagai berikut:<br /><br />Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) diartikan sebagai gerak benda dalam lintasan lurus dengan percepatan tetap. Yang dimaksudkan dengan percepatan tetap adalah perubahan kecepatan gerak benda yang berlangsung secara tetap dari waktu ke waktu. Mula-mula dari keadaan diam, benda mulai bergerak, semakin lama semakin cepat dan kecepatan gerak benda tersebut berubah secara teratur. Perubahan kecepatan bisa berarti tejadi pertambahan kecepatan atau pengurangan kecepatan. Pengurangan kecepatan terjadi apabila benda akan berhenti. dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap. Pada pembahasan ini kita tidak menggunakan istilah perlambatan untuk benda yang mengalami pengurangan kecepatan secara teratur. Kita tetap menamakannya percepatan, hanya nilainya negatif. Jadi perlambatan sama dengan percepatan yang bernilai negatif.<br /><br /><br />Dalam kehidupan sehari-hari sangat sulit ditemukan benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan, di mana perubahan kecepatannya terjadi secara teratur, baik ketika hendak bergerak dari keadaan diam maupun ketika hendak berhenti. walaupun demikian, banyak situasi praktis terjadi ketika percepatan konstan/tetap atau mendekati konstan, yaitu jika percepatan tidak berubah terhadap waktu (ingat bahwa yang dimaksudkan di sini adalah percepatan tetap, bukan kecepatan tetap. Beda lho….).<br /><br /><br /><br />Penurunan Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)<br /><br />Rumus dalam fisika sangat membantu kita dalam menjelaskan konsep fisika secara singkat dan praktis. Jadi cobalah untuk mencintai rumus, he2…. Dalam fisika, anda tidak boleh menghafal rumus. Pahami saja konsepnya, maka anda akan mengetahui dan memahami cara penurunan rumus tersebut. Hafal rumus akan membuat kita cepat lupa dan sulit menyelesaikan soal yang bervariasi….<br /><br />Sekarang kita coba menurunkan rumus-rumus dalam Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Pahami perlahan-lahan ya….<br /><br />Pada penjelasan di atas, telah disebutkan bahwa dalam GLBB, percepatan benda tetap atau konstan alias tidak berubah. (kalau di GLB, yang tetap adalah kecepatan). Nah, kalau percepatan benda tersebut tetap sejak awal benda tersebut bergerak, maka kita bisa mengatakan bahwa percepatan sesaat dan percepatan rata-ratanya sama. Bisa ya ? ingat bahwa percepatan benda tersebut tetap setiap saat, dengan demikian percepatan sesaatnya tetap. Percepatan rata-rata sama dengan percepatan sesaat karena baik percepatan awal maupun percepatan akhirnya sama, di mana selisih antara percepatan awal dan akhir sama dengan nol.<br /><br />Jika sudah paham, sekarang kita mulai menurunkan rumus-rumus alias persamaan-persamaan.<br /><br />Pada pembahasan mengenai percepatan, kita telah menurunkan persamaan/rumus percepatan rata-rata, di mana<br /><br /><br /><br />t0 adalah waktu awal ketika benda hendak bergerak, t adalah waktu akhir. Karena pada saat t0 benda belum bergerak maka kita bisa mengatakan t0 (waktu awal) = 0. Nah sekarang persamaan berubah menjadi :<br /><br /><br /><br />Satu masalah umum dalam GLBB adalah menentukan kecepatan sebuah benda pada waktu tertentu, jika diketahui percepatannya (sekali lagi ingat bahwa percepatan tetap). Untuk itu, persamaan percepatan yang kita turunkan di atas dapat digunakan untuk menyatakan persamaan yang menghubungkan kecepatan pada waktu tertentu (vt), kecepatan awal (v0) dan percepatan (a). sekarang kita obok2 persamaan di atas…. Jika dibalik akan menjadi<br /><br /><br /><br />ini adalah salah satu persamaan penting dalam GLBB, untuk menentukan kecepatan benda pada waktu tertentu apabila percepatannya diketahui. Jangan dihafal, pahami saja cara penurunannya dan rajin latihan soal biar semakin diingat….<br /><br />Selanjutnya, mari kita kembangkan persamaan di atas (persamaan I GLBB) untuk mencari persamaan yang digunakan untuk menghitung posisi benda setelah waktu t ketika benda tersebut mengalami percepatan tetap.<br /><br />Pada pembahasan mengenai kecepatan, kita telah menurunkan persamaan kecepataan rata-rata<br /><br /><br /><br />Karena pada GLBB kecepatan rata-rata bertambah secara beraturan, maka kecepatan rata-rata akan berada di tengah-tengah antara kecepatan awal dan kecepatan akhir;<br /><br /><br /><br />Persamaan ini berlaku untuk percepatan konstan dan tidak berlaku untuk gerak yang percepatannya tidak konstan. Kita tulis kembali persamaan a :<br /><br /><br /><br />Persamaan ini digunakan untuk menentukan posisi suatu benda yang bergerak dengan percepatan tetap. Jika benda mulai bergerak pada titik acuan = 0 (atau x0 = 0), maka persamaan II dapat ditulis menjadi<br /><br /><br /><br />Sekarang kita turunkan persamaan/rumus yang dapat digunakan apabila t (waktu) tidak diketahui.<br /><br /><br /><br />Sekarang kita subtitusikan persamaan ini dengan nilai t pada persamaan c<br /><br /><br /><br />Terdapat empat persamaan yang menghubungkan posisi, kecepatan, percepatan dan waktu, jika percepatan (a) konstan, antara lain :<br /><br /><br /><br />Persamaan di atas tidak berlaku jika percepatan tidak konstan/tetap. Ingat bahwa x menyatakan posisi/kedudukan, bukan jarak dan ( x – x0 ) adalah perpindahan (s)<br /><br /><br />Latihan Soal<br />Sebuah mobil sedang bergerak dengan kecepatan 20 m/s ke utara mengalami percepatan tetap 4 m/s2 selama 2,5 sekon. Tentukan kecepatan akhirnya<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Pada soal, yang diketahui adalah kecepatan awal (v0) = 20 m/s, percepatan (a) = 4 m/s dan waktu tempuh (t) = 2,5 sekon. Karena yang diketahui adalah kecepatan awal, percepatan dan waktu tempuh dan yang ditanyakan adalah kecepatan akhir, maka kita menggunakan persamaan/rumus<br /><br /><br />Sebuah pesawat terbang mulai bergerak dan dipercepat oleh mesinnya 2 m/s2 selama 30,0 s sebelum tinggal landas. Berapa panjang lintasan yang dilalui pesawat selama itu ?<br /><br />Panduan Jawaban<br /><br />Yang diketahui adalah percepatan (a) = 2 m/s2 dan waktu tempuh 30,0 s. wah gawat, yang diketahui Cuma dua…. Bingung, tolooooooooooooooooong dong ding dong… pake rumus yang mana, PAKE RUMUS GAWAT DARURAT. He2……<br /><br />Santai saja. Kalau ada soal seperti itu, kamu harus pake logika juga. Ada satu hal yang tersembunyi, yaitu kecepatan awal (v0). Sebelum bergerak, pesawat itu pasti diam. Berarti v0 = 0.<br /><br />Yang ditanyakan pada soal itu adalah panjang lintasan yang dilalui pesawat. Tulis dulu persamaannya (hal ini membantu kita untuk mengecek apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut)<br /><br /><br /><br />Pada soal di atas, S0 = 0, karena pesawat bergerak dari titik acuan nol. Karena semua telah diketahui maka kita langsung menghitung panjang lintasan yang ditempuh pesawat<br /><br /><br /><br />Ternyata, panjang lintasan yang ditempuh pesawat adalah 900 m.<br />sebuah mobil bergerak pada lintasan lurus dengan kecepatan 60 km/jam. karena ada rintangan, sopir menginjak pedal rem sehingga mobil mendapat perlambatan (percepatan yang nilainya negatif) 8 m/s2. berapa jarak yang masih ditempuh mobil setelah pengereman dilakukan ?<br /><br />Panduan jawaban<br /><br />Untuk menyelesaikan soal ini dibutuhkan ketelitian dan logika. Perhatikan bahwa yang ditanyakan adalah jarak yang masih ditempuh setelah pengereman dilakukan. Ini berarti setelah pengereman, mobil tersebut berhenti. dengan demikian kecepatan akhir mobil (vt) = 0. karena kita menghitung jarak setelah pengereman, maka kecepatan awal (v0) mobil = 60 km/jam (dikonversi terlebih dahulu menjadi m/s, 60 km/jam = 16,67 m/s ). perlambatan (percepatan yang bernilai negatif) yang dialami mobil = -8 m/s2. karena yang diketahui adalah vt, vo dan a, sedangkan yang ditanyakan adalah s (t tidak diketahui), maka kita menggunakan persamaan<br /><br /><br /><br />Dengan demikian, jarak yang masih ditempuh mobil setelah pengereman hingga berhenti = 17,36 meter (yang ditanyakan adalah jarak(besaran skalar))<br /><br /><br />GRAFIK GLBB<br /><br /><br />Grafik percepatan terhadap waktu<br /><br />Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak lurus dengan percepatan tetap. Oleh karena itu, grafik percepatan terhadap waktu (a-t) berbentuk garis lurus horisontal, yang sejajar dengan sumbuh t. lihat grafik a – t di bawah<br /><br /><br /><br />Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk Percepatan Positif<br /><br />Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t), dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, grafiknya berbentuk garis lurus miring ke atas melalui titik acuan O(0,0), seperti pada gambar di bawah ini. Grafik ini berlaku apabila kecepatan awal (v0) = 0, atau dengan kata lain benda bergerak dari keadaan diam.<br /><br /><br /><br />Kedua, jika kecepatan awal (v0) tidak nol, grafik v-t tetap berbentuk garis lurus miring ke atas, tetapi untuk t = 0, grafik dimulai dari v0. lihat gambar di bawah<br /><br /><br /><br />Nilai apa yang diwakili oleh garis miring pada grafik tersebut ?<br /><br />Pada pelajaran matematika SMP, kita sudah belajar mengenai grafik seperti ini. Persamaan matematis y = mx + n menghasilkan grafik y terhadap x ( y sumbu tegak dan x sumbu datar) seperti pada gambar di bawah.<br /><br /><br /><br />Kemiringan grafik (gradien) yaitu tangen sudut terhadap sumbu x positif sama dengan nilai m dalam persamaan y = n + m x.<br /><br />Persamaan y = n + mx mirip dengan persamaan kecepatan GLBB v = v0 + at. Berdasarkan kemiripan ini, jika kemiringan grafik y – x sama dengan m, maka kita dapat mengatakan bahwa kemiringan grafik v-t sama dengan a.<br /><br /><br /><br />Jadi kemiringan pada grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) menyatakan nilai percepatan (a).<br /><br /><br />Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk Perlambatan (Percepatan Negatif)<br /><br />perlambatan atau percepatan negatif menyebabkan berkurangnya kecepatan. Contoh grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk percepatan negatif dapat anda lihat pada gambar di bawah ini.<br /><br /><br /><br />Grafik Kedudukan Terhadap Waktu (x-t)<br /><br />Persamaan kedudukan suatu benda pada GLBB telah kita turunkan pada awal pokok bahasan ini, yakni<br /><br /><br /><br />Kedudukan (x) merupakan fungsi kuadrat dalam t. dengan demikian, grafik x – t berbentuk parabola. Untuk nilai percepatan positif (a > 0), grafik x – t berbentuk parabola terbuka ke atas, sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.<br /><br /><br /><br /><br />Apabila percepatan bernilai negatif (a < 0), di mana benda mengalami perlambatan, grafik x – t akan berbentuk parabola terbuka ke bawah.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />pertanyaan piter :<br /><br /><br />Tolong kasih penjelan untuk soal ini yach,,he,,he,<br /><br />1. x(t ) = 4t3 + 8t² + 6t – 5<br />a. Berapa kecepatan rata-rata pada t0.5 dan<br />t 2.5<br />b. Berapa kecepatan sesaat pada t 2<br />b. Berapa percepatannya ratanya,?<br /><br />Terimakasih,,he,,he,,salam gbu<br /><br />@ Jawaban :<br /><br />a) Kecepatan rata-rata pada t = 0,5 dan t = 2,5<br /><br /><br />t1 = 0,5 dan t2 = 2,5<br /><br />x1 = 4t3 + 8t² + 6t – 5<br /><br />= 4(0,5)3 + 8(0,5)² + 6(0,5) – 5<br /><br />= 4(0,125) + 8(0,25) + 6(0,5) – 5<br /><br />= 0,5 + 2 + 3 – 5<br /><br />= 0,5<br /><br />x2 = 4t3 + 8t² + 6t – 5<br /><br />= 4(2,5)3 + 8(2,5)² + 6(2,5) – 5<br /><br />= 4(15,625) + 8(6,25) + 6(2,5) – 5<br /><br />= 62,5 + 50 + 15 – 5<br /><br />= 122,5<br /><br /><br />b) Kecepatan sesaat pada t = 2<br /><br />v = 3(4t2) + 2(8t) + 6<br /><br />v = 12t2 + 16t + 6<br /><br />v = 12 (2)2 + 16(2) + 6<br /><br />v = 48 + 32 + 6<br /><br />v = 86<br /><br />Kecepatan sesaat pada t = 2 adalah 86<br /><br />c) Berapa percepatan rata-ratanya ?<br /><br /><br />v1 = 12t12 + 16t1 + 6<br /><br />v2 = 12t22 + 16t2 + 6<br /><br />De piter, t1 dan t2 berapa ?<br /><br />Ketika sebuah benda bergerak membentuk suatu lingkaran dengan laju tetap maka benda tersebut dikatakan melakukan gerak melingkar beraturan alias GMB.<br /><br />Dapatkah kita mengatakan bahwa GMB merupakan gerakan yang memiliki kecepatan linear tetap ? Misalnya sebuah benda melakukan Gerak Melingkar Beraturan, seperti yang tampak pada gambar di bawah. Arah putaran benda searah dengan putaran jarum jam. bagaimana dengan vektor kecepatannya ? seperti yang terlihat pada gambar, arah kecepatan linear/tangensial di titik A, B dan C berbeda. Dengan demikian kecepatan pada GMB selalu berubah (ingat perbedaan antara kelajuan dan kecepatan, kelajuan adalah besaran skalar sedangkan kecepatan adalah besaran vektor yang memiliki besar/nilai dan arah) sehingga kita tidak dapat mengatakan kecepatan linear pada GMB tetap.<br /><br /><br /><br />Pada gerak melingkar beraturan, besar kecepatan linear v tetap, karenanya besar kecepatan sudut juga tetap.<br /><br /><br /><br />Jika arah kecepatan linear alias kecepatan tangensial selalu berubah, bagaimana dengan arah kecepatan sudut ? arah kecepatan sudut sama dengan arah putaran partikel, untuk contoh di atas arah kecepatan sudut searah dengan arah putaran jarum jam. Karena besar maupun arah kecepatan sudut tetap maka besaran vektor yang tetap pada GMB adalah kecepatan sudut. Dengan demikian, kita bisa menyatakan bahwa GMB merupakan gerak benda yang memiliki kecepatan sudut tetap.<br /><br />Pada GMB, kecepatan sudut selalu tetap (baik besar maupun arahnya). Karena kecepatan sudut tetap, maka perubahan kecepatan sudut atau percepatan sudut bernilai nol. Percepatan sudut memiliki hubungan dengan percepatan tangensial, sesuai dengan persamaan<br /><br /><br /><br />Karena percepatan sudut dalam GMB bernilai nol, maka percepatan linear juga bernilai nol. Jika demikian, apakah tidak ada percepatan dalam Gerak Melingkar Beraturan (GMB) ?<br /><br />Pada GMB tidak ada komponen percepatan linear terhadap lintasan, karena jika ada maka lajunya akan berubah. Karena percepatan linear alias tangensial memiliki hubungan dengan percepatan sudut, maka percepatan sudut juga tidak ada dalam GMB. Yang ada hanya percepatan yang tegak lurus terhadap lintasan, yang menyebabkan arah kecepatan linear berubah-ubah. Sekarang mari kita tinjau percepatan ini.<br /><br /><br /><br /><br /><br />PERCEPATAN SENTRIPETAL<br /><br /><br /><br />Percepatan tangensial didefinisikan sebagai perbandingan perubahan kecepatan dengan selang waktu yang sangat singkat, secara matematis dirumuskan sebagai berikut :<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Sekarang kita turunkan persamaan untuk menentukan besar percepatan sentripetal alias percepatan radial (aR)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Kita tulis semua kecepatan dengan v karena pada GMB kecepatan tangensial benda sama (v1 = v2 = v).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Benda yang melakukan gerakan dengan lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari (r) dan laju tangensial tetap (v) mempunyai percepatan yang arahnya menuju pusat lingkaran dan besarnya adalah :<br /><br /><br /><br />Berdasarkan persamaan percepatan sentripetal tersebut, terlihat bahwa nilai percepatan sentripetal bergantung pada kecepatan tangensial dan radius/jari-jari lintasan (lingkaran). Dengan demikian, semakin cepat laju gerakan melingkar, semakin cepat terjadi perubahan arah dan semakin besar radius, semakin lambat terjadi perubahan arah.<br /><br />Arah vektor percepatan sentripetal selalu menuju ke pusat lingkaran, tetapi vektor kecepatan linear menuju arah gerak benda secara alami (lurus), sedangkan arah kecepatan sudut searah dengan putaran benda. Dengan demikian, vektor percepatan sentripetal dan kecepatan tangensial saling tegak lurus atau dengan kata lain pada Gerak Melingkar Beraturan arah percepatan dan kecepatan linear/tangensial tidak sama. Demikian juga arah percepatan sentripetal dan kecepatan sudut tidak sama karena arah percepatan sentripetal selalu menuju ke dalam/pusat lingkaran sedangkan arah kecepatan sudut sesuai dengan arah putaran benda (untuk kasus di atas searah dengan putaran jarum jam).<br /><br />Kita dapat menyimpulkan bahwa dalam Gerak Melingkar Beraturan :<br />besar kecepatan linear/kecepatan tangensial adalah tetap, tetapi arah kecepatan linear selalu berubah setiap saat<br />kecepatan sudut (baik besar maupun arah) selalu tetap setiap saat<br />percepatan sudut maupun percepatan tangensial bernilai nol<br />dalam GMB hanya ada percepatan sentripetal<br /><br /><br />PERIODE DAN FREKUENSI<br /><br /><br />Gerak melingkar sering dijelaskan dalam frekuensi (f) sebagai jumlah putaran per detik. Periode (T) dari benda yang melakukan gerakan melingkar adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran. Hubungan antara frekuensi dengan periode dinyatakan dengan persamaan di bawah ini :<br /><br /><br /><br />Dalam satu putaran, benda menempuh lintasan linear sepanjang satu keliling lingkaran (2 phi r), di mana r merupakan jarak tepi lingkaran dengan pusat lingkaran. Kecepatan linear merupakan perbandingan antara panjang lintasan linear yang ditempuh benda dengan selang waktu tempuh. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Sekarang kita tulis kembali persamaan Gerak Melingkar Beraturan (GMB) yang telah kita turunkan di atas ke dalam tabel di bawah ini :<br /><br /><br /><br /><br /><br />Persamaan fungsi Gerak Melingkar Beraturan (GMB)<br /><br /><br />Pada Gerak Melingkar Beraturan, kecepatan sudut selalu tetap (baik besar maupun arahnya), di mana kecepatan sudut awal sama dengan kecepatan sudut akhir. Karena selalu sama, maka kecepatan sudut sesaat sama dengan kecepatan sudut rata-rata.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Contoh Soal 1 :<br /><br />Sebuah bola bermassa 200 gram diikat pada ujung sebuah tali dan diputar dengan kelajuan tetap sehingga gerakan bola tersebut membentuk lingkaran horisontal dengan radius 0,2 meter. Jika bola menempuh 10 putaran dalam 5 detik, berapakah percepatan sentripetalnya ?<br /><br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />Percepatan sentripetal dirumuskan dengan persamaan :<br /><br /><br /><br />Karena laju putaran bola belum diketahui, maka terlebih dahulu kita tentukan laju bola (v). Apabila bola menempuh 10 putaran dalam 5 detik maka satu putaran ditempuh dalam 2 detik, di mana ini merupakan periode putaran (T). Jarak lintasan yang ditempuh benda adalah keliling lingkaran = 2 phi r, di mana r = jari-jari/radius lingkaran. Dengan demikian, laju bola :<br /><br /><br /><br />Contoh Soal 2 :<br /><br />Satu kali mengorbit bumi, bulan memerlukan waktu 27,3 hari. Jari-jari orbit bulan 384.000 km, berapakah percepatan bulan terhadap bumi ? (catatan : dalam GMB hanya ada percepatan sentripetal, sehingga jika ditanyakan percepatan, maka yang dimaksudkan adalah percepatan sentripetal)<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />Ketika mengorbit bumi satu kali, bulan menempuh jarak 2phi r, di mana r = 3,84 x 108 meter merupakan radius jalur lintasannya (lingkaran). Periode T dalam satuan sekon adalah T = (27,3 hari)(24 jam)(3600 s/jam) = 2,36 x 106 s. Dengan demikian, percepatan sentripetal bulan terhadap bumi adalah :<br /><br /><br /><br /><br />Latihan Soal 3 :<br /><br />Valentino Rosi mengendarai motornya melewati suatu tikungan yang berbentuk setengah lingkaran yang memiliki radius 20 meter. Jika laju sepeda motor 20 m/s, berapakah percepatan sepeda motor (dan The Doctor) ?<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />Percepatan sentripetal sepeda motor + The Doctor adalah :fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-38994870891225243432010-06-21T19:37:00.000-07:002010-06-21T19:38:51.415-07:00momentum sudutJika momentum linear adalah momentum yang dimiliki oleh benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus, maka momentum sudut merupakan momentum yang dimiliki oleh benda-benda yang melakukan gerak rotasi. Dikatakan sudut, karena ketika melakukan gerak rotasi, setiap benda mengitari sudut tertentu. Dalam hal ini, benda berputar terhadap poros alias sumbu rotasi.<br /><br />Persamaan momentum sudut itu mirip dengan persamaan momentum linear. Kita tinggal menggantikan besaran-besaran linear (besaran gerak lurus) pada persamaan momentum dengan besaran-besaran sudut (besaran gerak rotasi).<br /><br />p = mv<br /><br />Ini adalah persamaan momentum untuk benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus. Jika dalam gerak lurus setiap benda (benda dianggap sebagai partikel tunggal) mempunyai massa (m), maka di dalam gerak rotasi, setiap benda tegar (benda dianggap tersusun dari banyak partikel) mempunyai momen Inersia (I). Temannya massa tuh momen inersia. Jadi untuk menurunkan persamaan momentum sudut, kita bisa menggantikan massa (m), dengan momen inersia (I).<br /><br />Ketika sebuah benda melakukan gerak lurus, benda tersebut bergerak dengan kecepatan (v) tertentu. Dalam hal ini, setiap bagian benda itu mempunyai kecepatan yang sama. kecepatan = kecepatan linear. .<br /><br />Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, setiap bagian benda itu juga punya kecepatan linear, tapi kecepatan linearnya berbeda-beda. Misalnya jika dirimu mendorong pintu rumah, bagian tepi pintu bergerak lebih cepat (v besar), sedangkan bagian pintu yang ada di dekat engsel, bergerak lebih pelan (v kecil). Walaupun kecepatan linear setiap bagian benda berbeda-beda, kecepatan sudut semua bagian benda itu selalu sama. Silahkan mendorong pintu rumah lagi… Ketika kita mendorong pintu, semua bagian pintu itu, baik tepi pintu maupun bagian pintu yang ada di dekat engsel, berputar menempuh sudut yang sama, selama selang waktu yang sama. Jika pintu berhenti berputar, semua bagian pintu itu ikut berhenti berputar (kecepatan sudut = 0).<br /><br />Jadi, jika dalam gerak lurus terdapat besaran kecepatan, maka dalam gerak rotasi terdapat besaran kecepatan sudut. Untuk menurunkan persamaan momentum sudut, kita bisa menggantikan kecepatan (v), dengan kecepatan sudut (omega). Nah, sekarang kita langsung menulis persamaan alias rumus momentum sudut…<br /><br /><br /><br />Satuan momentum sudut adalah kg m2/s.<br /><br /><br />Hukum II Newton versi Momentum untuk Gerak Rotasi<br /><br />Dalam pembahasan mengenai impuls dan momentum, gurumuda sudah menjelaskan persamaan Hukum II Newton versi momentum untuk gerak lurus. Silahkan meluncur ke TKP untuk mempelajari lagi jika dirimu sudah melupakannya. Gurumuda langsung tulis persamaannya saja di sini, untuk membantu kita menurunkan persamaan Hukum II Newton versi momentum untuk gerak rotasi. Silahkan pelajari konsep2nya di TKP (impuls dan momentum).<br /><br />Secara matematis, Hukum II Newton versi momentum untuk gerak lurus dinyatakan dengan persamaan :<br /><br /><br /><br />Persamaan Hukum II Newton versi momentum untuk gerak rotasi cuma beda tipis dengan persamaan di atas. Kita tinggal menggantikan besaran2 gerak lurus dengan besaran2 gerak rotasi. Gaya (F) bisa digantikan dengan Torsi, Momentum (p) diganti dengan momentum sudut (L). Besaran waktu (t) tetap.<br /><br />Persamaan Hukum II Newton versi momentum untuk gerak rotasi dinyatakan dengan persamaan :<br /><br /><br /><br />Persamaan ini menyatakan bahwa laju perubahan momentum sudut sama dengan torsi total yang bekerja pada benda tegar. Laju perubahan momentum sudut = perubahan momentum sudut yang terjadi selama selang waktu tertentu. Misalnya mula-mula sebuah benda tegar diam (momentum sudutnya = 0). Setelah dikerjakan Torsi, benda tegar tersebut berotasi dengan kecepatan sudut tertentu. Ketika berotasi, benda tegar itu mempunyai momentum sudut. Jadi selama selang waktu tertentu, benda mengalami perubahan momentum sudut dari nol menjadi ada. Dalam hal ini terjadi pertambahan momentum sudut.<br /><br />Terus torsi total tuh apaan ? Torsi total tuh mirip dengan gaya total. Misalnya mula-mula sebuah pintu diam. Jika kita mendorong pintu (kita mengerjakan torsi pada pintu), pintu itu berputar. Perlu diketahui bahwa tidak semua torsi yang dikerjakan terpakai untuk menggerakan pintu. Sebagian torsi lenyap karena pada pintu juga bekerja torsi akibat adanya gaya gesekan (gesekan antara pintu dengan udara atau gesekan antara pintu dengan engsel). Selisih antara torsi yang kita berikan dan torsi yang timbul akibat adanya gaya gesekan disebut torsi total. Torsi total ini yang membuat pintu berputar alias berotasi.<br /><br />Persamaan Hukum II Newton versi momentum di atas lebih bersifat umum. Maksudnya persamaan itu berlaku baik momen inersia benda tegar konstan maupun tidak konstan.<br /><br />Dari persamaan Hukum II Newton versi momentum di atas, kita juga bisa menurunkan persamaan Hukum II Newton untuk gerak rotasi. Persamaan hukum II Newton untuk gerak rotasi ini berlaku untuk kasus khusus saja, yakni ketika momen inersia benda tegar tetap.<br /><br />Jika<br /><br /><br /><br />Maka persamaan Hukum II Newton versi momentum untuk gerak rotasi di atas bisa menjadi seperti ini :<br /><br /><br /><br />Keterangan :<br /><br /><br /><br />Ini adalah persamaan Hukum II Newton untuk gerak rotasi.<br /><br /><br />HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM SUDUT<br /><br />Momentum sudut yang telah kita pelajari sebelumnya, merupakan konsep yang penting dalam fisika. Momentum sudut merupakan dasar dari hukum kekekalan momentum sudut. btw, hukum itu berbeda dengan prinsip. Dalam fluida, kita mengenal prinsip archimedes, prinsip pascal dkk. Prinsip itu hanya berlaku untuk kondisi tertentu saja. Hukum itu berlaku universal alias umum.<br /><br />Hukum Kekekalan Momentum Sudut menyatakan bahwa :<br /><br />Jika Torsi total yang bekerja pada sebuah benda tegar = 0, maka momentum sudut benda tegar yang berotasi bernilai konstan.<br /><br />Hukum kekekalan momentum sudut ini merupakan salah satu hukum kekekalan yang penting dalam fisika. Secara matematis, pernyataan Hukum Kekekalan momentum Sudut di atas bisa dibuktikan dengan menggunakan persamaan Hukum II Newton untuk gerak rotasi versi momentum.<br /><br /><br /><br />Keterangan :<br /><br /><br /><br /><br />Penerapan Kekekalan Momentum Sudut<br />Kekekalan momentum sudut ini biasa digunakan oleh pemain akrobat, penyelam atau penerjun, penari balet, pemain ice skating, kucing dkk.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-38759901396480588052010-06-21T19:34:00.000-07:002010-06-21T19:37:36.250-07:00momen inersiaSemakin besar torsi, semakin besar perubahan kecepatan sudut yang dialami benda. Perubahan kecepatan sudut = percepatan sudut. Jadi kita bisa mengatakan bahwa torsi sebanding alias berbanding lurus dengan percepatan sudut benda. Perlu diketahui bahwa benda yang berotasi juga memiliki massa.<br /><br />Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa bisa diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan geraknya. Apabila benda sudah bergerak lurus dengan kecepatan tertentu, benda sulit dihentikan jika massa benda itu besar. Sebuah truk gandeng yang sedang bergerak lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan sebuah taxi. Sebaliknya jika benda sedang diam (kecepatan = 0), benda tersebut juga sulit digerakan jika massanya besar. Misalnya jika kita menendang bola tenis meja dan bola sepak dengan gaya yang sama, maka tentu saja bola sepak akan bergerak lebih lambat.<br /><br />Dalam gerak rotasi, “massa” benda tegar dikenal dengan julukan Momen Inersia alias MI. Momen Inersia dalam Gerak Rotasi tuh mirip dengan massa dalam gerak lurus. Kalau massa dalam gerak lurus menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan linear (kecepatan linear = kecepatan gerak benda pada lintasan lurus), maka Momen Inersia dalam gerak rotasi menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan sudut (kecepatan sudut = kecepatan gerak benda ketika melakukan gerak rotasi. Disebut sudut karena dalam gerak rotasi, benda bergerak mengitari sudut). Makin besar Momen inersia suatu benda, semakin sulit membuat benda itu berputar alias berotasi. sebaliknya, benda yang berputar juga sulit dihentikan jika momen inersianya besar.<br /><br /><br />Momen Inersia Partikel<br /><br />Sebelum kita membahas momen inersia benda tegar, terlebih dahulu kita pelajari Momen inersia partikel. Btw, dirimu jangan membayangkan partikel sebagai sebuah benda yang berukuran sangat kecil. Sebenarnya tidak ada batas ukuran yang ditetapkan untuk kata partikel. Jadi penggunaan istilah partikel hanya untuk mempermudah pembahasan mengenai gerakan, di mana posisi suatu benda digambarkan seperti posisi suatu titik. Konsep partikel ini yang kita gunakan dalam membahas gerak benda pada Topik Kinematika (Gerak Lurus, Gerak Parabola, Gerak Melingkar) dan Dinamika (Hukum Newton). Jadi benda-benda dianggap seperti partikel.<br /><br /><br />Konsep partikel itu berbeda dengan konsep benda tegar. Dalam gerak lurus dan gerak parabola, misalnya, kita menganggap benda sebagai partikel, karena ketika bergerak, setiap bagian benda itu memiliki kecepatan (maksudnya kecepatan linear) yang sama. Ketika sebuah mobil bergerak, misalnya, bagian depan dan bagian belakang mobil mempunyai kecepatan yang sama. Jadi kita bisa mengganggap mobil seperti partikel alias titik.<br /><br /><br />Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, kecepatan linear setiap bagian benda berbeda-beda. Bagian benda yang ada di dekat sumbu rotasi bergerak lebih pelan (kecepatan linearnya kecil), sedangkan bagian benda yang ada di tepi bergerak lebih cepat (kecepatan linear lebih besar). Jadi , kita tidak bisa menganggap benda sebagai partikel karena kecepatan linear setiap bagian benda berbeda-beda ketika ia berotasi. Kecepatan sudut semua bagian benda itu sama. Mengenai hal ini sudah dijelaskan dalam Kinematika Rotasi.<br /><br /><br />Jadi pada kesempatan ini, terlebih dahulu kita tinjau Momen Inersia sebuah partikel yang melakukan gerak rotasi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kita memahami konsep momen inersia. Setelah membahas Momen Inersia Partikel, kita akan berkenalan dengan momen inersia benda tegar. btw, benda tegar itu memiliki bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Jadi untuk membantu kita memahami momen Inersia benda-benda yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda itu, terlebih dahulu kita pahami Momen Inersia partikel. Bagaimanapun, setiap benda itu bisa dianggap terdiri dari partikel-partikel.<br /><br />Sekarang mari kita tinjau sebuah partikel yang melakukan gerak rotasi.<br /><br /><br /><br />Misalnya sebuah partikel bermassa m diberikan gaya F sehingga ia melakukan gerak rotasi terhadap sumbu O. Partikel itu berjarak r dari sumbu rotasi. mula-mula partikel itu diam (kecepatan = 0). Setelah diberikan gaya F, partikel itu bergerak dengan kecepatan linear tertentu. Mula-mula partikel diam, lalu bergerak (mengalami perubahan kecepatan linear) setelah diberikan gaya. Dalam hal ini benda mengalami percepatan tangensial. Percepatan tagensial = percepatan linear partikel ketika berotasi.<br /><br />Kita bisa menyatakan hubungan antara gaya (F), massa (m) dan percepatan tangensial (at), dengan persamaan Hukum II Newton :<br /><br /><br /><br /><br />Karena partikel itu melakukan gerak rotasi, maka ia pasti mempunyai percepatan sudut. Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut dinyatakan dengan persamaan :<br /><br /><br /><br />Sekarang kita masukan a tangensial ke dalam persamaan di atas :<br /><br /><br /><br />Kita kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan r :<br /><br /><br /><br />Perhatikan ruas kiri. rF = Torsi, untuk gaya yang arahnya tegak lurus sumbu (bandingan dengan gambar di atas). Persamaan ini bisa ditulis menjadi :<br /><br /><br /><br />mr2 adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari sumbu rotasi. persamaan ini juga menyatakan hubungan antara torsi, momen inersia dan percepatan sudut partikel yang melakukan gerak rotasi. Istilah kerennya, ini adalah persamaan Hukum II Newton untuk partikel yang berotasi.<br /><br />Jadi Momen Inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel itu (m) dengan kuadrat jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke partikel (r2). Untuk mudahnya, bandingkan dengan gambar di atas.<br /><br />Secara matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut :<br /><br /><br /><br />Momen Inersia Benda Tegar<br /><br />Secara umum, Momen Inersia setiap benda tegar bisa dinyatakan sebagai berikut :<br /><br /><br /><br />Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang tersebar di seluruh bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu saja memiliki jarak r dari sumbu rotasi. jadi momen inersia dari setiap benda merupakan jumlah total momen inersia setiap partikel yang menyusun benda itu.<br /><br />Ini cuma persamaan umum saja. Bagaimanapun untuk menentukan Momen Inersia suatu benda tegar, kita perlu meninjau benda tegar itu ketika ia berotasi. Walaupun bentuk dan ukuran dua benda sama, tetapi jika kedua benda itu berotasi pada sumbu alias poros yang berbeda, maka Momen Inersia-nya juga berbeda.<br /><br />Sekarang coba kita lihat Momen Inersia beberapa benda tegar.<br /><br /><br />Momen Inersia Benda-Benda yang Bentuknya Beraturan<br /><br />Selain bergantung pada sumbu rotasi, Momen Inersia (I) setiap partikel juga bergantung pada massa (m) partikel itu dan kuadrat jarak (r2) partikel dari sumbu rotasi. Total massa semua partikel yang menyusun benda = massa benda itu. Persoalannya, jarak setiap partikel yang menyusun benda tegar berbeda-beda jika diukur dari sumbu rotasi. Ada partikel yang berada di bagian tepi benda, ada partikel yang berada dekat sumbu rotasi, ada partikel yang sembunyi di pojok bawah, ada yang terjepit di tengah . amati gambar di bawah<br /><br /><br /><br />Ini contoh sebuah benda tegar. Benda-benda tegar bisa dianggap tersusun dari partikel-partikel. Pada gambar, partikel diwakili oleh titik berwarna hitam. Jarak setiap partikel ke sumbu rotasi berbeda-beda. Ini cuma ilustrasi saja.<br /><br />Cara praktis untuk mengatasi hal ini (menentukan MI benda tegar) adalah menggunakan kalkulus.<br /><br />Lingkaran tipis dengan jari-jari R dan bermassa M (sumbu rotasi terletak pada pusat)<br /><br /><br /><br />Lingkaran tipis ini mirip seperti cincin tapi cincin lebih tebal. Jadi semua partikel yang menyusun lingkaran tipis berada pada jarak r dari sumbu rotasi. Momen inersia lingkaran tipis ini sama dengan jumlah total momen inersia semua partikel yang tersebar di seluruh bagian lingkaran tipis.<br /><br />Momen Inersia lingkaran tipis yang berotasi seperti tampak pada gambar di atas, bisa diturunkan sebagai berikut :<br /><br /><br /><br />Perhatikan gambar di atas. Setiap partikel pada lingkaran tipis berada pada jarak r dari sumbu rotasi. dengan demikian : r1 = r2 = r3 = r4 = r5 = r6 = R<br /><br />I = MR2<br /><br />Ini persamaan momen inersia-nya.<br /><br />Rumus momen inersia beberap benda-benda tegar:<br /><br />Cincin tipis berjari-jari R,<br /><br />bermassa M dan lebar L (sumbu rotasi terletak di tengah-tengah salah satu diameter)<br /><br /><br /><br />Cincin tipis berjari-jari R, bermassa M dan lebar L<br /><br />(sumbu rotasi terletak pada salah satu garis singgung)<br /><br /><br /><br />Silinder berongga,<br /><br />dengan jari-jari dalam R2 dan jari-jari luar R1<br /><br /><br /><br />Silinder padat<br /><br />dengan jari-jari R (sumbu rotasi terletak pada sumbu silinder)<br /><br /><br /><br /><br /><br />Silinder padat dengan jari-jari R<br /><br />(sumbu rotasi terletak pada diameter pusat)<br /><br /><br /><br />Bola pejal dengan jari-jari R<br /><br />(sumbu rotasi terletak pada salah satu diameter)<br /><br /><br /><br />Kulit Bola dengan jari-jari R<br /><br />(sumbu rotasi terletak pada salah satu diameter)<br /><br /><br /><br />Batang pejal yang panjangnya L<br /><br />(sumbu rotasi terletak pada pusat )<br /><br /><br /><br />Batang pejal yang panjangnya L<br /><br />(sumbu rotasi terletak pada salah satu ujung)<br /><br /><br /><br />Balok pejal yang panjangnya P dan lebarnya L<br /><br />(sumbu rotasi terletak pada pusat; tegak lurus permukaan)<br /><br /><br />Diposkan oleh jp di 14:58 0 komentar <br />Teori Kinetik Gas<br />Teori Kinetik Gas<br />Di pertengahan abad ke-19, ilmuwan mengembangkan suatu teori baru untuk menggantikan teori kalorik. Teori ini bedasarkan pada anggapan bahwa zat disusun oleh partikel-partikel sangat kecil yang selalu bergerak. Bunyi teori Kinetik adalah sebagai berikut:<br /><br />Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat dan karena itu memiliki energi yang lebih besar daripada partikel-partikel dalam benda yang lebih dingin.<br /><br />Teori Kinetik (atau teori kinetik pada gas) berupaya menjelaskan sifat-sifat makroscopik gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan komposisi molekular mereka dan gerakannya. Intinya, teori ini menytakan bahwa tekanan tidaklah disebabkan oleh denyut-denyut statis di antara molekul-molekul, seperti yang diduga Isaac Newton, melainkan disebabkan oleh tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda. Teori Kinetik dikenal pula sebagai Teori Kinetik-Molekular atau Teori Tumbukan atau Teori Kinetik pada Gas.<br /><br />Teori untuk gas ideal memiliki asumsi-asumsi berikut ini:<br /><br />* Gas terdiri dari partikel-partikel sangat kecil, dengan [[massa] tidak nol.<br />* Banyaknya molekul sangatlah banyak, sehingga perlakuan statistika dapat diterapkan.<br />* Molekul-molekul ini bergerak secara konstan sekaligus acak. Partikel-partike yang bergerak sangat cepat itu secara konstan bertumbukan dengan dinding-dinding wadah.<br />* Tumbukan-tumbukan partikel gas terhadap dinding wadah bersifat lenting (elastis) sempurna.<br />* Interaksi antarmolekul dapat diabaikan (negligible). Mereka tidak mengeluarkan gaya satu sama lain, kecuali saat tumbukan terjadi.<br />* Keseluruhan volume molekul-molekul gas individual dapat diabaikan bila dibandingkan dengan volume wadah. Ini setara dengan menyatakan bahwa jarak rata-rata antarpartikel gas cukuplah besar bila dibandingkan dengan ukuran mereka.<br />* Molekul-molekul berbentuk bulat (bola) sempurna, dan bersifat lentur (elastic).<br />* Energi kinetik rata-rata partikel-partikel gas hanya bergantung kepada suhu sistem.<br />* Efek-efek relativistik dapat diabaikan.<br />* Efek-efek Mekanika kuantum dapat diabaikan. Artinya bahwa jarak antarpartikel lebih besar daripada panjang gelombang panas de Broglie dan molekul-molekul dapat diperlakukan sebagai objek klasik.<br />* Waktu selama terjadinya tumbukan molekul dengan dinding wadah dapat diabaikan karena berbanding lurus terhadap waktu selang antartumbukan.<br />* Persamaan-persamaan gerak molekul berbanding terbalik terhadap waktu.<br /><br />Lebih banyak pengembangan menenangkan asumsi-asumsi ini dan didasarkan kepada Persamaan Boltzmann. Ini dapat secara akurat menjelaskan sifat-sifat gas padat, sebab mereka menyertakan volume molekul. Asumsi-asumsi penting adalah ketiadaan efek-efek quantum, kekacauan molekular dan gradien kecil di dalam sifat-sifat banyaknya. Perluasan terhadap orde yang lebih tinggi dalam kepadatan dikenal sebagai perluasan virial. Karya definitif adalah buku tulisan Chapman dan Enskog, tetepi terdapat pengembangan yang lebih modern dan terdapat pendekatan alternatif yang dikembangkan oleh Grad, didasarkan pada perluasan momentum.Di dalam batasan lainnya, untuk gas yang diperjarang, gradien-gradien di dalam sifat-sifat besarnya tidaklah kecil bila dibandingkan dengan lintasan-lintasan bebas rata-ratanya. Ini dikenal sebagai rezim Knudsen regime dan perluasan-perluasannya dapat dinyatakan dengan Bilangan Knudsen.<br /><br />Teori Kinetik juga telah diperluas untuk memasukkan tumbukan tidak lenting di dalam materi butiran oleh Jenkins dan kawan-kawan.<br /><br /><br /><br />Faktor :<br />Tekanan<br /><br />Tekanan dijelaskan oleh teori kinetik sebagai kemunculan dari gaya yang dihasilkan oleh molekul-molekul gas yang menabrak dinding wadah. Misalkan suatu gas denagn N molekul, masing-masing bermassa m, terisolasi di dalam wadah yang mirip kubus bervolume V. Ketika sebuah molekul gas menumbuk dinding wadah yang tegak lurus terhadap sumbu koordinat x dan memantul dengan arah berlawanan pada laju yang sama (suatu tumbukan lenting), maka momentum yang dilepaskan oleh partikel dan diraih oleh dinding adalah:<br /><br />di mana vx adalah komponen-x dari kecepatan awal partikel.<br /><br />Partikel memberi tumbukan kepada dinding sekali setiap 2l/vx satuan waktu (di mana l adalah panjang wadah). Kendati partikel menumbuk sebuah dinding sekali setiap 1l/vx satuan waktu, hanya perubahan momentum pada dinding yang dianggap, sehingga partikel menghasilkan perubahan momentum pada dinding tertentu sekali setiap 2l/vx satuan waktu.<br /><br />gaya yang dimunculkan partikel ini adalah:<br /><br />Keseluruhan gaya yang menumbuk dinding adalah:<br /><br />di mana hasil jumlahnya adalah semua molekul gas di dalam wadah.<br /><br />Besaran kecepatan untuk tiap-tiap partikel mengikuti persamaan ini:<br /><br />Kini perhatikan gaya keseluruhan yang menumbuk keenam-enam dinding, dengan menambahkan sumbangan dari tiap-tiap arah, kita punya:<br /><br />di mana faktor dua muncul sejak saat ini, dengan memperhatikan kedua-dua dinding menurut arah yang diberikan.<br /><br />Misalkan ada sejumlah besar partikel yang bergerak cukup acak, gaay pada tiap-tiap dinding akan hampir sama dan kini perhatikanlah gaya pada satu dinding saja, kita punya:<br /><br />Kuantitas<br /><br />dapat dituliskan sebagai<br />di mana garis atas menunjukkan rata-rata, pada kasus ini rata-rata semua partikel. Kuantitas ini juga dinyatakan dengan<br />di mana vrms dalah akar kuadrat rata-rata kecepatan semua partikel.<br /><br />Jadi, gaya dapat dituliskan sebagai:<br /><br />Tekanan, yakni gaya per satuan luas, dari gas dapat dituliskan sebagai:<br /><br />di mana A adalah luas dinding sasaran gaya.<br /><br />Jadi, karena luas bagian yang berseberangan dikali dengan panjang sama dengan volume, kita punya pernyataan berikut untuk tekanan<br /><br />di mana V adalah volume. Maka kita punya<br /><br />Karena Nm adalah masa keseluruhan gas, maka kepadatan adalah massa dibagi oleh volume<br /><br />Maka tekanan adalah<br /><br />Hasil ini menarik dan penting, sebab ia menghubungkan tekanan, sifat makroskopik, terhadap energi kinetik translasional rata-rata per molekul<br />yakni suatu sifat mikroskopik. Ketahuilah bahwa hasil kali tekanan dan volume adalah sepertiga dari keseluruhan energi kinetik.<br /><br />Suhu dan energi kinetik<br /><br />Dari hukum gas ideal<br /><br />PV = NkBT(1)<br /><br />dimana B adalah konstanta Boltzmann dan T adalah suhu absolut. Dan dari rumus diatas, dihasilkan Gagal memparse (kesalahan sintaks): PV={Nmv_{rms}^2\overset 3}<br /><br />Derivat:<br /><br /><br />yang menuju ke fungsi energi kinetik dari sebuah molekul<br /><br />Energi kinetik dari sistem adalah N kali lipat dari molekul<br /><br />Suhunya menjadi<br /><br />Persamaan 3 ini adalah salah satu hasil penting dari teori kinetik<br />“ Rerata energi kinetik molekuler adalah sebanding dengan suhu absolut. ”<br />Dari persamaan 1 dan 3 didapat:<br /><br />Dengan demikian, hasil dari tekanan dan volume tiap mol sebanding dengan rerata energi kinetik molekuler. Persamaan 1 dan 4 disebut dengan hasil klasik, yang juga dapat diturunkan dari mekanika statistik[1].<br /><br />Karena 3N adalah derajat kebebasan (DK) dalam sebuah sistem gas monoatomik dengan N partikel, energi kinetik tiap DK adalah:<br /><br />Dalam energi kinetik tiap DK, konstanta kesetaraan suhu adalah setengah dari konstanta Boltzmann. Hasil ini berhubungan dengan teorema ekuipartisi. Seperti yang dijelaskan pada artikel kapasitas bahang, gas diatomik seharusnya mempunyai 7 derajat kebebasan, tetapi gas yang lebih ringan berlaku sebagai gas yang hanya mempunyai 5. Dengan demikian, energi kinetik tiap kelvin (gas ideal monoatomik) adalah:<br /><br />* Tiap mole: 12.47 J<br />* Tiap molekul: 20.7 yJ = 129 μeV<br /><br />Pada STP (273,15 K , 1 atm), didapat:<br /><br />* Tiap mole: 3406 J<br />* Tiap molekul: 5.65 zJ = 35.2 meV<br />Banyaknya tumbukan dengan dinding<br /><br />Jumlah tumbukan atom dengan dinding wadah tiap satuan luar tiap satuan waktu dapat diketahui. Asumsikan pada gas ideal, derivasi dari menghasilkan persamaan untuk jumlah seluruh tumbukan tiap satuan waktu tiap satuan luas:<br /><br />Laju RMS molekul<br /><br />Dari persamaan energi kinetik dapat ditunjukkan bahwa:<br /><br />dengan v pada m/s, T pada kelvin, dan R adalah konstanta gas. Massa molar diberikan sebagai kg/mol. Kelajuan paling mungkin adalah 81.6% dari kelajuan RMS, dan rerata kelajuannya 92.1% (distribusi kelajuan Maxwell-Boltzmann).<br />Banyaknya tumbukan dengan dinding<br /><br />One can calculate the number of atomic or molecular collisions with a wall of a container per unit area per unit time.<br /><br />Assuming an ideal gas, a derivation results in an equation for total number of collisions per unit time per area:<br /><br />Laju RMS molekul<br /><br />From the kinetic energy formula it can be shown that<br /><br />with v in m/s, T in kelvins, and R is the gas constant. The molar mass is given as kg/mol. The most probable speed is 81.6% of the rms speed, and the mean speeds 92.1% (distribution of speedfisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-56384642214904072512010-06-20T20:13:00.000-07:002010-06-20T20:17:58.328-07:00mesin pendinginHK II : Pada suatu mesin siklik tidak mungkin kalor yang diterima mesin diubah semuanya menjadi kerja. Selalu ada kalor yang dibuang oleh mesin.<br /><br />mesin pendingin carnot<br /><br />Merupakan kebalikan dari mesin pemanas<br /><br />Posted in Tak Berkategori | No Comments »<br />MESIN PENDINGIN<br />Juni 21st, 2010 by deridwiputra<br /><br />MESIN PENDINGIN<br />SEJARAHNYA<br /><br />Pada awalnya untuk pengawetan makanan digunakan es atau salju sejak 1000 tahun<br />sebelum masehi. Pada tahun 1850 mulai dipakai mesin pendingin yang memakai<br />kompressor dengan bahan pendingin udara. Kemudian dipakai bahan pendingin amonia,<br />keburukannya beracun, sampai akhirnya di temukan bahan pendingin freon yang lebih<br />aman dan digunakan sampai sekarang.<br />Jenis dan Tipe Mesin pendingin<br /><br />Jenis dan tipe mesin pendingin disesuaikan dengan kegunaan dan daya yang dimilikinya. Misalnya AC untuk kantor-kantor besar berbeda dengan AC untuk rumah tangga. Begitu juga untuk jenis kulkas.Karena di pasaran sudah tersedia berbagai jenis dan tipe mesin pendingin.<br />Jenis-jenis Mesin Pendingin<br />Dari berbagai mesin pendingin yang ada, serta ditinjau dari segi kegunaan dan fungsinya,<br />yang umum kita kenal ada 4 macam mesin pendingin, antara lain :<br />1 Refrigerant<br /><br />Jenis ini lebih dikenal dengan sebutan kulkas atau lemari es. Tipe dan kapasitasnya<br />bermacam-macam, dan umumnya digunakan untuk rumah tangga. Fungsinya untuk<br />mendinginkan minuman, mengawetkan bahan makanan, menhasilkan es. Suhu untuk<br />lemari es dipertahankan 3o -100 C<br />2 Freezer<br />Jenis yang satu ini tidak berbeda dengan kulkas, hanya saja kapasitas lebih besar, dan<br />suhunya lebih rendah.<br />3 Air Conditioner (AC)<br /><br />Manusia selalu berusaha untuk membuat keadaan disekelilingnya menjadi lebih baik dan<br />suasana lebih nyaman. Air Conditioner adalah salah satu yang dapat memenuhi<br />kebutuhan itu. Dengan membuat keadaan menjadi lebih sejuk. Sesuai dengan namanya<br />air conditioner berarti pengatur udara diperlukan sekurangnya 3 peraturan<br />a. Suhu udara<br /><br />Adalah derajat panas atau dingin dari udara yang diukur dengan thermo-meter. Udara harus didinginkan untuk membuat suhu di dalam ruangan menjadi sejuk. Suhu kamar yang sejuk dan nyaman adalah 240 – 270 C<br />b. Kelembaban<br /><br />Untuk mendapatkan udara yang sejuk dan nyaman di dalam ruangan, kita harus mengatur<br />kelembaban udara dengan mengambil uap air dari udara atau menambahkan uap air pada<br />udara yang mengalir di dalam ruangan. Jumlah uap air di dalam udara dinyatakan dengan<br />%. Jadi AC selain dapat menyejukkan udara juga dapat membersihkan udara yang ada<br />dalam ruangan. AC rumah tangga dapat dioperasikan dengan listrik satu phase pada 110<br />Volt atau 220 Volt. Kapasitas mulai 4.000 s/d 25.000 BTU/h.<br />4 Kipas Angin<br /><br />Walaupun pada dasarnya peralatan yang satu ini tidak menghasilkan udara atau suhu<br />yang dingin sebagaimana kulkas atau AC, tetapi putaran dan sistem kerjanya mirip<br />dengan kerja dari kedua peralatan diatas.<br />DASAR –DASAR MESIN PENDINGIN<br />Proses Dasar Terjadinya Dingin<br /><br />Dingin merupakan hasil yang diciptakan oleh mesin pendingin terutama kulkas dan<br />freezer. Sedangkan AC lebih ke keadaan sejuk. Proses terjadinya pendinginan yang<br />diciptakan oleh mesin pendingin sebenarnya merupakan tiruan terjadinya dinginyang<br />disebabkan oleh alam. Dan dingin sebenarnya merupakan suatu proses penguapan karena<br />adanya panas akan menimbulkan udara dingin disekitarnya. Dingin terjadi karena adanya<br />penguapan, dan penguapan berlangsung karena adanya panas.<br />Terjadinya Dingin Pada Ruang mesin<br /><br />Proses dingin di dalam mesin pendingin karena adanya pemindahan panas. Setiap mesin<br />pendingin mampu menghasilkan suhu dingin dengan cara menyerap panas dari udara<br />yang ada dalam ruang pada mesin pendingin itu sendiri. Bahan yang digunakan untuk<br />menghasilkan penguapan yang begitu cepat sehingga mampu menghasilkan udara dingin.<br />Biasanya untuk keperluan ini digunakan gas Freon. Gas ini dalam sistem pendinginan<br />memiliki bentuk yang berubah-ubah, yaitu dari bentuk cairan menjadi bentuk gas (uap).<br />Pada kompresor, gas yang telah berubah menjadi uap tadi takanan dan panasnya<br />dinaikkan untuk selanjutnya uap panas yan berasal dari gas itu diturunkan atau<br />didinginkan pada bagian kondensor sampai membentuk cairan. Kemudian sesampainya<br />pada evaporator cairan itu diturunkan tekanannya sehingga menguap dan menyerap panas<br />yang ada di sekitarnya. Kemudian dalam bentuk uap refrigerant tadi dihisap kembali oleh<br />bagian kompresor dan dikeluarkan lagi seperti semula. Proses seperti ini berlangsung<br />secara berulang. Dalam sistem mesin pendingin jumlah refrigerant yang digunakan<br />adalah tetap, yang berubah adalah bentuknya karena adanya proses seperti diatas.<br /><br />Istilah – istilah Teknik di Bidang Pendinginan<br />1 Tekanan<br />Tekanan ialah gaya yang bekerja secara vertikal pada bidang datar luas 1 cm2, oleh benda<br /><br />padat, cair atau gas. Pada umumnya satuannya kg/cm2.<br />2 Temperatur / Suhu<br />Suhu adalah derajat panas atau tingkat kedinginan. Ukuran suhu dinyatakan dengan<br />angka dan angka ini disebut derajat seperti 0C (derajat Celcius), 0F(derajat Fahrenheit)<br />3 Kalor (Panas)<br /><br />Kalor adalah energi yang diterima oleh benda, sehingga suhu benda atau wujudnya<br />berubah. Jika kalor dilepaskan suhu benda akan turun. Kalor adalah suatu bentuk energi<br />yang dapat dipindahkan, tetapi tidak dapat dihilangkan. Kalor dapat diukur meskipun kita<br />tidak melihatnya. Satuan dari kalor joule (J), Kalori , BTU.<br />4 Kalor Jenis<br /><br />Kalor jenis suatu zat ialah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kilo zat itu sebesar 10K atau satu derajat Kelvin. Bilangan kalor jenis dinyatakan dengan satuan K Cal/Kg 0C.<br />5 Panas Bebas<br /><br />Umumnya, apabila memanaskan atau mendinginkan suatu benda, suhu dari benda<br />tersebut mengalami perubahan. Panas yang mempengaruhi langsung pada suatu benda<br />demikian disebut panas bebas.<br />6 Kalor Laten<br /><br />Panas yang diperlukan untuk mengubah wujud zat dari padat menjadi cair, dan cair<br />menjadi gas atau sebaliknya tanpa mengubah suhunya disebut kalor laten (panas laten).<br />Satuan Kalor Laten : Joule, Kalori, BTU,<br />7 Kalor Sensibel<br />Kalor sensibel adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan<br /><br />suhu suatu benda. Satuan dalam : Joule, Kalori, atau BTU.<br />8 Massa Jenis<br />Massa sebuah benda banyaknya zat atau materi yang dikandung suatu benda satuan Kg.<br />Massa Jenis suatu zat ialah massa zat itu dibagi volumenya pada 00C. satuannya Kg/m3,<br />Kg/l.<br />9 Bahan Pendingin (Refrigerant)<br /><br />Refrigerant adalah suatu zat yang mudah menguap dan berfungsi sebagai penghantar<br />panas dalam sirkulasi pada saluran instalasi mesin pendingin. Bahan pendingin<br />(refrigerant) adalah suatu zat yang mudah berubah wujud dari gas menjadi cair atau<br />sebaliknya. Dapat mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor.<br />Untuk instalasi Refrigerator/kulkas, AC dipakai freon R-12 atau R-22 sebagai refrigerant.<br />10 Effek Pendinginan<br /><br />Adalah kemampuan membawa kalor dari bahan pendingin atau jumlah kalor yang dapat<br />diserap oleh 1 pound bahan pendingin waktu mulai evaporator. Satuannya dalam K<br />Cal/Kg.<br />11 Kapasitas Pendinginan<br />Untuk menyatakan efek pendinginan, banyaknya kalori panas yang di serap dalam satuan<br />waktu dinyatakan dengan K Cal/Jam.<br />12 Frost<br /><br />Bila kita mendinginkan udara terus-menerus, volume uap air dalam udara menjadi kecil, dan sebagian uap air yang menyentuh pada permukaan suatu benda yang rendah suhunya akan berbentuk embun-es yang halus. Peristiwa demikian disebut Frost.<br />13 Dingin<br /><br />Dingin adalah suhunya rendah atau tidak ada panas. Dingin adalah akibat dari<br />pengambilan kalor. Lemari es menghasilkan dingin dengan mengambil kalori dari bagian<br />dalamnya. Lemari es tidak dapat menghilangkan kalor, tetapi dapat memindahkan<br />melalui bahan pendingin.<br />14 Tekanan Maksimum, Temperatur Maksimum<br /><br />Benda gas seperti freon, bila di beri tekanan dalam silinder tertutup di bawah suhu udara<br />bebas, menjadi uap air jenuh dan akhirnya berubah menjadi cairan melalui fase<br />pengembunan. Akan tetapi, bila suhu naik sampai suatu derajat, gas tersebut tidak<br />mengembun lagi sekalipun di beri tekanan. Benda gas mempunyai batas kemampuan di<br />mana sudah tidak berdaya untuk mengubah fase gas ke fase cair. Temperatur yang<br />terdapat pada batas tersebut disebut temperatur maksimum dan tekanan pada gas yang<br />terjadi pada batas tersebut dikatakan tekanan maksimum.<br />DASAR TERMODINAMIKA<br />HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA<br />· Perubahan kalor dapat menghasilkan usaha dari perubahan energi dalam.<br />· Kalor yang masuk sistem menjelma sebagai penambahan energi dalam sistem<br />HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA<br /><br />* Kalor tidak mungkin berpindah dari sistem yang bersuhu rendah ke sistem yang<br />bersuhu tinggi secara spontan.<br />* Tidak mungkin ada sembarang proses yang dapat memindahkan panas dari satu<br />temperatur ke temperatur lain yang lebih tinggi.<br />* Panas yang diserap oleh suatu sistem tidak dapat diubah seluruhnya menjadi kerja<br />mekanik pada suatu proses melingkar, ini berarti pastilah ada panas yang terbuang ke<br />sekeliling secara percuma.<br />ENTALPY<br /><br />* Entalpy dari suatu sistem didefinisikan sebagai penjumlahan energi dalam dengan<br />selisih hasil kali tekanan dan volume.<br />* Entalpy dapat didefinisikan kalor total dari panas bebas dan panas laten yang terdapat<br />pada suatu benda. Harga entalpy dinyatakan dalam satuan K Cal?Kg.<br />BAGIAN-BAGIAN PENTING MESIN PENDINGIN<br />KOMPRESOR<br /><br />Kompresor memompa bahan pendingin ke seluruh sistem. Gunanya adalah untuk<br />menghisap gas tekanan rendah dan suhu terendah dari evaporator dan kemudian<br />menekan/memampatkan gas tersebut, sehingga menjadi gas dengan tekanan dan suhu<br />tinggi, lalu dialirkan ke kondensor. Jadi kerja kompresor adalah untuk<br /><br />1. Menurunkan tekanan di evaporator, sehingga bahan pendingin cair di evaporator dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap lebih banyak panas dari sekitarnya. 2. Menghisap gas bahan pendingin dari evaporator, lalu menaikkan tekanan dan suhu gas bahan pendingin tersebut, dan mengalirkannya ke kondensor sehingga gas tersebut dapat mengembun dan memberikan panasnya pada medium yang mendinginkan kondensor.<br />Ada tiga macam kompresor yang banyak dipakai pada mesin-mesin pendingin yaitu :<br /><br />1. Kompresor Torak, kompresinya dikerjakan oleh torak.<br />2. Kompresor Rotasi, kompresinya dikerjakan oleh blade atau vane dan roller<br />3. Kompresor Centrifugal, kompresor centrifugal tidak mempunyai alat-alat tersebut<br />kompresi timbul akibat gaya centrifugal yang terjadi karena gas diputar oleh putaran yang<br />tinggi kecepatannya dan impeller.<br /><br />Ketiga macam kompresor mempunyai keunggulan masing-masing. Pemakaiannya ditentukan oleh besarnya kapasitas, penggunaannya, instalasinya dan jenis bahan pendingin yang dipakai.<br />KONDENSOR<br /><br />Kondensor adalah suatu alat untuk merubah bahan pendingin dari bentuk gas menjadi<br />cair. Bahan pendingin dari kompresor dengan suhu dan tekanan tinggi, panasnya keluar<br />melalui permukaan rusuk-rusuk kondensor ke udara. Sebagai akibat dari kehilangan<br />panas, bahan pendingin gas mula-mula didinginkan menjadi gas jenuh, kemudian<br />mengembun berubah menjadi cair.<br />EVAPORATOR<br /><br />Evaporator adalah suatu alat dimana bahan pendingin menguap dari cair menjadi gas.<br />Melalui perpindahan panas dari dinding – dindingnya, mengambil panas dari ruangan di<br />sekitarnya ke dalam sistem, panas tersebut lalu di bawa ke kompresor dan dikeluarkan<br />lagi oleh kondensor.<br />SARINGAN<br /><br />Saringan untuk AC dibuat dari pipa tembaga berguna untuk menyaring kotoran-kotoran<br />di dalam sistem, seperti : potongan timah, lumpur, karat, dan kotoran lainnya agar tidak<br />masuk ke dalam pipa kapiler atau keran ekspansi. Saringan harus menyaring semua<br />kotoran di dalam sistem, tetapi tidak boleh menyebabkan penurunan tekanan atau<br />membuat sistem menjadi buntu.<br /><br />PIPA KAPILER<br />Pipa kapiler gunanya adalah untuk :<br />1. Menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir di dalam pipa tersebut.<br />2. Mengontrol atau mengatur jumlah bahan pendingin cair yang mengalir dari sisi<br />tekanan tinggi ke sisi tekanan rendah.<br />3KERAN EKSPANSI<br />Keran ekspansi ada 2 macam<br />1. Automatic Expasion Valve<br />2. Thermostatic Expansion Valve<br /><br />Thermostatic Exspansion Valve lebih baik dan lebih banyak dipakai, tetapi pada AC<br />hanya dipakai automatic expansion valve, maka disini kita hanya akan membicarakan<br />automatic expansion valve saja. Gunanya untuk menurunkan cairan dan tekanan tekanan<br />evaporator dalam batas-batas yang telah di tentukan dengan mengalirkan cairan bahan<br />pendingin dalam jumlah yang tertentu ke dalam evaporator.<br />BAHAN PENDINGIN<br /><br />Bahan pendingin adalah suatu zat yang mudah di rubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya, dipakai untuk mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor. Bahan pendingin diantaranya yang dewasa ini banyak dan secara umum digunakan Refrigerant-11 (R-11), R-12, R-13, R-22.<br />MINYAK KOMPRESOR<br /><br />Minyak kompresor untuk mesin-mesin pendingin harus mempunyai sifat-sifat yang<br />khusus untuk keperluan ini. Minyak kompresor dipakai untuk melindungi dan melumasi<br />bagian-bagian yang bergerak dari kompresor. Karena dalam kenyataan minyak<br />kompresor selalu berhubungan, bahkan bercampur dengan bahan pendingin di dalam<br />kompresor dan mengalir bersama-sama ke semua bagian dari sistem.Minyak harus tahan<br />terhadap suhu dan tekanan yang tinggi dari kompresor dan tetap dapat memberikan<br />pelumasan dan melindungi bagian-bagian kompresor yang bergerak agar jangan aus dan<br />rusak.<br />PRINSIP KERJA MESIN PENDINGIN<br />LEMARI ES (REFRIGERATOR)<br /><br />Adalah suatu unit mesin pendingin dipergunakan dalam rumah tangga, untuk menyimpan<br />bahan makanan atau minuman. Untuk menguapkan bahan pendingin di perlukan panas.<br />Lemari es memanfaatkan sifat ini. Bahan pendingin yang digunakan sudah menguap pada<br />suhu -200C. panas yang diperlukan untuk penguapan ini diambil dari ruang pendingin,<br />karena itu suhu dalam ruangan ini akan turun. Penguapan berlangsung dalam evaportor<br />yang ditempatkan dalam ruang pendingin. Karena sirkulasi udara, ruang pendingin ini<br />akan menjadi dingin seluruhnya.<br />CARA KERJA INSTALASI MESIN KULKAS<br /><br />Setelah ke dalam kompresor diisi gas freon , maka gas itu dapat dikeluarkan kembali dari<br />silinder oleh kompresor untuk diteruskan ke kondensor, setelah itu menuju saringan,<br />setelah itu menuju ke pipa kapiler dan akan mengalami penahanan. Adanya penahanan ini<br />akan menimbulkan suatu tekanan di dalam pipa kondensor. Sebagai akibatnya gas<br />tersebut menjadi cairan di dalam pipa kondensor. Dari pipa kapiler cairan tersebut terus<br />ke evaporator dan terus menguap untuk menyerap panas. Setelah menjadi gas terus<br />dihisap lagi ke kompresor. Demilian siklus kembali terulang.<br />JENIS ALIRAN UDARA PENDINGIN<br />Jenis aliran udara pada lemari es ada 2 macam<br /><br />1. Secara alamiah tanpa fan motor, di dalam lemari es udara dingin pada bagian atas<br />dekat evaporator mempunyai berat jenis lebih besar. Dari beratnya sendiri udara dingin<br />akan mengalir ke bagian bawah lemari es. Udara panas pada bagian bawah lemari es<br />karena berat jenisnya lebih kecil dan di desak oleh udara dingin dari atas, akan mengalir<br />naik ke atas menuju evaporator. Udara panas oleh evaporator didinginkan menjadi dingin<br />dan berat lalu mengalir ke bawah lagi. Demikianlah terjadi terus menerus secara alamiah.<br />2. Aliran udara di dalam lemari es dengan di tiup oleh fan motor, lemari es yang memakai<br />fan motor, dapat terjadi sirkulasi udara dingin yang kuat dan merata ke semua bagian dari<br />lemari es. Udara panas di dalam lemari es dihisap oleh fan motor lalu dialirkan melalui<br />evaporator. Udara menjadi dingin dan oleh fan motor di dorong melalui saluran atau<br />cerobong udara, di bagi merata ke semua bagian dalam lemari es.<br />AIR CONDITIONER (AC)<br /><br />Air conditioner atau alat pengkondisi udara membantu manusia memberikan udara sejuk<br />dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi tubuh. Air conditioner bentuknya lebih<br />kecil dari lemari es, tetapi tenaga motor listrik sebagai penggerak yang diperlukan jauh<br />lebih besar. Proses pendinginan yang harus dilakukan yaitu untuk menyejukkan udara<br />dalam suatu ruangan luas atau kamar, adalah jauh lebih lebih besar dari pada lemari<br />pendingin atau kulkas. Secara umum dapat dibedakan menjadi 2 jenis :<br />1. AC Window/ Jendela<br />2. AC Split<br />PRINSIP KERJA AC<br />Prinsip kerja AC dapat dibagi 3 bagian :<br /><br />1. Kerja bahan pendingin, Setelah ke dalam kompresor diisi gas freon , maka gas itu<br />dapat dikeluarkan kembali dari silinder oleh kompresor untuk diteruskan ke kondensor,<br />setelah itu menuju saringan, setelah itu menuju ke pipa kapiler dan akan mengalami<br />penahanan. Adanya penahanan ini akan menimbulkan suatu tekanan di dalam pipa<br />kondensor. Sebagai akibatnya gas tersebut menjadi cairan di dalam pipa kondensor. Dari<br />pipa kapiler cairan tersebut terus ke evaporator dan terus menguap untuk menyerap<br />panas. Setelah menjadi gas terus dihisap lagi ke kompresor. Demilian siklus kembali<br />terulang.<br />2. Kerja Aliran Udara, kerja aliran udara ada 2 bagian yang terpisah yaitu : bagian muka<br />atau bagian depan dan bagian belakang atau bagian yang panas. Bagian depan bagian dari<br />evaporator merupakan bagian dingin, dimana fan menghembuskan udara meniup<br />evaporator sehingga udara yang keluar dari bagian depan udara dingin. Sedangkan bagian<br />belakang fan meniup kondensor untuk mendinginkan sehingga udara yang keluar udara<br />panas dari kondensor.<br />3. Kerja Alat-alat Listrik, Alat-alat listrik dari AC adalah bagian-bagian yang paling<br />banyak variasinya dan paling banyak menimbulkan gangguan-gangguan. Pada prinsipnya<br />dapat dibagi dalam 2 bagian : fan motor dan kompresor dengan alat – alat pengaman dan<br />pengaturnya.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-70140769481609014312010-05-22T02:30:00.001-07:002010-05-22T02:30:39.137-07:00gaya gravitasiGravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Fisika modern mendeskripsikan gravitasi menggunakan Teori Relativitas Umum dari Einstein, namun hukum gravitasi universal Newton yang lebih sederhana merupakan hampiran yang cukup akurat dalam kebanyakan kasus.<br /><br />Sebagai contoh,bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasukmakhluk hidup, dan benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada diluar angkasa, seperti bulan, meteor, dan benda angkasa lainnya, termasuk satelit buatan manusia.<br /><br />Beberapa teori yang belum dapat dibuktikan menyebutkan bahwa gaya gravitasi timbul karena adanya partikel graviton dalam setiap atom.<br /><br />HUKUM GRAVITASI NEWTON<br /><br />Sebelum mencetuskan Hukum Gravitasi Universal, Newton telah melakukan perhitungan untuk menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan sebagaimana besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda-benda di permukaan bumi. Sebagaimana yang kita ketahui, besar percepatan gravitasi di bumi adalah 9,8 m/s2. Jika gaya gravitasi bumi mempercepat benda di bumi dengan percepatan 9,8 m/s2, berapakah percepatan di bulan ? karena bulan bergerak melingkar beraturan (gerakan melingkar bulan hampir beraturan), maka percepatan sentripetal bulan dihitung menggunakan rumus percepatan sentripetal GMB.<br /><br />Diketahui orbit bulan yang hampir bulat mempunyai jari-jari sekitar 384.000 km dan periode (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu putaran) adalah 27,3 hari. Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi adalah<br /><br />Jadi percepatan gravitasi bulan terhadap bumi 3600 kali lebih kecil dibandingkan dengan percepatan gravitasi bumi terhadap benda-benda di permukaan bumi. Bulan berjarak 384.000 km dari bumi. Jarak bulan dengan bumi ini sama dengan 60 kali jari-jari bumi (jari-jari bumi = 6380 km). Jika jarak bulan dari bumi (60 kali jari-jari bumi) dikuadratkan, maka hasilnya sama dengan 3600 (60 x 60 = 602 = 3600). Angka 3600 yang diperoleh dengan mengkuadratkan 60 hasilnya sama dengan Percepatan bulan terhadap bumi, sebagaimana hasil yang diperoleh melalui perhitungan.<br /><br />Berdasarkan perhitungan ini, Newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi yang diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap kuadrat jaraknya (r) dari pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :<br /><br />Selain faktor jarak, Newton juga menyadari bahwa gaya gravitasi juga bergantung pada massa benda. Pada Hukum III Newton kita belajar bahwa jika ada gaya aksi maka ada gaya reaksi. Ketika bumi memberikan gaya aksi berupa gaya gravitasi kepada benda lain, maka benda tersebut memberikan gaya reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap bumi. Karena besarnya gaya aksi dan reaksi sama, maka besar gaya gravitasi juga harus sebanding dengan massa dua benda yang berinteraksi. Berdasarkan penalaran ini, Newton menyatakan hubungan antara massa dan gaya gravitasi. Secara matematis ditulis sbb :<br /><br />MB adalah massa bumi, Mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak antara pusat bumi dan pusat benda lain.<br /><br />Setelah membuat penalaran mengenai hubungan antara besar gaya gravitasi dengan massa dan jarak, Newton membuat penalaran baru berkaitan dengan gerakan planet yang selalu berada pada orbitnya ketika mengitari matahari. Newton menyatakan bahwa jika planet-planet selalu berada pada orbitnya, maka pasti ada gaya gravitasi yang bekerja antara matahari dan planet serta gaya gravitasi antara planet, sehingga benda langit tersebut tetap berada pada orbitnya masing-masing. Luar biasa pemikiran Newton ini. Tidak puas dengan penalarannya di atas, ia menyatakan bahwa jika gaya gravitasi bekerja antara bumi dan benda-benda di permukaan bumi, serta antara matahari dan planet-planet maka mengapa gaya gravitasi tidak bekerja pada semua benda ?<br /><br />Akhirnya, setelah bertele-tele dan terseok-seok, kita tiba pada inti pembahasan panjang lebar ini. Newton pun mencetuskan Hukum Gravitasi Universal dan mengumumkannya pada tahun 1687, hukum yang sangat terkenal dan berlaku baik di indonesia, amerika atau afrika bahkan di seluruh penjuru alam semesta. Hukum gravitasi Universal itu berbunyi demikian :<br /><br />Semua benda di alam semesta menarik semua benda lain dengan gaya sebanding dengan hasil kali massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara benda-benda tersebut.<br /><br />Secara matematis, besar gaya gravitasi antara partikel dapat ditulis sbb :<br /><br />Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel, m1 dan m2 adalah massa kedua partikel, r adalah jarak antara kedua partikel.<br /><br />G adalah konstanta universal yang diperoleh dari hasil pengukuran secara eksperimen. 100 tahun setelah Newton mencetuskan hukum Gravitasi Universal, pada tahun 1978, Henry Cavendish berhasil mengukur gaya yang sangat kecil antara dua benda, mirip seperti dua bola. Melalui pengukuran tersebut, Henry membuktikan dengan sangat tepat persamaan Hukum Gravitasi Universal di atas. Perbaikan penting dibuat oleh Poyting dan Boys pada abad kesembilan belas. Nilai G yang diakui sekarang = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2<br /><br />Contoh soal 1 :<br /><br />Seorang guru fisika sedang duduk di depan kelas dan seorang murid sedang duduk di bagian belakang ruangan kelas. Massa guru tersebut adalah 60 kg dan massa siswa 70 kg (siswa gendut). Jika pusat mereka (yang dimakudkan di sini bukan pusat yang terletak di depan perut manusia) berjarak 10 meter, berapa besar gaya gravitasi yang diberikan oleh guru dan murid satu sama lain ?<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Gampang, tinggal dimasukkan aja nilai-nilai telah diketahui ke dalam persamaan Hukum Newton tentang Gravitasi<br /><br />Contoh soal 2 :<br /><br />Diketahui massa bulan 7,35 x 1022 kg, massa bumi 5,98 x 1024 kg dan massa matahari adalah 1,99 x 1030 kg. Hitunglah gaya total di bulan yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi dan matahari. Anggap saja posisi bulan, bumi dan matahari membentuk segitiga siku-siku. Oya, jarak bumi-bulan 3,84 x 108 m dan jarak matahari-bulan 1,50 x 108 km (1,50 x 1011 m).<br /><br />Keterangan Gambar :<br /><br />b = bulan, B = bumi dan M = matahari<br /><br />Panduan jawaban :<br /><br />Gaya total yang bekerja pada bulan akibat gravitasi matahari dan bumi kita hitung menggunakan vektor. Sebelumnya, terlebih dahulu kita hitung besar gaya gravitasi antara bumi-bulan dan matahari-bulan.<br /><br />Besar gaya gravitasi antara bumi-bulan :<br /><br />Besar gaya gravitasi antara matahari-bulan.<br /><br />Besar gaya total yang dialami bulan dapat dihitung sebagai berikut :<br /><br />Gaya total yang dimaksud di sini tidak sama dengan gaya total pada Hukum II Newton. Hukum gravitasi berbeda dengan Hukum II Newton. Hukum Gravitasi menjelaskan gaya gravitasi dan besarnya yang selalu berbeda tergantung dari jarak dan massa benda yang terlibat. Hukum II Newton menghubungkan gaya total yang bekerja pada sebuah benda dengan massa dan percepatan benda tersebut.<br /><br />Gravitasi di Sekitar Permukaan Bumi<br /><br />Pada awal tulisan ini, kita telah mempelajari Hukum gravitasi Newton dan menurunkan persamaan gravitasi Universal. Sekarang kita mencoba menerapkannya pada gaya gravitasi antara bumi dan benda-benda yang terletak di permukaannya. Kita tulis kembali persamaan gravitasi universal untuk membantu kita dalam menganalisis :<br /><br />Untuk persoalan gravitasi yang bekerja antara bumi dan benda-benda yang terletak di permukaan bumi, m1 pada persamaan di atas adalah massa bumi (mB), m2 adalah massa benda (m), dan r adalah jarak benda dari permukaan bumi, yang merupakan jari-jari bumi (rB). Gaya gravitasi yang bekerja pada bumi merupakan berat benda, mg. Dengan demikian, persamaan di atas kita ubah menjadi :<br /><br />Berdasarkan persamaan ini, dapat diketahui bahwa percepatan gravitasi pada permukaan bumi alias g ditentukan oleh massa bumi (mB) dan jari-jari bumi (rB)<br /><br />G dan g merupkan dua hal yang berbeda. g adalah percepatan gravitasi, sedangkan G adalah konstanta universal yang diperoleh dari hasil pengukuran. Setelah G ditemukan, manusia baru bisa mengetahui massa bumi lewat perhitungan menggunakan persamaan ini. Hal ini bisa dilakukan karena telah diketahui konstanta universal, percepatan gravitasi dan jari-jari bumi.<br /><br />Ini adalah persamaan percepatan gravitasi efektiv. Jika ditanyakan percepatan gravitasi pada ketinggian tertentu di dekat permukaan bumi, maka kita dapat menggunakan persamaan ini. Jika kita menghitung berat benda yang terletak di permukaan bumi, kita menggunakan mg.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-84267868019957189412010-05-22T02:27:00.000-07:002010-05-22T02:29:42.952-07:00getaranGetaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan. Kesetimbangan di sini maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran mempunyai amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang sama.<br />Jenis getaran<br /><br />Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu dibiarkan bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu dilepaskan.<br /><br />Getaran paksa terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada sistem mekanis. Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi.<br />Getaran bebas tanpa peredam<br /><br />Model massa-pegas sederhanal<br /><br />Pada model yang paling sederhana redaman dianggap dapat diabaikan, dan tidak ada gaya luar yang mempengaruhi massa (getaran bebas).<br /><br />Dalam keadaan ini gaya yang berlaku pada pegas Fs sebanding dengan panjang peregangan x, sesuai dengan hukum hooke, atau bila dirumuskan secara matematis:<br /><br /> F_s=- k x \!<br /><br />dengan k adalah tetapan pegas.<br /><br />Sesuai Hukum Kedua Newton gaya yang ditimbulkan sebanding dengan percepatan massa:<br /><br /> \Sigma\ F = ma = m \ddot{x} = m \frac{d^2x}{dt^2} = <br /><br />Karena F = Fs, kita mendapatkan persamaan diferensial biasa berikut:<br /><br /> m \ddot{x} + k x = 0.<br /><br /><br />Gerakan harmonik sederhana sistem benda-pegas<br /><br />Bila kita menganggap bahwa kita memulai getaran sistem dengan meregangkan pegas sejauh A kemudian melepaskannya, solusi persamaan di atas yang memerikan gerakan massa adalah:<br /><br /> x(t) = A \cos (2 \pi f_n t) \!<br /><br />Solusi ini menyatakan bahwa massa akan berosilasi dalam GHS yang memiliki amplitudo A dan frekuensi fn. Bilangan fn adalah salah satu besaran yang terpenting dalam analisis getaran, dan dinamakan frekuensi alami takredam. Untuk sistem massa-pegas sederhana, fn didefinisikan sebagai:<br /><br /> f_n = {1\over {2 \pi}} \sqrt{k \over m} \!<br /><br />Catatan: frekuensi sudut ω (ω = 2πf) dengan satuan radian per detik kerap kali digunakan dalam persamaan karena menyederhanakan persamaan, namun besaran ini biasanya diubah ke dalam frekuensi "standar" (satuan Hz) ketika menyatakan frekuensi sistem.<br /><br />Bila massa dan kekakuan (tetapan k) diketahui frekuensi getaran sistem akan dapat ditentukan menggunakan rumus di atas.<br /><br />Getaran bebas dengan redaman<br />Mass Spring Damper Model<br /><br />Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku pada massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas. Bila bergerak dalam fluida benda akan mendapatkan peredaman karena kekentalan fluida. Gaya akibat kekentalan ini sebanding dengan kecepatan benda. Konstanta akibat kekentalan (viskositas) c ini dinamakan koefisien peredam, dengan satuan N s/m (SI)<br />F_d = - c v = - c \dot{x} = - c \frac{dx}{dt} \!<br /><br />Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita mendapatkan persamaan<br /><br /> m \ddot{x} + { c } \dot{x} + {k } x = 0.<br /><br />Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman cukup kecil, sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan berhenti. Keadaan ini disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling mendapatkan perhatian dalam analisis vibrasi. Bila peredaman diperbesar sehingga mencapai titik saat sistem tidak lagi berosilasi, kita mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik kritis ini sistem disebut dalam keadaan lewat redam.<br /><br />Nilai koefisien redaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis pada model massa-pegas-peredam adalah:<br /><br /> c_c= 2 \sqrt{k m}<br /><br />Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan nisbah yang dinamakan nisbah redama. Nisbah ini adalah perbandingan antara peredaman sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ) adalah<br /><br /> \zeta = { c \over 2 \sqrt{k m} }.<br /><br />Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih kecil dari 0,05, sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0,2-0,3.<br /><br />Solusi sistem kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah<br /><br /> x(t)=X e^{-\zeta \omega_n t} \cos({\sqrt{1-\zeta^2} \omega_n t - \phi}) , \ \ \omega_n= 2\pi f_n <br /><br /><br />Nilai X, amplitudo awal, dan φ, ingsutan fase, ditentukan oleh panjang regangan pegas.<br /><br />Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor eksponensial dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa cepat sistem teredam: semakin besar nisbah redaman, semakin cepat sistem teredam ke titik nol. Fungsi kosinus melambangkan osilasi sistem, namun frekuensi osilasi berbeda daripada kasus tidak teredam.<br /><br />Frekuensi dalam hal ini disebut "frekuensi alamiah teredam", fd, dan terhubung dengan frekuensi alamiah takredam lewat rumus berikut.<br /><br /> f_d= \sqrt{1-\zeta^2} f_n <br /><br />Frekuensi alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah takredam, namun untuk banyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan karenanya perbedaan tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam dan takredam kerap kali tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-6743291737129479822010-05-22T02:25:00.001-07:002010-05-22T02:27:37.904-07:00Benda Tegar (Momen Gaya, Dinamika rotasi)Dalam pokok bahasan Hukum II Newton, kita belajar bahwa sebuah benda bisa bergerak lurus dengan percepatan tertentu jika diberikan gaya. Misalnya terdapat sebuah buku yang terletak di atas meja. Mula-mula buku itu diam (kecepatan = 0). Setelah diberikan gaya dorong, buku itu bergerak dengan kecepatan tertentu. Buku mengalami perubahan kecepatan (dari diam menjadi bergerak) akibat adanya gaya. Perubahan kecepatan = percepatan. Kita bisa mengatakan bahwa buku mengalami percepatan akibat adanya gaya. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar percepatan gerak buku itu. Jadi dalam gerak lurus, gaya sebanding dengan percepatan linear benda.<br /><br />Bagaimana-kah dengan gerak rotasi?<br /><br />Hubungan antara Gaya, Lengan Gaya (Lengan Torsi) dan Percepatan Sudut<br /><br />Untuk memahami persoalan ini, pahami ilustrasi berikut ini. Kita tinjau sebuah benda yang berotasi. Misalnya pintu rumah. ketika kita membuka dan menutup pintu, pintu juga melakukan gerak rotasi. Engsel yang menghubungkan pintu dengan tembok berperan sebagai sumbu rotasi.<br /><br />torsi-1<br /><br />Ini gambar pintu (dilihat dari atas). Misalnya kita mendorong pintu dengan gaya yang sama (F1 = F2). Mula-mula kita mendorong pintu dengan gaya F1 yang berjarak r1 dari sumbu rotasi. Setelah itu kita mendorong pintu dengan gaya F2 yang berjarak r2 dari sumbu rotasi. Walaupun besar dan arah Gaya F1 = F2, Gaya F2 akan membuat pintu berputar lebih cepat dibandingkan dengan Gaya F1. Dengan kata lain, gaya F2 menghasilkan percepatan sudut yang lebih besar dibandingkan dengan gaya F1.<br /><br />Jadi dalam gerak rotasi, percepatan sudut tidak hanya bergantung pada Gaya saja, tetapi bergantung juga pada jarak tegak lurus antara sumbu rotasi dengan garis kerja gaya. Jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke garis kerja gaya, dinamakan lengan gaya alias lengan torsi. Pada contoh di atas, Lengan gaya untuk F1 adalah r1, sedangkan lengan gaya untuk F2 adalah r2.<br /><br />Catatan :<br /><br />Mengenai lengan gaya, selengkapnya dipelajari pada penjelasan di bawah. Untuk ilustrasi di atas, lengan gaya = r, karena garis kerja gaya (arah gaya) tegak lurus sumbu rotasi.<br /><br />Kita bisa menyimpulkan bahwa percepatan sudut yang dialami benda yang berotasi berbanding lurus dengan hasil kali Gaya dengan lengan gaya. Hasil kali antara gaya dan lengan gaya ini dikenal dengan julukan Torsi alias MOMEN GAYA. Jadi percepatan sudut benda sebanding alias berbanding lurus dengan torsi. Semakin besar torsi, semakin besar percepatan sudut. Semakin kecil torsi, semakin kecil percepatan sudut (percepatan sudut =perubahan kecepatan sudut)<br /><br />Secara matematis, hubungan antara Torsi dengan percepatan sudut dinyatakan sebagai berikut :<br /><br />torsi-2<br /><br />Hubungan antara Arah Gaya dengan Lengan Gaya<br /><br />Pada penjelasan di atas, arah gaya F1 dan F2 tegak lurus pintu. Kali ini kita mencoba melihat beberapa kondisi yang berbeda. Perhatikan gambar di bawah.<br /><br />torsi-3<br /><br />Gambar pintu (dilihat dari atas). Pada gambar a, garis kerja gaya tegak lurus terhadap r (garis kerja gaya membentuk sudut 90o). Pada gambar b, garis kerja gaya membentuk sudut teta terhadap r. Pada Gambar c, garis kerja gaya berhimpit dengan r (garis kerja gaya menembus sumbu rotasi). Walaupun besar gaya sama, tapi karena arah gaya berbeda, maka besar lengan gaya juga berbeda. Lengan gaya l1 lebih besar dari lengan gaya l2. Sedangkan lengan gaya l3 = 0 karena garis kerja gaya F3 berhimpit dengan sumbu rotasi.<br /><br />Untuk menentukan lengan gaya, kita bisa menggambarkan garis dari sumbu rotasi menuju garis kerja gaya, di mana garis dari sumbu rotasi harus tegak lurus alias membentuk sudut siku-siku dengan garis kerja gaya.<br /><br />Persamaan Lengan Gaya<br /><br />Untuk membantu menurunkan persamaan lengan gaya, gurumuda menggunakan bantuan gambar<br /><br />torsi-41<br /><br />Amati gambar di atas. Garis kerja gaya membentuk sudut teta terhadap r.<br /><br />torsi-5<br /><br />Apabila garis kerja gaya tegak lurus r (gambar a), maka besar lengan gaya adalah :<br /><br />torsi-6<br /><br />Apabila garis kerja gaya berhimpit dengan r (gambar c), maka besar lengan gaya adalah :<br /><br />torsi-7<br /><br />BESAR TORSI<br /><br />Torsi adalah hasil kali antara gaya dan lengan gaya. Secara matematis, torsi dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />torsi-8<br /><br />Jika arah gaya tegak lurus r, maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Dengan demikian, besar Torsi untuk kasus ini adalah :<br /><br />torsi-9<br /><br />Jika arah gaya berhimpit dengan r, maka sudut yang dibentuk adalah 0o. Dengan demikian, besar Torsi untuk kasus ini adalah :<br /><br />torsi-10<br /><br />Para fisikawan sering menggunakan istilah torsi sedangkan para insnyur sering menggunakan istilah Momen Gaya.<br /><br />Satuan Sistem Internasional untuk Torsi adalah Newton meter. Satuan Torsi tetap Newton meter, bukan joule, karena torsi bukan energi.<br /><br />ARAH TORSI<br /><br />Torsi merupakan besaran vector, sehingga selain mempunyai besar, torsi juga mempunyai arah. Apabila arah rotasi berlawanan dengan putaran jarum jam, maka Torsi bernilai positif. Sebaliknya, apabila arah rotasi searah dengan putaran jarum jam, maka arah torsi bernilai negative. Untuk menentukan arah torsi, kita menggunakan kaidah alias aturan tangan kanan. Untuk mempermudah pemahamanmu, perhatikan gambar di bawah.<br /><br />Pintu didorong ke depan<br /><br />Catatan :<br /><br />Arah gaya F pada gambar di bawah tidak tegak lurus ke atas alias tidak menuju ke langit. Arah gaya menembus pintu. Jadi pintunya dilihat dari atas. Bayangkanlah dirimu mendorong pintu ke depan, di mana arah doronganmu tegak lurus pintu itu.<br /><br />torsi-11<br /><br />Gambar pintu (dilihat dari atas). Misalnya kita mendorong pintu dengan gaya F, di mana arah gaya tegak lurus r. Bagaimana-kah arah Torsi untuk kasus ini ? gampang… Gunakan aturan tangan kanan. Rentangkan jari tangan kanan dan usahakan supaya posisi keempat jari tangan kanan sejajar dengan arah gaya F. setelah itu, putar keempat jari tangan kanan menuju sumbu rotasi (ke kiri). Arah yang ditunjukkan oleh Ibu Jari adalah arah Torsi. Untuk contoh di atas, putaran keempat jari tangan kanan berlawanan dengan putaran jarum jam. Arah torsi tegak lurus ke atas (menuju langit)<br /><br />Pintu didorong ke belakang<br /><br />Catatan :<br /><br />Arah gaya F pada gambar di bawah tidak tegak lurus ke bawah alias tidak menuju ke tanah. Arah gaya menembus pintu. Bayangkanlah dirimu mendorong pintu dari depan, di mana arah doronganmu tegak lurus pintu itu.<br /><br />torsi-12<br /><br />Gunakan aturan tangan kanan lagi untuk menentukan arah torsi. Rentangkan jari tangan kanan dan usahakan supaya posisi keempat jari tangan kanan sejajar dengan arah gaya F. setelah itu, putar keempat jari tangan kanan menuju sumbu rotasi. Arah yang ditunjukkan oleh Ibu Jari adalah arah Torsi. Untuk kasus ini, putaran keempat jari tangan kanan searah dengan putaran jarum jam. Arah torsi tegak lurus ke bawah (menuju ke dalam tanah). Arah Torsi bernilai negative karena putaran searah dengan arah putaran jarum jam.<br /><br />Contoh Soal 1 :<br /><br />Seorang kakek mendorong pintu, di mana arah dorongan tegak lurus pintu (lihat gambar di bawah). Tentukan Torsi yang dikerjakan sang kakek terhadap pintu…<br /><br />torsi-a1<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />torsi-b1torsi-c1<br /><br />Untuk contoh di atas, lengan gaya (l) = jarak gaya dari sumbu rotasi (r), karena garis kerja gaya tegak lurus pintu.<br /><br /><br />Arah torsi ?<br /><br />Perhatikan arah rotasi alias arah putaran pintu pada gambar di atas. Arah torsi tegak lurus ke langit… mudahnya seperti ini. Putar keempat jari tangan kananmu searah dengan arah rotasi. Arah yang ditunjukkan oleh ibu jari adalah arah torsi. Arah rotasi berlawanan dengan jarum jam, sehingga torsi bernilai positif.<br /><br />Contoh Soal 2 :<br /><br />Seorang bayi yang sangat superaktif sedang merangkak di dekat pintu, lalu mendorong tepi pintu dengan gaya sebesar 2 N. Jika lebar pintu 1 meter dan arah dorongan si bayi yang nakal itu membentuk sudut 60o terhadap pintu, tentukan torsi yang dikerjakan bayi (amati gambar di bawah).<br /><br />torsi-d<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />torsi-e<br /><br />Sekarang kita hitung Torsi yang dikerjakan si bayi yang supernakal tadi :<br /><br />torsi-f<br /><br />Arah torsi kemana-kah ?<br /><br />Perhatikan arah rotasi alias arah putaran pintu pada gambar di atas. Arah rotasi berlawanan dengan jarum jam, sehingga torsi bernilai postif. Arah torsi tegak lurus ke langit… mudahnya seperti ini. Putar keempat jari tangan kananmu searah dengan arah rotasi. Arah yang ditunjukkan oleh ibu jari adalah arah torsi.<br /><br />NB :<br /><br />Seandainya si bayi memberikan gaya dorong yang arahnya tegak lurus pintu, berapa Torsi-nya ? yang ini hitung sendiri ya…..<br /><br />Contoh Soal 3 :<br /><br />Seorang tukang memasang sebuah mur menggunakan sebuah kunci, seperti tampak pada gambar. Jika besar gaya yang diberikan 40 N dan garis kerja gaya membentuk sudut 45o terhadap r, tentukan besar lengan gaya dan torsi yang dikerjakan pada mur tersebut (r = 0,2 meter)<br /><br />torsi-g<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />Terlebih dahulu kita hitung lengan gaya alias lengan torsi :<br /><br />torsi-h<br /><br />Sekarang kita hitung besar Torsi :<br /><br />torsi-i<br /><br />Arah torsi bagaimana-kah ?<br /><br />Perhatikan gambar di atas. Arah rotasi searah dengan putaran jarum jam (kunci di tekan ke bawah). Dengan demikian, arah torsi menuju ke dalam (arah gerakan mur ke dalam). Untuk kasus ini, sepertinya om tukang memasang mur. Untuk memudahkan pemahamanmu, gunakan aturan tangan kanan. Posisikan tangan kananmu hingga sejajar dengan kunci (ujung jari tanganmu berada di tepi kunci/sekitar F) . Setelah itu, putar keempat jari tanganmu menuju sumbu rotasi (diputar ke bawah/searah putaran jarum jam). Nah, arah ibu jari menunjukan arah torsi.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-59684922551838812232010-05-22T02:25:00.000-07:002010-06-20T21:16:20.715-07:00Benda Tegar (Momen Gaya, Dinamika rotasi)Dalam pokok bahasan Hukum II Newton, kita belajar bahwa sebuah benda bisa bergerak lurus dengan percepatan tertentu jika diberikan gaya. Misalnya terdapat sebuah buku yang terletak di atas meja. Mula-mula buku itu diam (kecepatan = 0). Setelah diberikan gaya dorong, buku itu bergerak dengan kecepatan tertentu. Buku mengalami perubahan kecepatan (dari diam menjadi bergerak) akibat adanya gaya. Perubahan kecepatan = percepatan. Kita bisa mengatakan bahwa buku mengalami percepatan akibat adanya gaya. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar percepatan gerak buku itu. Jadi dalam gerak lurus, gaya sebanding dengan percepatan linear benda.<br /><br />Bagaimana-kah dengan gerak rotasi?<br /><br />Hubungan antara Gaya, Lengan Gaya (Lengan Torsi) dan Percepatan Sudut<br /><br />Untuk memahami persoalan ini, pahami ilustrasi berikut ini. Kita tinjau sebuah benda yang berotasi. Misalnya pintu rumah. ketika kita membuka dan menutup pintu, pintu juga melakukan gerak rotasi. Engsel yang menghubungkan pintu dengan tembok berperan sebagai sumbu rotasi.<br /><br />torsi-1<br /><br />Ini gambar pintu (dilihat dari atas). Misalnya kita mendorong pintu dengan gaya yang sama (F1 = F2). Mula-mula kita mendorong pintu dengan gaya F1 yang berjarak r1 dari sumbu rotasi. Setelah itu kita mendorong pintu dengan gaya F2 yang berjarak r2 dari sumbu rotasi. Walaupun besar dan arah Gaya F1 = F2, Gaya F2 akan membuat pintu berputar lebih cepat dibandingkan dengan Gaya F1. Dengan kata lain, gaya F2 menghasilkan percepatan sudut yang lebih besar dibandingkan dengan gaya F1.<br /><br />Jadi dalam gerak rotasi, percepatan sudut tidak hanya bergantung pada Gaya saja, tetapi bergantung juga pada jarak tegak lurus antara sumbu rotasi dengan garis kerja gaya. Jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke garis kerja gaya, dinamakan lengan gaya alias lengan torsi. Pada contoh di atas, Lengan gaya untuk F1 adalah r1, sedangkan lengan gaya untuk F2 adalah r2.<br /><br />Catatan :<br /><br />Mengenai lengan gaya, selengkapnya dipelajari pada penjelasan di bawah. Untuk ilustrasi di atas, lengan gaya = r, karena garis kerja gaya (arah gaya) tegak lurus sumbu rotasi.<br /><br />Kita bisa menyimpulkan bahwa percepatan sudut yang dialami benda yang berotasi berbanding lurus dengan hasil kali Gaya dengan lengan gaya. Hasil kali antara gaya dan lengan gaya ini dikenal dengan julukan Torsi alias MOMEN GAYA. Jadi percepatan sudut benda sebanding alias berbanding lurus dengan torsi. Semakin besar torsi, semakin besar percepatan sudut. Semakin kecil torsi, semakin kecil percepatan sudut (percepatan sudut =perubahan kecepatan sudut)<br /><br />Secara matematis, hubungan antara Torsi dengan percepatan sudut dinyatakan sebagai berikut :<br /><br />torsi-2<br /><br />Hubungan antara Arah Gaya dengan Lengan Gaya<br /><br />Pada penjelasan di atas, arah gaya F1 dan F2 tegak lurus pintu. Kali ini kita mencoba melihat beberapa kondisi yang berbeda. Perhatikan gambar di bawah.<br /><br />torsi-3<br /><br />Gambar pintu (dilihat dari atas). Pada gambar a, garis kerja gaya tegak lurus terhadap r (garis kerja gaya membentuk sudut 90o). Pada gambar b, garis kerja gaya membentuk sudut teta terhadap r. Pada Gambar c, garis kerja gaya berhimpit dengan r (garis kerja gaya menembus sumbu rotasi). Walaupun besar gaya sama, tapi karena arah gaya berbeda, maka besar lengan gaya juga berbeda. Lengan gaya l1 lebih besar dari lengan gaya l2. Sedangkan lengan gaya l3 = 0 karena garis kerja gaya F3 berhimpit dengan sumbu rotasi.<br /><br />Untuk menentukan lengan gaya, kita bisa menggambarkan garis dari sumbu rotasi menuju garis kerja gaya, di mana garis dari sumbu rotasi harus tegak lurus alias membentuk sudut siku-siku dengan garis kerja gaya.<br /><br />Persamaan Lengan Gaya<br /><br />Untuk membantu menurunkan persamaan lengan gaya, gurumuda menggunakan bantuan gambar<br /><br />torsi-41<br /><br />Amati gambar di atas. Garis kerja gaya membentuk sudut teta terhadap r.<br /><br />torsi-5<br /><br />Apabila garis kerja gaya tegak lurus r (gambar a), maka besar lengan gaya adalah :<br /><br />torsi-6<br /><br />Apabila garis kerja gaya berhimpit dengan r (gambar c), maka besar lengan gaya adalah :<br /><br />torsi-7<br /><br />BESAR TORSI<br /><br />Torsi adalah hasil kali antara gaya dan lengan gaya. Secara matematis, torsi dirumuskan sebagai berikut :<br /><br />torsi-8<br /><br />Jika arah gaya tegak lurus r, maka sudut yang dibentuk adalah 90o. Dengan demikian, besar Torsi untuk kasus ini adalah :<br /><br />torsi-9<br /><br />Jika arah gaya berhimpit dengan r, maka sudut yang dibentuk adalah 0o. Dengan demikian, besar Torsi untuk kasus ini adalah :<br /><br />torsi-10<br /><br />Para fisikawan sering menggunakan istilah torsi sedangkan para insnyur sering menggunakan istilah Momen Gaya.<br /><br />Satuan Sistem Internasional untuk Torsi adalah Newton meter. Satuan Torsi tetap Newton meter, bukan joule, karena torsi bukan energi.<br /><br />ARAH TORSI<br /><br />Torsi merupakan besaran vector, sehingga selain mempunyai besar, torsi juga mempunyai arah. Apabila arah rotasi berlawanan dengan putaran jarum jam, maka Torsi bernilai positif. Sebaliknya, apabila arah rotasi searah dengan putaran jarum jam, maka arah torsi bernilai negative. Untuk menentukan arah torsi, kita menggunakan kaidah alias aturan tangan kanan. Untuk mempermudah pemahamanmu, perhatikan gambar di bawah.<br /><br />Pintu didorong ke depan<br /><br />Catatan :<br /><br />Arah gaya F pada gambar di bawah tidak tegak lurus ke atas alias tidak menuju ke langit. Arah gaya menembus pintu. Jadi pintunya dilihat dari atas. Bayangkanlah dirimu mendorong pintu ke depan, di mana arah doronganmu tegak lurus pintu itu.<br /><br />torsi-11<br /><br />Gambar pintu (dilihat dari atas). Misalnya kita mendorong pintu dengan gaya F, di mana arah gaya tegak lurus r. Bagaimana-kah arah Torsi untuk kasus ini ? gampang… Gunakan aturan tangan kanan. Rentangkan jari tangan kanan dan usahakan supaya posisi keempat jari tangan kanan sejajar dengan arah gaya F. setelah itu, putar keempat jari tangan kanan menuju sumbu rotasi (ke kiri). Arah yang ditunjukkan oleh Ibu Jari adalah arah Torsi. Untuk contoh di atas, putaran keempat jari tangan kanan berlawanan dengan putaran jarum jam. Arah torsi tegak lurus ke atas (menuju langit)<br /><br />Pintu didorong ke belakang<br /><br />Catatan :<br /><br />Arah gaya F pada gambar di bawah tidak tegak lurus ke bawah alias tidak menuju ke tanah. Arah gaya menembus pintu. Bayangkanlah dirimu mendorong pintu dari depan, di mana arah doronganmu tegak lurus pintu itu.<br /><br />torsi-12<br /><br />Gunakan aturan tangan kanan lagi untuk menentukan arah torsi. Rentangkan jari tangan kanan dan usahakan supaya posisi keempat jari tangan kanan sejajar dengan arah gaya F. setelah itu, putar keempat jari tangan kanan menuju sumbu rotasi. Arah yang ditunjukkan oleh Ibu Jari adalah arah Torsi. Untuk kasus ini, putaran keempat jari tangan kanan searah dengan putaran jarum jam. Arah torsi tegak lurus ke bawah (menuju ke dalam tanah). Arah Torsi bernilai negative karena putaran searah dengan arah putaran jarum jam.<br /><br />Contoh Soal 1 :<br /><br />Seorang kakek mendorong pintu, di mana arah dorongan tegak lurus pintu (lihat gambar di bawah). Tentukan Torsi yang dikerjakan sang kakek terhadap pintu…<br /><br />torsi-a1<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />torsi-b1torsi-c1<br /><br />Untuk contoh di atas, lengan gaya (l) = jarak gaya dari sumbu rotasi (r), karena garis kerja gaya tegak lurus pintu.<br /><br /><br />Arah torsi ?<br /><br />Perhatikan arah rotasi alias arah putaran pintu pada gambar di atas. Arah torsi tegak lurus ke langit… mudahnya seperti ini. Putar keempat jari tangan kananmu searah dengan arah rotasi. Arah yang ditunjukkan oleh ibu jari adalah arah torsi. Arah rotasi berlawanan dengan jarum jam, sehingga torsi bernilai positif.<br /><br />Contoh Soal 2 :<br /><br />Seorang bayi yang sangat superaktif sedang merangkak di dekat pintu, lalu mendorong tepi pintu dengan gaya sebesar 2 N. Jika lebar pintu 1 meter dan arah dorongan si bayi yang nakal itu membentuk sudut 60o terhadap pintu, tentukan torsi yang dikerjakan bayi (amati gambar di bawah).<br /><br />torsi-d<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />torsi-e<br /><br />Sekarang kita hitung Torsi yang dikerjakan si bayi yang supernakal tadi :<br /><br />torsi-f<br /><br />Arah torsi kemana-kah ?<br /><br />Perhatikan arah rotasi alias arah putaran pintu pada gambar di atas. Arah rotasi berlawanan dengan jarum jam, sehingga torsi bernilai postif. Arah torsi tegak lurus ke langit… mudahnya seperti ini. Putar keempat jari tangan kananmu searah dengan arah rotasi. Arah yang ditunjukkan oleh ibu jari adalah arah torsi.<br /><br />NB :<br /><br />Seandainya si bayi memberikan gaya dorong yang arahnya tegak lurus pintu, berapa Torsi-nya ? yang ini hitung sendiri ya…..<br /><br />Contoh Soal 3 :<br /><br />Seorang tukang memasang sebuah mur menggunakan sebuah kunci, seperti tampak pada gambar. Jika besar gaya yang diberikan 40 N dan garis kerja gaya membentuk sudut 45o terhadap r, tentukan besar lengan gaya dan torsi yang dikerjakan pada mur tersebut (r = 0,2 meter)<br /><br />torsi-g<br /><br />Panduan Jawaban :<br /><br />Terlebih dahulu kita hitung lengan gaya alias lengan torsi :<br /><br />torsi-h<br /><br />Sekarang kita hitung besar Torsi :<br /><br />torsi-i<br /><br />Arah torsi bagaimana-kah ?<br /><br />Perhatikan gambar di atas. Arah rotasi searah dengan putaran jarum jam (kunci di tekan ke bawah). Dengan demikian, arah torsi menuju ke dalam (arah gerakan mur ke dalam). Untuk kasus ini, sepertinya om tukang memasang mur. Untuk memudahkan pemahamanmu, gunakan aturan tangan kanan. Posisikan tangan kananmu hingga sejajar dengan kunci (ujung jari tanganmu berada di tepi kunci/sekitar F) . Setelah itu, putar keempat jari tanganmu menuju sumbu rotasi (diputar ke bawah/searah putaran jarum jam). Nah, arah ibu jari menunjukan arah torsi.<br />fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-90727816931109808692010-05-22T02:23:00.000-07:002010-05-22T02:25:05.690-07:00titik berat bendaPusat massa dan titik berat suatu benda memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut. Perbedaannya adalah letak pusat massa suatu benda tidak dipengaruhi oleh medan gravitasi, sehingga letaknya tidak selalu berhimpit dengan letak titik beratnya.<br /><br />1. PUSAT MASSA<br /><br />Koordinat pusat massa dari benda-benda diskrit, dengan massa masing-masing M1, M2,....... , Mi ; yang terletak pada koordinat (x1,y1), (x2,y2),........, (xi,yi) adalah:<br /><br />X = (å Mi . Xi)/(Mi)<br /> <br /><br />Y = (å Mi . Yi)/(Mi)<br /><br />2. TITIK BERAT (X,Y)<br /><br />Koordinat titik berat suatu sistem benda dengan berat masing-masing W1, W2, ........., Wi ; yang terletak pada koordinat (x1,y1), (x2,y2), ............, (xi,yi) adalah:<br /><br />X = (å Wi . Xi)/(Wi)<br /> <br /><br />Y = (å Wi . Yi)/(Wi)<br /><br />LETAK/POSISI TITIK BERAT<br /><br /> 1. Terletak pada perpotongan diagonal ruang untuk benda homogen berbentuk teratur.<br /> 2. Terletak pada perpotongan kedua garis vertikal untuk benda sembarang.<br /> 3. Bisa terletak di dalam atau diluar bendanya tergantung pada homogenitas dan bentuknya.<br /><br /><br />a. Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)<br />Untuk benda-benda berbentuk memanjang seperti kawat , massa benda dianggap diwakili oleh panjangnya (satu dimensi) dan titik beratnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:<br /><br />b. Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)<br />Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi), dan titik berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:<br /><br />Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya teratur terletak pada sumbu simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat diperpotongan diagonalnya, dan untuk lingkaran terletak dipusat lingkaran. Titik berat bidang homegen di perlihatkan pada tabel berikut:<br /><br />c. Titik berat benda-benda homogen berdimensi tiga<br />Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat ditentukan dengan persamaan:<br /><br /><br />Untuk beberapa benda sudah ditentukan titik beratnya sebagi berikut.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-26800338998182741202010-05-22T02:22:00.000-07:002010-05-22T02:23:31.399-07:00kesetimbangan benda tegarTelah dikatakan sebelumnya bahwa suatu benda tegar dapat mengalami gerak translasi (gerak lurus) dan gerak rotasi. Benda tegar akan melakukan gerak translasi apabila gaya yang diberikan pada benda tepat mengenai suatu titik yang yang disebut titik berat.<br /><br />Benda akan seimbang jika pas diletakkan di titik beratnya<br /><br />Benda akan seimbang jika pas diletakkan di titik beratnya<br /><br />Titik berat merupakan titik dimana benda akan berada dalam keseimbangan rotasi (tidak mengalami rotasi). Pada saat benda tegar mengalami gerak translasi dan rotasi sekaligus, maka pada saat itu titik berat akan bertindak sebagai sumbu rotasi dan lintasan gerak dari titik berat ini menggambarkan lintasan gerak translasinya.<br /><br />Mari kita tinjau suatu benda tegar, misalnya tongkat pemukul kasti, kemudian kita lempar sambil sedikit berputar. Kalau kita perhatikan secara aeksama, gerakan tongkat pemukul tadi dapat kita gambarkan seperti membentuk suatu lintasan dari gerak translasi yang sedang dijalani dimana pada kasus ini lintasannya berbentuk parabola. Tongkat ini memang berputar pada porosnya, yaitu tepat di titik beratnya. Dan, secara keseluruhan benda bergerak dalam lintasan parabola. Lintasan ini merupakan lintasan dari posisi titik berat benda tersebut.<br /><br />Demikian halnya seorang peloncat indah yang sedang terjun ke kolam renang. Dia melakukan gerak berputar saat terjun. sebagaimana tongkat pada contoh di atas, peloncat indah itu juga menjalani gerak parabola yang bisa dilihat dari lintasan titik beratnya. Perhatikan gambar berikut ini.<br /><br />seorang yang meloncat ke air dengan berputar<br /><br />seorang yang meloncat ke air dengan berputar<br /><br />Jadi, lintasan gerak translasi dari benda tegar dapat ditinjau sebagai lintasan dari letak titik berat benda tersebut. Dari peristiwa ini tampak bahwa peranan titik berat begitu penting dalam menggambarkan gerak benda tegar.<br /><br />Cara untuk mengetahui letak titik berat suatu benda tegar akan menjadi mudah untuk benda-benda yang memiliki simetri tertentu, misalnya segitiga, kubus, balok, bujur sangkar, bola dan lain-lain. Yaitu d sama dengan letak sumbu simetrinya. Hal ini jelas terlihat pada contoh diatas bahwa letak titik berat sama dengan sumbu rotasi yang tidak lain adalah sumbu simetrinya.<br /><br />Orang ini berada dalam keseimbangan<br /><br />Orang ini berada dalam keseimbangan<br /><br />Di sisi lain untuk benda-benda yang mempunyai bentuk sembarang letak titik berat dicari dengan perhitungan. Perhitungan didasarkan pada asumsi bahwa kita dapat mengambil beberapa titik dari benda yang ingin dihitung titik beratnya dikalikan dengan berat di masing-masing titik kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah berat pada tiap-tiap titik. dikatakan titik berat juga merupakan pusat massa di dekat permukaan bumi, namun untuk tempat yang ketinggiannya tertentu di atas bumi titik berat dan pusat massa harus dibedakan.fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-26335073541327537802010-05-22T02:18:00.000-07:002010-05-22T02:22:46.640-07:00Statika Fluida<h3 class="post-title entry-title"> <b><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Fluida ( zat alir </span></b><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">) adalah zat yang dapat mengalir, <i>misalnya zat cair dan gas. </i>Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.</span></h3> <div class="post-header"> </div> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"> <b>TEKANAN HIDROSTATIS</b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Tekanan hidrostatis ( <b>P<sub>h</sub></b>) adalah tekanan yang dilakukan zat cair pada bidang dasar tempatnya.</span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><b>
<br /> PARADOKS HIDROSTATIS</b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Gaya yang bekerja pada dasar sebuah bejana tidak tergantung pada bentuk bejana dan jumlah zat cair dalam bejana, tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( <b>A</b> ), tinggi ( <b>h</b> ) dan massa jenis zat cair ( <span style="font-family: Symbol;"><b>r</b></span> )
<br /> dalam bejana.</span></p> <table border="0" width="100%"> <tbody><tr> <td width="29%"><b><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">P<sub>h</sub> = <span style="font-family: Symbol;">r</span> g h
<br /> P<sub>t</sub> = Po + Ph
<br /> F = P h A = <span style="font-family: Symbol;">r</span> g V</span></b></td> <td width="41%"><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><span style="font-family: Symbol;">r</span> = massa jenis zat cair
<br /> h = tinggi zat cair dari permukaan
<br /> g = percepatan gravitasi
<br /> P<sub>t</sub> = tekanan total
<br /> P<sub>o</sub> = tekanan udara luar</span></td> <td width="30%"> <div align="center"><i><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 78%;">
<br /></span></i></div> </td> </tr> </tbody></table> <p> </p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><b>HUKUM PASCAL</b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Tekanan yang dilakukan pada zat cair akan diteruskan ke semua arah sama.</span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><b>P<sub>1</sub> = P<sub>2</sub> <span style="font-family: Symbol;">®</span> F<sub>1</sub>/A<sub>1</sub> = F<sub>2</sub>/A<sub>2</sub></b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><b>HUKUM ARCHIMEDES</b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Benda di dalam zat cair akan mengalami pengurangan berat sebesar berat zat cair yang dipindahkan.</span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"> <b>Tiga keadaan benda di dalam zat cair:</b></span></p> <table border="0" width="100%"> <tbody><tr> <td width="59%"><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">a. tenggelam: W>F<span style="font-family: Symbol;">a</span> <span style="font-family: Symbol;">Þ</span> <span style="font-family: Symbol;">r<span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b</span></span> > <span style="font-family: Symbol;">r</span>z
<br />
<br /> b. melayang: W = F<span style="font-family: Symbol;">a</span> <span style="font-family: Symbol;">Þ</span> <span style="font-family: Symbol;">r</span>b = <span style="font-family: Symbol;">r</span>z
<br />
<br /> c. terapung: W=F<span style="font-family: Symbol;">a</span> <span style="font-family: Symbol;">Þ</span> <span style="font-family: Symbol;">r</span>b.V=<span style="font-family: Symbol;">r</span>z.V' ;<span style="font-family: Symbol;"> r</span>b<<span style="font-family: Symbol;">r</span>z</span></td> <td width="41%">
<br /></td> </tr> </tbody></table> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">W = berat benda
<br /> F<span style="font-family: Symbol;">a</span> = gaya ke atas = <span style="font-family: Symbol;">r</span>z . V' . g
<br /> <span style="font-family: Symbol;">r</span>b = massa jenis benda
<br /> <span style="font-family: Symbol;">r</span>z = massa jenis fluida
<br /> V = volume benda
<br /> V' = volume benda yang berada dalam fluida</span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"> <i> <span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Akibat adanya gaya ke atas ( F<span style="font-family: Symbol;">a</span> ), berat benda di dalam zat cair (Wz) akan berkurang menjadi:</span></i></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><b>Wz = W - F<span style="font-family: Symbol;">a</span></b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Wz = berat benda di dalam zat cair</span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><b>TEGANGAN PERMUKAAN</b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Tegangan permukaan ( <span style="font-family: Symbol;">g</span>) adalah besar gaya ( <b>F</b> ) yang dialami pada permukaan zat cair persatuan panjang(l)</span></p> <p><span style="font-family: Symbol; font-size: 85%;"><b>g </b></span><b><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">= F / 2l</span></b></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"> <b>KAPILARITAS</b></span></p> <p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">Kapilaritas ialah gejala naik atau turunnya zat cair ( y ) dalam tabung kapiler yang dimasukkan sebagian ke dalam zat cair karena pengarah adhesi dan kohesi.</span></p>y = 2 <span style="font-family: Symbol;">g</span> cos <span style="font-family: Symbol;">q</span> / <span style="font-family: Symbol;">r</span> g r
<br /><p><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"><b> </b>y = kenaikan/penurunan zat cair pada pipa (m)
<br /> </span><span style="font-family: Symbol; font-size: 85%;">g</span><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;"> = tegangan permukaan (N/m)
<br /> <span style="font-family: Symbol;">q</span> = sudut kontak (derajat)
<br /> p </span><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">= massa jenis zat cair (kg / m<sup>3</sup>)
<br /> </span><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 85%;">g = percepatan gravitas (m / det<sup>2</sup>)
<br /> r = jari-jari tabung kapiler (m)</span></p>fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-576798257552282505.post-82385949418783605682010-05-22T02:06:00.000-07:002010-05-22T02:11:32.945-07:00Dinamika Fluida<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://jeblogjp.blogspot.com/2010/03/dinamika-fluida.html">Dinamika Fluida</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <span style="color: rgb(0, 0, 0);">Dalam fluida dinamis kita akan mempelajari fluida yang bergerak. Fluida itu sendiri merupakan zat yang dapat mengalir (zat cair & gas), dalam fluida statis, kita mempelajari fluida ketika fluida tersebut sedang diam alias tidak bergerak. Sedangkan dalam fluida dinamis, kita menganalisis fluida ketika fluida tersebut bergerak.</span> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Aliran fluida secara umum bisa kita bedakan menjadi dua macam, yakni aliran lurus alias laminar dan aliran turbulen. Aliran lurus bisa kita sebut sebagai aliran mulus, karena setiap partikel fluida yang mengalir tidak saling berpotongan. Salah satu contoh aliran laminar adalah naiknya asap dari ujung rokok yang terbakar. Mula-mula asap naik secara teratur (mulus), beberapa saat kemudian asap sudah tidak bergerak secara teratur lagi tetapi berubah menjadi aliran turbulen. Aliran turbulen ditandai dengan adanya linkaran-lingkaran kecil dan menyerupai pusaran dan kerap disebut sebagai arus eddy. Contoh lain dari aliran turbulen adalah pusaran air. Aliran turbulen menyerap energi yang sangat besar. jadi dirimu jangan heran kalau badai datang melanda, semua yang dilalui badai tersebut hancur berantakan. Yang gurumuda maksudkan adaah badai yang membentuk pusaran alias putting beliung. Aliran turbulen ini sangat sulit dihitung.<span id="more-4118"></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Sebelum melangkahlebih jauh, alangkah baiknya jika kita mengenali ciri-ciri umum lainnya dari aliran fluida.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">1. Aliran fluida bisa berupa aliran tunak (steady) dan aliran tak tunak (non-steady). Maksudnya apa sich aliran tunak dan tak-tunak ? mirp seperti tanak menanak nasi.. hehe… aliran fluida dikatakan aliran tunak jika kecepatan setiap partikel di suatu titik selalu sama. Katakanlah partikel fluida mengalir melewati titik A dengan kecepatan tertentu, lalu partikel fluida tersebut mengalir dengan kecepatan tertentu di titik B. nah, ketika partikel fluida lainnya yang nyusul dari belakang melewati titik A, kecepatan alirannya sama dengan partikel fluida yang bergerak mendahului mereka. Hal ini terjadi apabila laju aliran fluida rendah alias partikel fluida tidak kebut-kebutan. Contohnya adalah air yang mengalir dengan tenang. Lalu bagaimanakah dengan aliran tak-tunak ? aliran tak tunak berlawanan dengan aliran tunak. Jadi kecepatan partikel fluida di suatu titik yang sama selalu berubah. Kecepatan partikel fluida yang duluan berbeda dengan kecepatan partikel fluida yang belakangan (sstt… jangan lupa perbedaan antara kecepatan dan kelajuan ya)</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">2. Aliran fluida bisa berupa aliran termampatkan (compressible) dan aliran tak-termapatkan (incompressible). Jika fluida yang mengalir mengalami perubahan volum (atau massa jenis) ketika fluida tersebut ditekan, maka aliran fluida itu disebut aliran termapatkan. Sebaliknya apabila jika fluida yang mengalir tidak mengalami perubahan volum (atau massa jenis) ketika ditekan, maka aliran fluida tersebut dikatakan tak termampatkan. Kebanyakan zat cair yang mengalir bersifat tak-termampatkan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">3. Aliran fluida bisa berupa aliran berolak (rotational) dan aliran tak berolak (irrotational). Wow, istilah apa lagi ne… untuk memahaminya dengan mudah, dirimu bisa membayangkan sebuah kincir mainan yang dibuang ke dalam air yang mengalir. Jika kincir itu bergerak tapi tidak berputar, maka gerakannya adalah tak berolak. Sebaliknya jika bergerak sambil berputar maka gerakannya kita sebut berolak. Contoh lain adalah pusaran air.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">4. Aliran fluida bisa berupa aliran kental (viscous) dan aliran tak kental (non-viscous). Kekentalan dalam fluida itu mirip seperti gesekan pada benda padat. Makin kental fluida, gesekan antara partikel fluida makin besar. Mengenai <span style="text-decoration: underline;">viskositas</span> alias kekentalan akan kita kupas tuntas dalam pokok bahasan tersendiri.</p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Garis Arus dan Tabung Alir</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita pahami konsep Garis Alir, Garis Arus dan Tabung Alir. Konsep ini penting, karena akan membantu dirimu untuk memahami persamaan kontinuitas.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Garis Arus (stream line)</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong> </strong>Selain Garis Alir, ada juga namanya Garis Arus. Untuk memudahkan pemahamanmu, gurumuda menggunakan gambar. Perhatikan gambar di bawah. Garis yang berwarna biru merupakan Garis Arus.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4125" title="2-garis-arus" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/2-garis-arus.jpg" alt="2-garis-arus" width="226" height="50" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pada aliran tunak, kecepatan setiap partikel fluida di suatu titik, katakanlah titik A (lihat gambar) selalu sama. Ketika melewati titik B, kecepatan partikel fluida mungkin berubah. Walaupun demikian, ketika tiba di titik B, partikel fluida yang nyusul dari belakang mengalir dengan kecepatan yang sama seperti partikel fluida yang mendahuluinya. Demikian juga ketika tiba di titik C dan seterusnya. Nah, garis Arus itu merupakan kurva yang menghubungkan titik A,B dan C (catatan : ingat ya, kecepatan itu beda dengan kelajuan. Kecepatan punya arah)</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Tabung Alir (flow tube)</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong> </strong>Istilah makin aneh saja. Ada Garis lah, ada tabung lah… hehe…. Tabung Alir tuh maksudnya apa ? silahkan perhatikan gambar di bawah…</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4126" title="3-tabung-alir" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/3-tabung-alir.jpg" alt="3-tabung-alir" width="246" height="72" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pada dasarnya kita bisa menggambarkan setiap garis arus melalui tiap-tiap titik dalam aliran fluida tersebut. Jika kita menggangap aliran fluida tunak, sejumlah garis arus yang melewati sudut tertentu pada luas permukaan imajiner (luas permukaan khayalan) membentuk suatu tabung aliran. Tidak ada partikel fluida yang saling berpotongan tapi selalu sejajar dan tabung aliran tersebut akan menyerupai sebuah pipa yang bentuknya selalu sama. Fluida yang masuk pada salah satu ujung tabung akan keluar dari tabung tersebut di ujung lainnya.</p> <p style="color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Debit</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menggunakan istilah “Debit”. Debit itu sebenarnya apa ?</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Debit itu menyatakan volume suatu fluida yang mengalir melalui penampang tertentu dalam selang waktu tertentu. Secara matematis, bisa dinyatakan sebagai berikut :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4150" title="6-kontinuitas4" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/6-kontinuitas4.jpg" alt="6-kontinuitas4" width="250" height="55" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Untuk menambah pemahamanmu, kita gunakan contoh. Misalnya fluida mengalir melalui sebuah pipa. Pipa biasanya berbentuk silinder dan memiliki luas penampang tertentu. Pipa tersebut juga punya panjang (Lihat gambar di bawah).</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4152" title="4-debit1" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/4-debit1.jpg" alt="4-debit1" width="244" height="126" /><br /></p><p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);">Ketika fluida mengalir dalam pipa tersebut sejauh L, misalnya, maka volume fluida yang ada dalam pipa adalah V = AL <em>(V = volume fluida, A = luas penampang dan L = panjang pipa).</em> Karena selama mengalir dalam pipa sepanjang L fluida menempuh selang waktu tertentu, maka kita bisa mengatakan bahwa besarnya debit fluida :</p> <div style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4153" title="7-kontinuitas" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/7-kontinuitas.jpg" alt="7-kontinuitas" width="246" height="159" /><br /></div><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> Dengan demikian, ketika fluida mengalir melalui suatu pipa yang memiliki luas penampang dan panjang tertentu selama selang waktu tertentu, maka besarnya debit fluida (Q) tersebut sama dengan luas permukaan penampang (A) dikalikan dengan laju aliran fluida (v). Dipahami perlahan-lahan ya… Jika bingung berlanjut, silahkan hubungi dokter terdekat Pemahaman akan konsep debit ini sangat penting karena akan membantu dirimu memahami dengan baik persamaan kontinuitas.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Persamaan Kontinutitas</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Penjelasan sebelumnya yang bertele-tele tersebut hanya mau mengantar dirimu untuk mempelajari persamaan kontinuitas, inti dari tulisan ini. Sekarang, mari kita tinjau aliran fluida pada sebuah pipa yang mempunyai diameter berbeda, seperti tampak pada gambar di bawah. <em> </em></p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4154" title="5-kontinuitas2" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/5-kontinuitas2.jpg" alt="5-kontinuitas2" width="280" height="126" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Gambar ini menujukan aliran fluida dari kiri ke kanan (fluida mengalir dari pipa yang diameternya besar menuju diameter yang kecil). Garis putus-putus merupakan garis arus.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Keterangan gambar : A<sub>1</sub> = luas penampang bagian pipa yang berdiameter besar, A<sub>2</sub> = luas penampang bagian pipa yang berdiameter kecil, v<sub>1</sub> = laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter besar, v<sub>2</sub> = laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter kecil, L = jarak tempuh fluida.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pada aliran tunak, kecepatan aliran partikel fluida di suatu titik sama dengan kecepatan aliran partikel fluida lain yang melewati titik itu. Aliran fluida juga tidak saling berpotongan (garis arusnya sejajar). Karenanya massa fluida yang masuk ke salah satu ujung pipa harus sama dengan massa fluida yang keluar di ujung lainnya. Jika fluida memiliki massa tertentu masuk pada pipa yang diameternya besar, maka fluida tersebut akan keluar pada pipa yang diameternya kecil dengan massa yang tetap. Waduh, bingung-kah ? dipahami perlahan-lahan ya…</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Sekarang, mari kita perhatikan gambar pipa di atas. Kita tinjau bagian pipa yang diameternya besar dan bagian pipa yang diameternya kecil.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Selama selang waktu tertentu, sejumlah fluida mengalir melalui bagian pipa yang diameternya besar (A<sub>1</sub>) sejauh L<sub>1</sub> (L<sub>1</sub> = v<sub>1</sub>t). Volume fluida yang mengalir adalah V<sub>1 </sub>= A<sub>1</sub>L<sub>1 </sub>= A<sub>1</sub>v<sub>1</sub>t. Nah, Selama selang waktu yang sama, sejumlah fluida yang lain mengalir melalui bagian pipa yang diameternya kecil (A<sub>2</sub>) sejauh L<sub>2</sub> (L<sub>2</sub> = v<sub>2</sub>t). Volume fluida yang mengalir adalah V<sub>2</sub> = A<sub>2</sub>L<sub>2</sub> = A<sub>2</sub>v<sub>2</sub>t. <em>(sambil lihat gambar di atas).</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong> </strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Tak-termampatkan (</strong>incompressible)</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pertama-tama mari kita tinjau kasus untuk Fluida Tak-termampatkan. Pada fluida tak-termampatkan (incompressible), kerapatan alias massa jenis fluida tersebut selalu sama di setiap titik yang dilaluinya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas penampang A<sub>1 </sub>(diameter pipa yang besar) selama selang waktu tertentu adalah :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4155" title="8-kontinuitas" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/8-kontinuitas.jpg" alt="8-kontinuitas" width="237" height="58" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Demikian juga, massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas penampang A<sub>2</sub> (diameter pipa yang kecil) selama selang waktu tertentu adalah :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4156" title="9-kontinuitas" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/9-kontinuitas.jpg" alt="9-kontinuitas" width="237" height="53" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan massa fluida yang keluar, maka :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4157" title="10-kontinuitas" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/10-kontinuitas.jpg" alt="10-kontinuitas" width="237" height="86" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><em>Catatan : massa jenis fluida dan selang waktu sama sehingga dilenyapkan.</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Jadi, pada fluida tak-termampatkan, berlaku persamaan kontinuitas :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">A<sub>1</sub>v<sub>1</sub> = A<sub>2</sub>v<sub>2</sub> — <em>Persamaan 1</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Di mana A<sub>1</sub> = luas penampang 1, A<sub>2</sub> = luas penampang 2, v<sub>1</sub> = laju aliran fluida pada penampang 1, v<sub>2</sub> = laju aliran fluida pada penampang 2. Av adalah laju aliran volume V/t alias debit (sudah gurumuda jelaskan di atas)</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><em>Persamaan 1</em> menunjukkan bahwa laju aliran volume alias debit selalu sama pada setiap titik sepanjang pipa/tabung aliran. Ketika penampang pipa mengecil, maka laju aliran fluida meningkat (fluida kebut2an), sebaliknya ketika penampang pipa menjadi besar, laju aliran fluida menjadi kecil. Agar dirimu semakin paham, silahkan obok-obok <em>persamaan 1</em> dengan memasukan angka tertentu.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pada bagian pengantar tulisan ini, gurumuda mengajak dirimu untuk bermain dengan air. Ketika sebagian mulut kran kita sumbat, aliran air menjadi lebih deras dibandingkan ketika sebagian mulut kran tidak kita tutup. Hal itu disebabkan karena luas penampang kran menjadi kecil ketika sebagian mulut kran kita tutup, sehingga laju aliran air bertambah (fluida mengalir deras). Demikian juga pada kasus slang. Tapi perlu dirimu ketahui bahwa debit alias laju aliran volume selalu sama pada setiap tempat sepanjang aliran air, baik ketika sebagian mulut kran kita tutup maupun tidak. Jadi yang berubah adalah laju aliran fluida tersebut. </p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Lalu bagaimana dengan kasus aliran air di sungai ? Bagian sungai yang dalam memiliki penampang yang lebih besar dibandingkan dengan bagian sungai yang dangkal, sehingga laju aliran air pada bagian sungai yang dalam lebih kecil dari pada laju aliran air pada bagian sungai yang dangkal. Kalau dirimu melihat aliran air sungai sangat tenang, itu artinya bagian sungai itu dalam. Tapi kalau tiba-tiba aliran air sungai menjadi deras, maka bagian sungai itu pasti dangkal. Walaupun demikian, laju aliran volume air selalu sama, baik pada bagian dalam maupun pada bagian sungai yang tenang.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Termampatkan (</strong>compressible)</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Untuk kasus fluida yang termampatkan alias compressible, massa jenis fluida tidak selalu sama. Dengan kata lain, massa jenis fluida berubah ketika dimampatkan. Kalau pada fluida Tak-termampatkan massa jenis fluida tersebut kita lenyapkan dari persamaan, maka pada kasus ini massa jenis fluida tetap disertakan. Dengan berpedoman pada persamaan yang telah diturunkan sebelumnya, mari kita turunkan persamaan untuk fluida termampatkan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan massa fluida yang keluar, maka :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7245" title="persamaan kontinuitas-100" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/persamaan-kontinuitas-100.png" alt="" width="472" height="122" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ini adalah persamaan untuk kasus fluida termampatkan. Bedanya hanya terletak pada massa jenis fluida. Apabila fluida termampatkan, maka massa jenisnya berubah. Sebaliknya, apabila fluida tak termampatkan, massa jenisnya selalu sama sehingga bisa kita lenyapkan. Untuk lebih memahami hubungan antara massa jenis dan fluida <em>termampatkan/tak-termampatkan, </em>silahkan pelajari pembahasan mengenai Tekanan Pada Fluida (<span style="text-decoration: underline;">Fluida Statis</span>).</p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Prinsip Bernoulli</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><em>Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa di mana kecepatan aliran fluida tinggi, tekanan fluida tersebut menjadi rendah. Sebaliknya jika kecepatan aliran fluida rendah, tekanannya menjadi tinggi. </em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ketika sepeda motor bergerak dengan cepat, maka kecepatan udara di bagian depan dan samping tubuhmu tinggi. Dengan demikian, tekanan udara menjadi rendah. Nah, bagian belakang tubuhmu terhalangi bagian depan tubuhmu, sehingga kecepatan udara di bagian belakang tubuhmu tidak berubah menjadi tinggi (tepat di bagian belakang tubuhmu). Akibatnya tekanan udara di bagian belakang tubuhmu menjadi lebih besar. Karena ada perbedaan tekanan udara, di mana tepat di bagian belakang tubuh tekanan udara lebih besar maka udara mendorong bajumu ke belakang sehingga bajumu kelihatan kembung ke belakang.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Bagaimana dengan <em>daun pintu</em> rumah yang menutup sendiri ketika angin bertiup kencang di luar rumah ? udara yang ada di luar rumah bergerak lebih cepat daripada udara yang ada di dalam rumah. Akibatnya, tekanan udara di luar rumah lebih kecil dari tekanan udara dalam rumah. Karena ada perbedaan tekanan, di mana tekanan udara di dalam rumah lebih besar, maka pintu didorong keluar. Dengan kata lain, daun pintu bergerak dari tempat yang tekanan udaranya besar menuju tempat yang tekanan udaranya kecil.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Persamaan Bernoulli</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Sebelumnya kita telah belajar mengenai prinsip Om Bernoulli. Nah, Om Bernoulli juga mengembangkan prinsipnya itu secara kuantitatif. Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita anggap aliran fluida tunak & laminar, tak-termampatkan alias tidak bisa ditekan, viskositas alias kekentalannya juga kecil sehingga bisa diabaikan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pada pembahasan mengenai Persamaan Kontinuitas, kita sudah belajar bahwa laju aliran fluida juga dapat berubah-ubah tergantung luas penampang tabung alir. Berdasarkan prinsip om Bernoulli yang dijelaskan di atas, tekanan fluida juga bisa berubah-ubah tergantung laju aliran fluida tersebut. Selain itu, dalam pembahasan mengenai Tekanan Pada Fluida (Fluida Statis), kita juga belajar bahwa tekanan fluida juga bisa berubah-ubah tergantung pada ketinggian fluida tersebut. Nah, hubungan penting antara tekanan, laju aliran dan ketinggian aliran bisa kita peroleh dalam persamaan Bernoulli. Persamaan bernoulli ini sangat penting karena bisa digunakan untuk menganalisis penerbangan pesawat, pembangkit listrik tenaga air, sistem perpipaan dkk.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Agar persamaan Bernoulli yang akan kita turunkan berlaku secara umum, maka kita anggap fluida mengalir melalui tabung alir dengan luas penampang yang tidak sama dan ketinggiannya juga berbeda (lihat gambar di bawah). Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita terapkan teorema usaha dan energi pada fluida dalam daerah tabung alir (ingat kembali pembahasan mengenai usaha dan energi). Selanjutnya, kita akan memperhitungkan banyaknya fluida dan usaha yang dilakukan untuk memindahkan fluida tersebut.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4185" title="bernoulli-1" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/bernoulli-1.jpg" alt="bernoulli-1" width="260" height="264" /><br /></p><p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);">Warna buram dalam tabung alir pada gambar menunjukkan aliran fluida sedangkan warna putih menunjukkan tidak ada fluida.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Fluida pada luas penampang 1 (bagian kiri) mengalir sejauh L<sub>1</sub> dan memaksa fluida pada penampang 2 (bagian kanan) untuk berpindah sejauh L<sub>2</sub>. Karena luas penampang 2 di bagian kanan lebih kecil, maka laju aliran fluida pada bagian kanan tabung alir lebih besar (Ingat persamaan kontinuitas). Hal ini menyebabkan perbedaan tekanan antara penampang 2 (bagian kanan tabung alir) dan penampang 1 (bagian kiri tabung alir) – Ingat prinsip Bernoulli. Fluida yang berada di sebelah kiri penampang 1 memberikan tekanan P<sub>1</sub> pada fluida di sebelah kanannya dan melakukan usaha sebesar :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7233" title="prinsip dan persamaan berboulli -1" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-1.png" alt="" width="516" height="124" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pada penampang 2 (bagian kanan tabung alir), usaha yang dilakukan pada fluida adalah :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">W<sub>1</sub> = – p<sub>2</sub> A<sub>2</sub> L<sub>2</sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya yang diberikan berlawanan dengan arah gerak. Jadi fluida melakukan usaha di sebelah kanan penampang 2.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Di samping itu, gaya gravitasi juga melakukan usaha pada fluida. Pada kasus di atas, sejumlah massa fluida dipindahkan dari penampang 1 sejauh L<sub>1</sub> ke penampang 2 sejauh L<sub>2</sub>, di mana volume fluida pada penampang 1 (A<sub>1</sub>L<sub>1</sub>) = volume fluida pada penampang 2 (A<sub>2</sub>L<sub>2</sub>). Usaha yang dilakukan oleh gravitasi adalah :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">W<sub>3 </sub>= – mg (h<sub>2</sub> – h<sub>1</sub>)</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">W<sub>3 </sub>= – mgh<sub>2</sub> + mgh<sub>1</sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">W<sub>3 </sub>= mgh<sub>1</sub> – mgh<sub>2</sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Tanda negatif disebabkan karena fluida mengalir ke atas, berlawanan dengan arah gaya gravitasi. Dengan demikian, usaha total yang dilakukan pada fluida sesuai dengan gambar di atas adalah :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">W = W<sub>1 </sub>+ W<sub>2</sub> + W<sub>3</sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">W = P<sub>1</sub>A<sub>1</sub>L<sub>1</sub> – P<sub>2</sub>A<sub>2</sub>L<sub>2</sub> + mgh<sub>1</sub> – mgh<sub>2 </sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Sampai di sini tarik napas pendek 1000 kali dulu… Waduh pusink</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Teorema usaha-energi menyatakan bahwa usaha total yang dilakukan pada suatu sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya. Dengan demikian, kita bisa menggantikan Usaha (W) dengan perubahan energi kinetik (EK<sub>2</sub> – EK<sub>1</sub>). Persamaan di atas bisa kita tulis lagi menjadi :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">W = P<sub>1</sub>A<sub>1</sub>L<sub>1</sub> – P<sub>2</sub>A<sub>2</sub>L<sub>2</sub> + mgh<sub>1</sub> – mgh<sub>2</sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">EK<sub>2 </sub>- EK<sub>1</sub> = P<sub>1</sub>A<sub>1</sub>L<sub>1</sub> – P<sub>2</sub>A<sub>2</sub>L<sub>2</sub> + mgh<sub>1</sub> – mgh<sub>2</sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">½ mv<sub>2</sub><sup>2</sup> – ½ mv<sub>1</sub><sup>2</sup> = P<sub>1</sub>A<sub>1</sub>L<sub>1</sub> – P<sub>2</sub>A<sub>2</sub>L<sub>2</sub> + mgh<sub>1</sub> – mgh<sub>2</sub></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ingat bahwa massa fluida yang mengalir sejauh L<sub>1 </sub>pada penampang A<sub>1</sub> = massa fluida yang mengalir sejauh L<sub>2</sub> (penampang A<sub>2</sub>). Sejumlah massa fluida itu, sebut saja m, mempunyai volume sebesar A<sub>1</sub>L<sub>1 </sub>dan A<sub>2</sub>L<sub>2</sub>, di mana A<sub>1</sub>L<sub>1</sub> = A<sub>2</sub>L<sub>2</sub> (L<sub>2</sub> lebih panjang dari L<sub>1</sub>).</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7234" title="prinsip dan persamaan berboulli -2" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-2.png" alt="" width="518" height="107" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Sekarang kita subtitusikan alias kita gantikan m pada persamaan di atas :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7235" title="prinsip dan persamaan berboulli -3" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-3.png" alt="" width="512" height="218" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Persamaan ini bisa juga ditulis dalam bentuk seperti ini :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7236" title="prinsip dan persamaan berboulli -4" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-4.png" alt="" width="508" height="31" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ini adalah persamaan Om Bernoulli. Persamaan om Bernoulli ini kita turunkan berdasarkan prinsip usaha-energi, sehingga merupakan suatu bentuk Hukum Kekekalan Energi</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Keterangan :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7237" title="prinsip dan persamaan berboulli -5" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-5.png" alt="" width="509" height="121" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ruas kiri dan ruas kanan pada persamaan Bernoulli di atas bisa mengacu pada dua titik di mana saja sepanjang tabung aliran sehingga kita bisa menulis kembali persamaan di atas menjadi :</p> <p style="text-align: left; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7238" title="prinsip dan persamaan berboulli -6" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-6.png" alt="" width="506" height="30" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara besaran-besaran dalam persamaan mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung alir.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Sekarang mari kita tinjau persamaan Bernoulli untuk beberapa kasus.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Persamaan Bernoulli pada Fluida Diam</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Kasus khusus dari persamaan Bernoulli adalah untuk fluida yang diam (fluida statis). Ketika fluida diam alias tidak bergerak, fluida tersebut tentu saja tidak punya kecepatan. Dengan demikian, v<sub>1</sub> = v<sub>2</sub> = 0. Pada kasus fluida diam, persamaan Bernouli bisa kita rumuskan menjadi :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7239" title="prinsip dan persamaan berboulli -7" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-7.png" alt="" width="519" height="169" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Persamaan Bernoulli pada Tabung Alir atau Pipa yang ketinggiannya sama</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Jika ketinggian tabung alir atau pipa sama, maka persamaan Bernoulli bisa dioprek menjadi :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-7240" title="prinsip dan persamaan berboulli -8" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/prinsip-dan-persamaan-berboulli-8.png" alt="" width="519" height="137" /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Teorema Torriceli</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Salah satu penggunaan persamaan Bernoulli adalah menghitung kecepatan zat cair yang keluar dari dasar sebuah wadah <em>(lihat gambar di bawah)</em></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4218" title="penerapan-prinsip-bernoulli-a1" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-bernoulli-a1.jpg" alt="penerapan-prinsip-bernoulli-a1" width="211" height="142" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Kita terapkan persamaan Bernoulli pada titik 1 (permukaan wadah) dan titik 2 (permukaan lubang). Karena diameter kran/lubang pada dasar wadah jauh lebih kecil dari diameter wadah, maka kecepatan zat cair di permukaan wadah dianggap nol (v<sub>1</sub> = 0). Permukaan wadah dan permukaan lubang/kran terbuka sehingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfir (P<sub>1</sub> = P<sub>2</sub>). Dengan demikian, persamaan Bernoulli untuk kasus ini adalah :</p> <p style="color: rgb(0, 0, 0);"><span id="more-4213"></span></p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4220" title="penerapan-prinsip-bernoulli-b" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-bernoulli-b.jpg" alt="penerapan-prinsip-bernoulli-b" width="284" height="62" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Jika kita ingin menghitung kecepatan aliran zat cair pada lubang di dasar wadah, maka persamaan ini kita oprek lagi menjadi :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4221" title="penerapan-prinsip-bernoulli-c" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-bernoulli-c.jpg" alt="penerapan-prinsip-bernoulli-c" width="313" height="206" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Berdasarkan persamaan ini, tampak bahwa laju aliran air pada lubang yang berjarak h dari permukaan wadah sama dengan laju aliran air yang jatuh bebas sejauh h (bandingkan <a style="color: rgb(0, 0, 0);" title="Gerak jatuh Bebas" href="http://www.gurumuda.com/gerak-jatuh-bebas-gjb/">Gerak jatuh Bebas</a>)</p> <p style="color: rgb(0, 0, 0);"><a name="more"></a></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ini dikenal dengan Teorema Torricceli. Teorema ini ditemukan oleh Eyang Torricelli, murid eyang butut Gallileo, satu abad sebelum om Bernoulli menemukan persamaannya.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong> </strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Efek Venturi</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Selain teorema Torricelli, persamaan Bernoulli juga bisa diterapkan pada kasus khusus lain yakni ketika fluida mengalir dalam bagian pipa yang ketinggiannya hampir sama (perbedaan ketinggian kecil). Untuk memahami penjelasan ini, amati gambar di bawah.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4222" title="penerapan-prinsip-bernoulli-d" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-bernoulli-d.jpg" alt="penerapan-prinsip-bernoulli-d" width="221" height="65" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Pada gambar di atas tampak bahwa ketinggian pipa, baik bagian pipa yang penampangnya besar maupun bagian pipa yang penampangnya kecil, hampir sama sehingga diangap ketinggian alias h sama. Jika diterapkan pada kasus ini, maka persamaan Bernoulli berubah menjadi :</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4603" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-a" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-a.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-a" width="312" height="66" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ketika fluida melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A<sub>2</sub>), maka laju fluida bertambah (ingat<em> persamaan kontinuitas</em>). Menurut <a style="color: rgb(0, 0, 0);" title="prinsip Bernoulli" href="http://www.gurumuda.com/persamaan-bernoulli/">prinsip Bernoulli</a>, jika kelajuan fluida bertambah, maka tekanan fluida tersebut menjadi kecil. Jadi tekanan fluida di bagian pipa yang sempit lebih kecil tetapi laju aliran fluida lebih besar.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ini dikenal dengan julukan efek Venturi dan menujukkan secara kuantitatif bahwa jika laju aliran fluida tinggi, maka tekanan fluida menjadi kecil. Demikian pula sebaliknya, jika laju aliran fluida rendah maka tekanan fluida menjadi besar.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Venturi meter</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Penerapan menarik dari efek venturi adalah Venturi Meter. Alat ini dipakai untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung laju aliran air atau minyak yang mengalir melalui pipa. Terdapat 2 jenis venturi meter, yakni venturi meter tanpa manometer dan venturi meter yang menggunakan manometer yang berisi cairan lain, seperti air raksa. Prinsip kerjanya sama saja…. Pada kesempatan ini gurumuda hanya menjelaskan venturi meter tanpa manometer.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Venturi meter tanpa manometer</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Gambar di bawah menunjukkan sebuah venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair dalam pipa.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><strong><img class="aligncenter size-full wp-image-4604" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-b" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-b.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-b" width="355" height="185" /></strong><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Kok airnya bisa naik ke pipa kecil sich… Tuh kenapa ya ? masih ingat si kapilaritas-kah ? kalau lupa, belajar kapilaritas lagi… biar paham.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Amati gambar di atas. Ketika zat cair melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A<sub>2</sub>), laju cairan meningkat. Menurut prinsipnya om Bernoulli, jika laju cairan meningkat, maka tekanan cairan menjadi kecil. Jadi tekanan zat cair pada penampang besar <em>lebih besar</em> dari tekanan zat cair pada penampang kecil (P<sub>1</sub> > P<sub>2</sub>). Sebaliknya v<sub>2 </sub>> v<sub>1</sub></p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4605" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-c" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-c.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-c" width="291" height="268" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ingat ya, kita hendak mencari laju aliran zat cair di penampang besar (v<sub>1</sub>). Kita gantikan v<sub>2</sub> pada persamaan 1 dengan v<sub>2</sub> pada persamaan 2.</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4606" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-d" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-d.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-d" width="265" height="201" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Dalam pokok bahasan Tekanan Pada Fluida, gurumuda sudah menjelaskan bahwa untuk menghitung tekanan fluida pada suatu kedalaman tertentu, kita bisa menggunakan persamaan :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4607" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-e" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-e.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-e" width="231" height="30" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Jika perbedaan massa jenis fluida sangat kecil, maka kita bisa menggunakan persamaan ini untuk menentukan perbedaan tekanan pada ketinggian yang berbeda <em>(kalau bingung, baca kembali pembahasan mengenai Tekanan Dalam Fluida — Fluida Statis)</em>. Dengan demikian, <em>persamaan a</em> bisa kita oprek menjadi :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4608" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-f" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-f.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-f" width="236" height="269" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Karena zat cair-nya sama maka massa jenisnya juga pasti sama. Kita lenyapkan<em> rho</em> dari persamaan…</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4609" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-g" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-g.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-g" width="218" height="270" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> Persamaan ini kita gunakan untuk menentukan laju zat cair yang mengalir dalam pipa.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Dalam bidang kedokteran, telah dirancang juga venturi meter yang digunakan untuk mengukur laju aliran darah dalam arteri.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Tabung Pitot</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">kalau venturi meter digunakan untuk mengukur laju aliran zat cair, maka tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran gas / udara. Perhatikan gambar di bawah…</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Lubang pada titik 1 sejajar dengan aliran udara. Posisi kedua lubang ini dibuat cukup jauh dari ujung tabung pitot, sehingga laju dan tekanan udara di luar lubang sama seperti laju dan tekanan udara yang mengalir bebas. Dalam hal ini, v<sub>1</sub> = laju aliran udara yang mengalir bebas (ini yang akan kita ukur), dan tekanan pada kaki kiri manometer (pipa bagian kiri) = tekanan udara yang mengalir bebas (P<sub>1</sub>).</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4610" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-h" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-h.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-h" width="319" height="290" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Lubang yang menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus dengan aliran udara. Karenanya, laju aliran udara yang lewat di lubang ini (bagian tengah) berkurang dan udara berhenti ketika tiba di titik 2. Dalam hal ini, v<sub>2</sub> = 0. Tekanan pada kaki kanan manometer sama dengan tekanan udara di titik 2 (P<sub>2</sub>).</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ketinggian titik 1 dan titik 2 hampir sama (perbedaannya tidak terlalu besar) sehingga bisa diabaikan. Ingat ya, tabung pitot juga dirancang menggunakan prinsip efek venturi. Mirip seperti si venturi meter, bedanya si tabung petot ini dipakai untuk mengukur laju gas alias udara. Karenanya, kita tetap menggunakan persamaan efek venturi. Sekarang kita oprek persamaannya :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4611" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-i" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-i.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-i" width="246" height="149" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Perbedaan tekanan (P<sub>2</sub> – P<sub>1</sub>) = tekanan hidrostatis zat cair dalam manometer (warna hitam dalam manometer adalah zat cair, air raksa misalnya). Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4612" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-j" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-j.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-j" width="220" height="90" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Perhatikan persamaan 1 dan persamaan 2. Ruas kiri-nya sama (P<sub>2</sub> – P<sub>1</sub>). Karenanya persamaan 1 dan 2 bisa dioprek menjadi seperti ini :</p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4613" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-k" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-k.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-k" width="204" height="214" /><br /></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Ini persamaan yang kita cari. Persamaan ini digunakan untuk menghitung laju aliran gas alias udara menggunakan si tabung petot </p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Penyemprot Parfum</strong></p> <p style="text-align: center; color: rgb(0, 0, 0);"><img class="aligncenter size-full wp-image-4614" title="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-l" src="http://www.gurumuda.com/wp-content/uploads/2009/01/penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-l.jpg" alt="penerapan-prinsip-dan-persamaan-bernoulli-l" width="353" height="260" /></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Secara garis besar, prinsip kerja penyemprot parfum bisa digambarkan sebagai berikut (sambil lihat gambar ya). Ketika bola karet diremas, udara yang ada di dalam bola karet meluncur keluar melalui pipa 1. Karenanya, udara dalam pipa 1 mempunyai laju yang lebih tinggi. Karena laju udara tinggi, maka tekanan udara pada pipa 1 menjadi rendah. Sebaliknya, udara dalam pipa 2 mempunyai laju yang lebih rendah. Tekanan udara dalam pipa 2 lebih tinggi. Akibatnya, cairan parfum didorong ke atas. Ketika si cairan parfum tiba di pipa 1, udara yang meluncur dari dalam bola karet mendorongnya keluar </p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">Biasanya lubang berukuran kecil, sehingga parfum meluncur dengan cepat… ingat persamaan kontinuitas, kalau luas penampang kecil, maka fluida bergerak lebih cepat. Sebaliknya, kalau luas penampang pipa besar, maka fluida bergerak pelan.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Minum dengan pipet alias penyedot</strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);">ketika kita mengisap alias menyedot air menggunakan pipet, sebenarnya kita membuat udara dalam pipet bergerak lebih cepat. Dalam hal ini, udara dalam pipet yang nempel ke mulut kita mempunyai laju lebih tinggi. Akibatnya, tekanan udara dalam bagian pipet itu menjadi lebih kecil. Nah, udara dalam bagian pipet yang dekat dengan minuman mempunyai laju yang lebih kecil. Karena lajunya kecil, maka tekanannya lebih besar. Perbedaan tekanan udara ini yang membuat air atau minuman yang kita minum mengalir masuk ke dalam mulut kita. Dalam hal ini, cairan itu bergerak dari bagian pipet yang tekanan udara-nya tinggi menuju bagian pipet yang tekanan udara-nya rendah.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"> </p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><strong>Cerobong Asap</strong> <em></em> </p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><em>Pertama</em>, asap hasil pembakaran memiliki suhu tinggi alias panas. Karena suhu tinggi, maka massa jenis udara tersebut kecil. Udara yang massa jenisnya kecil mudah terapung alias bergerak ke atas. Alasannya bukan cuma ini… Prinsip om bernoulli juga terlibat dalam persoalan ini.</p> <p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 0);"><em>Kedua</em>, prinsip om bernoulli mengatakan bahwa jika laju aliran udara tinggi maka tekanannya menjadi kecil, sebaliknya jika laju aliran udara rendah, maka tekanannya besar. Ingat bahwa bagian atas cerobong berada di luar ruangan. Ada angin yang niup di bagian atas cerobong, sehingga tekanan udara di sekitarnya lebih kecil. Di dalam ruangan tertutup tidak ada angin yang niup, sehingga tekanan udara lebih besar. Karenanya asap digiring ke luar lewat cerobong… (udara bergerak dari tempat yang tekanan udaranya tinggi ke tempat yang tekanan udaranya rendah).</p>fisikahttp://www.blogger.com/profile/04218208654221027656noreply@blogger.com0